Minggu, 18 Juli 2010

LOGIKA DAN MANUSIA

LOGIKA DAN MANUSIA


1. Tugas Logika
Bagaimanapun hal tahu manusia itu dipersoalkan. Teranglah bahwa manusia itu tahu. Tahu ini bukanlah suatu alat atau daya pada manusia yang dipunyai sejak lahir seperti : mata, telinga atau alat indera lainya, melainkan tahu itu merupakan suatu tindakan, yang mempunyai hasil yang disebut orang pengetahuan. Adapaun alat atau dayanya disebut : ” pikir, budi atau akal ”. Dalam bahasa kita mempergunakan daya ini disebut berpikir. Berpikir ini tidak dijalankan menusia sejak lahirnya, walaupun kemampuannya ada, jadi berpikir itu pada manusia adalah secara potensial. Pada suatu ketika manusia berpikir juga secara aktual.

2. Obyek Logika
Oleh karena yang berpikir manusia, maka harus dikatakan, bahwa lapangan penyelidikan logika ialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti dari sudut tertentu, ialah budinya. Budi atau pikir ini masih juga disoroti dari beberapa sudut. Misalnya ditanyakan, dapatkah budi itu mencapai kebenaran, dalam arti kesesuaian pengetahuan dengan obyeknya, dan kalau sekiranya dapat, sampaimanakah kemampuan budi itu mencapai kebenarannya? Dapatkah barangkali sampai seratus persen, ataukah hanya sebagian saja? Adapula pertanyaan, bagaimanakah manusia dengan budinya mencapai pengetahua? Dan seperti kami katakan diatas, dapat pula dipersoalkan, bagaimanakah aturan berpikir itu? Semuanya pertanyaan yang bersangkutan erat dengan budi manusia, sehingga dapatalah semuanya disebut logika, dan karena ada bermacam-macam sudut penyorotan, maka ada bermacam-macam logika pula, serta ada yang memberikan nama bermacam-macam juga. Bermacam-macam logika itu berlainan satu sama lain, disebabkan oleh karena obyek formanya lain.

3. Manusia dan Pengetahuan
Manusia berpikir itu untuk tahu. Kalau ia berpikir tidak semestinya mungkin ia tidak mencapai pengetahuan yang benar. Tak seorangpun mencita-citakan kekeliruan, ia ingin mencapai kebenaran dalam tahunya itu. Adapaun manusia, kalau tahu tentng sesuatu, ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu itu. Kalau orang tahu tentang sebuah rumah (sesuatau), mungkin ia tahu juga, bahwa rumah itu besar atau kecil. Maka besara atau kecil ini di akui hubungannya dengan rumah itu. Manusia mengakui , tidak membuat hubungan itu. Ada kemungkinan, bahwa ia mengakui hubungan yang tidak ada, maka kelirulah ia. Pengakuan sesuatau terhadap sesuatu ini merupakan dasar pengetahuan, malahan itu sebetulnya pengetahauan. Pun dalam hal yang amat sederahana kalau orang mengatakan : ”itu rumah”. Disini pun ada pengakuan sesuatu (rumah) terhadap sesuatu ( hal yang dihadapinya), sehingga tanpa mengubah maksud, boleh juga dikatakan : ” hal yang saya hadapi itu : rumah ”

4. Logika dan Bahasa
Di atas dikatakan, bahwa tahu ialah mengikuti hubungan sesuatu dengan sesuatu. Pengakuan ini bisa nampak, kalau dikatakan, dicetuskan dengan kata atau rentetan kata. Betul pengetahuan itu tidak selalu dan tidak perlu dicetuskan dengan kata atau denga alat pergaulan lain (gerak, tulisan dll), tetapi jika hendak di nampakkan kepada orang lain, maka haruslah dicetuskan dengan alat pergaulan, dan diantara alat itu yang amat baik ialah bahasa. Adapun bahasa yang utama ialah yang dikatakan, jadi di utarakan dengan kata, bahasa lisan. Bahasa dengan kata-katanya dipergunakan manusia untuk mengutarakan isi hatinya. Tiap kata memang mengandung maksud, tetapi dalam bahasa lisan meksud itu tidak hanya ditunjukkan dengan kata saja, melainkan masih di iringi nada, gerak dan situai lainnya. Disisni ternyata, bahwa bahasa dengan kata-katanya memang baik sekali untuk mengutarakan maksud, tetapi ada juga kelemahannya. Kita tinjau beberapa bahasa :

5. Bermacam-macam bahasa
Sebagai alat pergaulan kita harus membedakan bermacam-macam bahasa. Ada bahasa lisan diucapkan dengan lidah dan alat pengucap lainnya. Ada bahasa tertulis, ada bahasa gerak. Dalam ilmu, terutama dalam logika, bahasa itu harus mencerminkan maksud setepat-tepatnay. Lain halnya dengan bahasa yang dipergunakan dalam kesusasteraan. Disitu yang di utamakan adalah indah bahasa. Memang maksud juga penting, tetapi disamping maksud ada faktor indah. Jadi menurut caranya mengutarakan ada bahasa lisan, tertulis dan gerak. Menurut tujuannya ada bahasa kesusasteraan dan bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus logis, karena ilmu artinya pengetahuan, dan tahu ini mengikuti aturannya sendiri, yaitu logika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar