HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN MANUSIA
I. Manusia dan Filsafat
Karenan manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir, dan karena situasi dan kondisi alam di mana dia hidup selalu berubah-rubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menantang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh di atasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku di atas permukaannya. Dan didalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan senang, hidup dan mati, dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan manusia. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia, menyebabkan dia termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia berpikir dan berpikir, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan memikirkan jagat raya sebagai makro-kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib, alam di balik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan diapun mulai membangun pemikiran filsafat.
Di dalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampillah manusia-manusia unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta, dan jagat raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua, lalu Shopisme, kemudian filsafat klasik, yang bermula kurang lebih enam abad sebelum masehi.
Plato telah melahirkan filsafat yang bertolak pangkal kepada idea, dan filsafatnya disebut Idealisme. Pokok pikiran yang terkandung dalam filsafat ini, ialah : bahwa apa saja yang ada di dalam alam ini, bukanlah benda yang sebenarnya, yang berada dibalik benda itu, yang disebut idea. Jadi benda yang berada dibalik benda itu, yaitu dunia idea, disitulah terletak hakekat benda itu yang sebenarnya.
Sebaliknya, Aristoteles berlawanan dengan gurunya Plato, mengatakan bahwa semua benda-benda yang kita saksikan setiap hari dalam pengalaman hidup kita, adalah benda-benda yang betul-betul ada dan nyata, dan bukan bayangan atau khayalan belaka. Lalu Aristoteles membagi membagi adanya benda-benda itu kepada berbagai macam lingkungan, seperti : Fisika, Biologi, Etika, Politik, Psikologi, dan sebagainya. Oleh karena paham Aristoteles ini berpijak kepada kenyataan yang berada di dunia nyata, maka dia disebut ; Aliran filsafat Realisme.
Kedua aliran filsafat ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat yang datang kemudian, terutama di Jerman, Inggris, dan Amerika. Dan kemudian muncul pula aliran-aliran filsafat dengan nama dan versi baru, tapi masih berlandaskan kepada ajaran Idealisme atau Realisme, seperti, Essensialisme, Existensialisme, Experimentalisme, dan lain-lain sebagainya. Hampir semua aliran filsafat ini membicarakan masalah pendidikan dan memikirkan teori-teori untuk melaksanakan pendidikan menurut pendapat dan paham yang mereka anut dan yakini dapat membentuk dan membina akal pikiran anak didik yang akan mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan bagi mereka itu di belakang hari. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh lima abad yang lalu, seorang bijaksana unggul yang agung dalam pemikirannya, yaitu Aristoteles sendiri, telah memperingatkan bahwa :
” Orang tidak sama sekali setuju tentang hal-hal yang akan di ajarkan, apakah kita memandang kepada kebaikan atau kehidupan terbaik. Tidak ada kepastian apakah pendidikan itu lebih bersangkut paut dengan intelektualitas atau dengan kebajikan moral. Praktek yang berjalan sekarang membingungkan, tidak seorang pun yang tahu atas landasan prinsip apa kita akan maju – apakah yang berguna dalam kehidupan, apakah kebajikan, ataukah pengetahuan yang lebih tinggi, yang akan menjadi tujuan dari pengajaran kita, ketiga pendapat itu kesemuanya memikat perhatian orang. Lagi pula, tentang cara-caranya, tidak terdapat kesepakatan, karena bagi orang-orang yang berlain-lainan, memulai dengan ide yang berbeda-beda sudah tentu tidak akan bersesuaian dalam prakteknya”.
Di samping itu Aristoteles dan orang-orang yang semasa dengan dia, banyak berpendapat akan sukarlah untuk setuju dengan semacam pendidikan yang tetap, untuk anak didik, karena kondisi sosial dimasa itupun berada dalam keadaan perubahan yang tepat. Keadaan politik sedang dalam situasi perubahan dari aristokratik ke demokrasi. Ekonomi dan perdagangan maju pesat yang mengangkat derajat Yunani dengan cepat kepada kedudukan pemimpin di laut Mediterranean sebelah timur. Keunggulan bangsa Yunani dimasa itu telah membawa bangsa itu ke dalam kancah konflik internasional, yang akhirnya nanti, berkemungkinan besar akan menyeretnya ke dalam peperangan internasional. Dalam bidang pendidikan, timbul pertanyaan yang mendasar, apakah sistem pendidikan tradisional yang stereo type atau tiruan ini akan dapat menyesuaikan diri dengan dunia baru ke arah mana pada masa itu bangsa Yunani sedang menuju, ataukah zaman baru itu menuntut adanya perubahan di dalam system pendidikan mereka?.
Demikian pulallah proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya mengalami perubahan-perubahan yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong proses kehidupan umat manusia di atas permukaan plane bumi ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad sebelumnya. Dua kali perang dunia telah merubah status permukaan bumi secara drastis. Kemauan teknologi telah mendekatkan jarak jarak bumi menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja. Apa yang terjadi di suatu negara pada detik ini dan saat itu juga telah diketahui oleh negara-negara lain di dunia ini. Penjajahan ruang angkasa telah memungkinkan manusia bumi berkelana ke bulan dan ke planet-planet lain dengan peralatan teknologi modern. Dengan teknologi komputer dan robot, kita seolah olah sudah berada di dunia lain, dan banyak permasalahan yang sebelumnya mustahil rasanya dapat dipecahkan, sekarang sudah bukan masalah lagi. Dunia semakin sempit dan jarak-jarak sudah tidak ada yang jauh lagi. Di dalam teknologi persenjataan, kita mengetahui adanya peluru-peluru kendali yang dapat ditembakan dimana saja dengan tujuan ke mana saja di seluruh penjuru dan pojok dunia ini. Dan tidak ada suatu tempat pun yang dapat luput dari sasaran, betapapun jauh dan tersembunyinya sasaran itu. Dengan persenjataan nuklir dan konsep perang bintang atau kartika yudha apakah dunia mendekati akhirnya ? itulah pertanyaan besar yang belum ada seorangpun berani menjawabnya.
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab tantangan zaman sekarang kita hadapi.
Demikian pula dengan proses kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Setelah usai perang dunia kedua, kita dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan kitapun akhirnya merdeka penuh, seratus persen. Dari bangsa jajahan kita menjadi bangsa merdeka. Tanggung jawab kita menjadi bertambah berat, sebab segala urusan besar dan kecil sydah berada di tangan bangsa kita sendiri. Sakit senang, suka duka, berat ringan tanggung jawab sudah terpikul di atas pundak kita sendiri. Termasuk tanggung jawab kita yang berat adalah bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis pendidikan harus kita adakan dari yang rendah hingga pendidikan Universitas. Semuanya harus disesuaikan dengan suasana baru, suasana bangsa yang merdeka, tapi dalam bidang pendidikan jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Kurikulum harus dirubah, cara berpikir harus dirubah, sistem, teori, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi baru, abad komputer dan teknologi maju. Meskipun dengan beban berat di atas pundak, kita harus maju terus menuju cita-cita dan mewujudkannya menjadi kenyataan di bumi Pertiwi kita Indonesia tercinta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar