BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian, sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan olahraga lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga sering berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani bermakna ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas jasmani, tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani, yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai bersifat menyeluruh, bukan hanya tujuan perkembangan fisikal, tetapi juga perkembangan kognitif, neuro-muscular, afektif-sosial-emosional, dan bahkan moral sekali pun. Pendidikan jasmani adalah bentukan pendidikan yang menyeluruh menyangkut semua dimensi utuh manusia.
B. Identifikasi Masalah
Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam budaya Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani. Bermain, seyogyanya bukanlah pendidikan jasmani atau olahraga. Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani anak-anak di masa lalu, seperti: eggrang, bakiak, gobag sodor, atau gebuk bantal dikategorikan sebagai olahraga tradisional dari bentuk permainan, maka tidak jelas perbedaannya dengan kegiatan olahraga secara umum. Penulis menyadari, secara tidak sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga seharusnya dikategorikan sesuai dengan tujuannya, namun demikian sangat memungkinkan terjadinya kerancuan dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan ini terjadi pada pemaknaan konsep bermain dengan konsep olahraga tradisional. Karena itu, disarankan olahraga tradisional tetap saja sebagai kegiatan permainan, dan bukan mengarah pada makna kompetisi atau olahraga.
C. Batasan Masalah
Beragamnya makna olahraga oleh masyarakat menandakan bahwa olahraga memiliki sejuta makna yang dapat diterjemahkan menurut selera dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang juga diterjemahkan sebagai bentuk "prestasi" dari penampilan keterampilan tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas jasmani, bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga sebagai bentuk "prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal olahraga kesehatan, olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini terjadi ditunjang pula oleh nilai-nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan olahraga.
D. Rumusan Masalah
Pendidikan jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian, sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan olahraga lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga sering berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani bermakna ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas jasmani, tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pendidikan Jasmani
Banyak definisi tentang pendidikan jasmani, antara lain :
• Abdul Gafur (1983:6), Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dam keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
• Rusli Lutan (2001:1), Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani
Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama menghilang dari wacana, terutama, sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik, seperti untuk tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan moral.
Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.
C. Tujuan Pendidikan Jasmani
Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, harus memahami tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yang efektif. Apa sebenarnya tujuan pendidikan jasmani ? Tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh (holistik), maksudnya adalah bukan hanya pada aspek psikomotor, tetapi juga kognitif dan afektif. Pengembangan psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh, yaitu untuk meningkatkan efesiensi fungsi faal tubuh. Pengembangan kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi, adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Pengembangan afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh.
Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan "alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya.
D. Pandangan-pandangan Mengenai Pendidikan Jasmani
1. Murid-murid sekolah dasar kelas 1 s.d. 3, memandang program pendidikan
jasrnani sebagai tempat untuk berlari, memperoleh kegembiraan dan mempelajari permainan. Mereka juga menginginkan latihan sehingga mereka dapat tumbuh menjadi besar dan kuat.
2. Murid-murid sekolah dasar kelas 2 s.d. 6, menyatakan bahwa program pendidikan jasmani harus memberikan kemungkinan untuk bergembira dan mempelajari keterampilan. Mereka juga menyatakan kebutuhan untuk berlatih meningkatkan kesegaran jasmani.
3. Di Sekolah Menengah Pertama. Siswa menyatakan bahwa pendidikan jasmani harus berkenaan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan ingin mempelajari keterampilan baru dan beragam cabang olahraga. Mereka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani harus lebih berbuat banyak daripada hanya mengembangkan tubuh; ia harus juga mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk pekerjaan di masa akan datang.
4. Di Sekolah Menengah Atas. Mereka menekankan bahwa kegiatan jasmani penting, karena dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan bahwa mereka ingin mempelajari banyak keterampilan yang diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Mereka juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam penggunaan waktu senggang. Siswa sekolah menengah ini memandang pelajaran pendidikan jasmani sebagai satu tempat untuk belajar menghargai teman lain.
5. Di Perguruan Tinggi. Mahasiswa menekankan pentingnya peran pendidikan jasmani dalam perkembangan neuromuskuler dan efisiensi kardiovaskuler. Mereka menyatakan bahwa pendidikan jasmani memberi rangsang mental dan kesempatan sosialisasi dengan orang lain. Mereka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani memberi kesempatan bagi mental untuk releks dari kegiatan akademik dan memperkenalkan kepada mereka berbagat aktivitas yang terbukti berguna dalam pemanfaatan waktu senggang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan moral. Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.
Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan "alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya.
B. Saran
1. Sebaiknya kita sebagai calon guru dapat memahami pengertian, ruang lingkup, dan tujuan pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
2. Sebaiknya kita dapat mengambil pelajaran dalam pengembangan pendidikan Jasmani dan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar