BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga berencana (KB) adalah Program Nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan Bapak, Ibu, Anak Khususnya dalam keluarga, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan (http:// yogya.bkkbn.go.id).11
Di seluruh dunia jumlah peserta KB Metode Operasi Pria atau MOP/Vasektomi kurang lebih 43 juta dari jumlah pasangan usia subur, sedangkan di Amerika 13 % dari jumlah Pasangan Usia Subur. Di Indonesia peserta KB Metode Operasi Pria MOP/Vasektomi 1% dari total pengguna kontrasepsi (http://www.geocities.com/klinikfamilia/vasektomi 1.html, 2009).
Pengembangan keluarga berencana yang secara resmi sejak tahun 2000 telah memberikan dampak penurunan tingkat vertilitas total dan cukup mengembirakan, namun partisivasi pria dalam ber-KB masih sangat rendah yaitu 0,4 % di Indonesia sedang di Malaysia 16,8 %. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami dan hak-hak kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan (Pro-health, 2008).
Peran suami dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi yang berkisar 1,1 %, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,4 % karena itu perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai target partisipasi pria menjadi 8 % diakhir tahun 2004, dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Hal itu mengemukakan dalam evaluasi pelaksanaan, peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi pekan ini. Peran suami dalam KB antara lain sebagai peserta Keluarga Berencana dan mendukung pasangan menggunakan kontrasepsi. Sedang dalam kesehatan reproduksi, antara lain membantu mempertahankan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, menjadi ayah yang bertanggung jawab, mencegah penularan seksual, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta tidak bisa gender dalam menafsirkan kaidah agama. Pengembangan metode kontrasepsi Metode Operasi Pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan memperoleh informasi tentang alat kotrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, dan agama (Pro-health, 2008).
Sementara jumlah akseptor KB berdasarkan alat kontrasepsi di Provinsi Riau tahun 2009 sebanyak 93.627 orang (70,66%) dari target 223.155 orang. Akseptor baru metode kontrasepsi MOP sebanyak 6.353 orang (45,3%) dan tidak kontrasepsi MOP sebanyak 91.571 orang (66,50%) (http:// yogya.bkkbn.go.id).
Pasangan Usia Subur di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2009 adalah 139.919 orang dan peserta pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP berjumlah 605 orang ( Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan Kab. Inhil, 2009 )
Sementara pasangan usia subur di wilayah puskesmas Tembilahan Kota adalah 7.781 jiwa dan jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP sebanyak 3 orang, Di wilayah Puskesmas Gajah Mada jumlah pasangan usia subur berjumlah 6.123 jiwa dan jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP berjumlah 1 orang, sedangkan pasangan usia subur di wilayah Puskesmas Tembilahan Hulu adalah 6.426 jiwa dan pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP sama sekali tidak ada. Dari semua jumlah pasangan usia subur yang tinggal di wilayah kerja puskesmas tembilahan kota, wilayah kerja puskesmas Gajah mada dan wilayah kerja puskesmas tembilahan hulu maka jumlah data pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP/Vasektomi yang paling rendah adalah wilayah kerja puskesmas tembilahan hulu (0%) ( Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan Kab. Inhil, 2009 ).
Rendahnya partisipasi suami dalam ber-Keluarga Berencana dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang berperan aktif. Salah satu penyebabnya dari rendahnya pemakaian kontrasepsi mantap MOP/Vasektomi ini adalah tingakat pengetahuan, sikap, agama, suku bangsa, usia perkawinan, dan jumlah anak dalam keluarga.
Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya cakupan pria ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.
1.3.2.2 Diketahui hubungan pengetahuan pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.
1.3.2.3Diketahui hubungan sikap pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.
1.3.2.4 Diketahui hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
1.3.2.5Diketahui hubungan Umur pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti Lain
Untuk sebagai bahan perbandingan dan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pelaksanaan program dalam memotivasi pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2010.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Yayasan Akademi Kebidanan Husada Gemilang Tembilahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan yaitu pada bulan juni tahun 2010. Bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder dengan menyebarkan kuesioner dan survey yang digunakan secara analitik dengan pendekatan cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi MOP
2.1.1 Faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB MOP
Tingkat pengetahuan, sikap suami terhadap KB, agama atau kepercayaan, Suku Bangsa, Usia perkawinan, Jumlah anak masih hidup dapat menyebabkan ketidakmauan pria untuk ikut berpatisipasi dalam menjalankan program keluarga berencana khususnya penggunaan Metode Operasi Pria (MOP), seperti telah dikemukakan oleh para ahli dibawah ini :
2.1.2 Pengetahuan
Seseorang akan dapat menterjemahkan suatu objek dengan baik apabila dapat merespon suatu rangsangan melalui panca indera dengan baik yang kemudian diterjamahkan dengan penalaran sebagai bahan pengalaman sehingga mereka menjadi tahu. Ketidak mauan pria untuk berperan aktif dalam ber-KB MOP disebabkan karena keterbatasan pengetahuan. Hal ini seperti yang telah di definisikan oleh para ahli dibawah ini :
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
1) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
(1). Umur
Singgih (2004), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
(2).Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
(3).Lingkungan
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya (Nasution, 2002).
(4). Suku Bangsa
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
(5). Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
2.1.3 Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak (Widiatun, 2002). Sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widiatun, 2002).
1) Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap
(1). Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
(2). Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.
(3).Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Menurut teori diatas dapat disimpulkan bahwa sikap sangat menentukan tindakan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan sedikit dan banyaknya pengalaman, selain itu situasi juga sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang untuk mau atau tidaknya melakukan tindakan seperti melakukan tindakan seperti melakukan program keluarga berencana Metode Operasi Pria (MOP)
2.1.4 Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Agama).
peneliti menyimpulkan bahwa Agama juga dapat berpengaruh besar terhadap ketidakmauan pria untuk ber-KB karena seseorang yang berpegang pada Fiqih secara teks yang akan mengartikan umur secara harfiah atau melihat berdasarkan umur dan angka bukan berdasarkan kematangan psikologi dan pengetahuan akan melakukan pernikahan pada usia atau umur yang masih muda yang akan membawa dampak negatif terhadap wanita yang pada dasarnya belum siap untuk melahirkan keturunan.
2.1.5 Suku Bangsa
Istilah suku berhubungan dengan masyarakat, berkaitan dengan manusia yang hidup dalam masyarakat, atau membicarakan mengenai masyarakat sebagai pranata, bahkan berkaitan juga dengan minat atau kepedulian suku, kesenangan suku, manfaat suku, kebahagiaan suku, tugas suku, dan lain-lain. Sedangkan Bangsa / Kebangsaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002).
Menurut teori diatas bahwa sudah menjadi kodrar alam bahwa manusia sejak lahir selalu mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama dengan orang lain. Hidup bersama dengan orang lain dalam bentuk paling kecil adalah keluarga tentunya akan diawali dengan membentuk paling sedikitnya seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam ikatan pernikahan yang di atur oleh Undang-undang dan aturan-aturan adat. Kesiapan dan kematangan pola berpikir keluarga serta peran masyarakat inilah yang menentukan mau atau tidaknya seorang untuk menjalankan program Keluarga Berencana. Sebagai contoh pola pikir adat yang diberikan secara turun temurun dari para pewaris yang mengatakan banyak anak banyak rezeki, anak akan membawa rezeki sendiri-sendiri, dengan banyak anak berarti memberikan banyak kesempatan anak yang hidup (Widiatun, 2002).
2.1.6 Usia Perkawinan
Usia perkawinan merupakan suatu tahapan perkembangan hubungan suami istri dalam keluarga dari masa transisi awal menikah kemasa berikutnya (Widiatun, 2001).
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Usia Perkawinan ini dapat mendasari keengganan pria untuk melakukan program keluarga berencana berupa bagi pasangan pemula yang ingin segera mempunyai keturunan atau sebaliknya bagi pasangan yang sudah cukup lama tetapi belum memiliki keturunan mereka akan terus berusaha untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerusnya, sebagai generasi pewaris dari orang tuanya (Widiatun, 2002).
2.1.7 Jumlah anak dalam keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dan jumlah anak dalam satu keluarga cukup dengan 3 (tiga) orang anak saja (Dep-Kes RI, 2001).
2.1.8 Umur
Umur adalah makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 2001).
2.2 Pengertian Kontrasepsi Metode Operasi Pria
Kontrasepsi Metode Operasi Pria adalah Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis ke penis. (Hanafi, 2004).
Kontrasepsi Metode Operasi Pria adalah Prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2003).
Kontrasepsi metode operasi pria adalah Tindakan memotong dan menutup saluran mani (vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis (Mochtar, 2003).
2.2.1 Keuntungan Kontap-Pria :
1) Efektif.
2) Aman, morbilitas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.
2.2.2 Kerugian Kontap-Pria :
1) Diperlukan suatu tundakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hanafi, 2004).
2.2.3 Kegagalan Kontap-Pria
1) Rekanalisasi spontan : Hal ini tidak terjadi pada keadaan bila kedua ujung dibakar
2) Bila yang dipotong bukan vas deferens, misalnya pembuluh darah.
3) Ada lebih dari satu vas deferens (duplikasi vas deferens)
4) Akseptor telah bersetubuh dengan istri sebelum benar-benar steril
(Mochtar, 2003).
2.2.4 Kontra-Indikasi Kontap –Pria :
1) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
2) Infeksi traktus genitalia.
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya :
(1). Varicocele.
(2). Hydrocele besar.
(3). Filariasis.
(4). Hernia inguinalis.
(5). Orchiopexy.
(6). Luka perut bekas operasi hernia.
(7). Skrotum yang sanga tebal.
4) Penyakit sistemik :
(1) Penyakit-penyakit perdarahan.
(2) Deabetes mellitus.
(3) Penyakit jantung koroner yang baru.
5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hanafi, 2004).
2.2.5 Persiapan Pre-Operatif Kontap-Pria
1) Hanya minim sekali :
(1). Rambut pubis sebaiknya dicukur.
(2) Tindakan dan anti-sepsis daerah skrotum dengan antiseptik (larutan iodine).
2.2.6 Prosedur Kontap-Pria :
Prosedur kontap-pria meliputi beberapa langkah tindakan :
1) Identifikasi dan isolasi vas deferens.
(1). Kedua vasa deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid- scrotum, tidak berfungsi (berbeda dengan pembuluh darah).
(2). Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan :
Kulit scrotum tebal
Vas deferens yang sangat tipis.
Spermatic cord yang tebal.
Testis yang tidak turun.
Otot cremaster berkontraksi dan menarik testis keatas.
(3). Kedua vas deferens harus di identifikasi sebelum meneruskan prosedur kontap-nya
(4). Dilakukan mobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan telunjuk atau memakai klem (doek-klem atau klem lainnya).
(5). Dilakukan penyuntikkan anestesi lokal.
2) Insisi scrotum.
(1). Vas deferens yang telah di immobilisasi di depan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.
(2). Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan secara :
Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe).
Dua insisi, satu insisi di atas masing-masing vas deferens.
3). Memisahkan lapisan-lapisan superfisial dari jaringan-jaringan sehingga vas deferens dapat di isolasi.
4). Oklusi vas deferens.
(1). Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1 -3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epididymis.
(2). Ujung-ujung vasa deferens setelah dipotong dapat ditutup dengan :
Ligasi
Dapat dilakukan dengan chromic catgut ( ini yang paling sering dilakukan ).
Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk), tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma.
Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jaringan sekitar dan terjadi granuloma.
5). Penutupan luka insisi.
(1). Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.
(2). Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plester saja (Hanafi, 2004).
2.2.7 Perawatan Post-Operatif Kontap-Pria
Perawatan post-operatif kontap-pria juga minim saja :
1) Istirahat 1-2 jam di klinik.
2) Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari.
3) Kompres dingin/es pada skrotum.
4) Analgetika.
5) Memakai penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari.
6) Luka operasi jangan kena air selama 24 jam.
7) Senggama dapat dilakukan secepat saat pria sudah menghendaki dan tidak merasa terganggu.
8) Dipersilakan berbaring selama 15 menit
9) Amati rasa nyeri dan perdarahan pada luka
10) Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik.
(Saifuddin, 2003).
2.2.8 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor kontap-pria akan tindakan operasi (yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk lebih menggalakkan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di indonesia sekarang telah di perkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP) (Hanafi, 2004).
2.2.9 Prosedur VTP :
1) Persiapan pre-operatif :
(1). Cukur rambut pubis, untuk lebih menjamin sterilitas.
(2). Tidak perlu puasa sebelumnya.
2) Mencari, mengenal dan fiksasi vas deferens, kemudian dijepit dengan klem khusus yang ujungnya berbentuk tang catut. Lalu disuntikkan anestesi lokal.
3) Dilakukan penusukkan pada garis tengah skrotum dengan alat berujung bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil, yang kemudian disebarkan sekitar 0,5 cm. Akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.
4) Selanjutnya dilakukan oklusi vas deferens dengan ligasi + reseksi suatu segmen vas deferens.
5) Penutupan luka operasi (Hanafi, 2004).
2.2.10 Efektifitas Kontap-Pria
1) Angka kegagalan : 0 – 22 % umumnya < 1 %.
2) Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh :
(1). Senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.
(2). Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umunya terjadi setelah pembentukkan granuloma spermatozoa.
(3). Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
(4). Jarang yaitu Duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas deferens pada satu sisi) (Hanafi, 2004).
2.2.11 Efek Samping dan Komplikasi Kontap-Pria
Komplikasi minor :
1) Ecchymosis, terjadi pada 2 – 65 %.
Penyebabnya : pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi perembesan darah dibawah kulit. Tidak memerlukan terapi, dan akan hilang sendiri dalam 1 – 2 minggu post-operatif.
2) Pembengkakan (0,8 – 67 % ).
3) Rasa sakit/raasa tidak enak.
4) Terapi butir 2 dan 3 :
(1). Kompres es.
(2). Analgetika/NSAID.
(3). Penunjang skrotum.
2.2.12 Komplikasi Mayor :
1) Hematoma.
(1). Insidens : < 1 %.
(2). Terjadi pembentukkan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah.
(3). Pencegahan : hemostasis yang baik selama operasi.
(4). Pengobatan :
Hematoma kecil : kompres es, istirahat bebrapa hari.
Hematoma besar : membuka kembali skrotum, ikat pembuluh darah dan lakukan drainase.
2) Infeksi
(1). Jarang terjadi, hanya kira-kira pada < 2 %.
(2). Infeksi dapat terjadi pada beberapa tempat :
Insisi.
Vas deferens.
Epididymis, menyebabkan epididymitis.
Testis, menyebabkan orchitis.
3). Sperma granuloma
Granuloma adalah suatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa, sel-sel epitel dan lymphocyt, dan merupakan suatu respons inflammatoir terhadap spermatozoa yang merembes kedalam jaringan sekitarnya.
(1). Insidens sperma granuloma : 0,1 – 3%.
(2).Penyebab dan timbulnya sperma granuloma : merembes dan bocornya spermatozoa kedalam jaringan sekitarnya, yang disebabkan oleh :
Absorpsi dari benang jahitan sebelum terbentuk jaringan parut.
Oklusi yang tidak adekuat dari vas deferens selama operasi.
Ikatan jahitan terlalu keras sehingga memotong vas deferens.
Tekanan yang meninggi belakang ujung vas deferens yang dipotong.
Infeksi vas deferens sehingga timbul nekrosis jaringan.
(3). Diagnosa sperma granuloma :
Rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada lokasi operasi setelah 1 - 2 minggu, sedangkan sebelumnya sama sekali a-simptomatik.
(4). Terapi sperma granuloma :
Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri, atau dapat dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian NSAID.
Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi. Hanya saja, eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu granuloma lainnya.
(5). Efek samping sperma granuloma :
Bisa menyebabkan rekanalisasi vas deferens, karena terbentuk saluran-saluran di dalam granulomanya.
Granuloma epididymal dapat mencegah keberhasilan reversal/pemulihan-kembali kontap-pria.
4). Komplikasi lain-lain.
(1). Sangat jarang terjadi ( < 1 % ).
Perlekatan vaskutaneous.
Hydrocele.
Fistula vaskutaneous.
(Hanafi, 2004).
2.2.13 Efek Sistemik dari Kontap-Pria
1) Tidak ditemukan efek sistemik dari prosedur kontap-pria
Fungsi kelenjar prostat, seminal vesicles dan kelenjar-kelenjar urethra tidak mengalami perubahan sebagai akibat dari kontap-pria, karena fungsi mereka ditentukan oleh kadar androgen di dalam darah (yang tidak berubah karena kontap-pria).
2) Tidak ditemukan efek kontap-pria terhadap timbulnya penyakit jantung, karsinoma, penyakit paru-paru, saraf, gastro-intestinal dan endokrin.
(Hanafi, 2004).
2.2.14 Efek kontap-Pria pada Fungsi Testis dan Hormon Pria
1) Kontap-pria tidak menimbulkan efek pada fungsi testis dan spermatogenesis berlangsung seperti biasa. Tidak ditemukan perubahan dalam hormon gonadotropin hypopysis (FSH – LH) ysng semuanya masih berada dalam batas normal (Hanafi, 2004).
2.2.15 Efek psikologis dari Kontap-Pria
1) Prosedur kontap-pria hanya menimbulkan efek lokal yaitu oklusi vas deferens, dan tidak akan menimbulkan perubahan fungsi psiko-seksual yang normal.
2) Problem psikologis terjadi pada < 1 -5 % dari akseptor kontap-pria, dengan keluhan rasa takut yang timbul setelah kontap-pria, yang meliputi :
(1). Rasa takut “trauma” tubuh
Berkurangnya kekuatan fisik tubuh.
Rasa lelah.
Insomnia, sakit kepala, depressi.
Berat badan menurun.
(2). Rasa takut “trauma” seks.
Libido menurun.
Dispareunia.
(3). Rasa takut “trauma” keluarga.
Rasa takut akan kehilangan anak, terutama di daerah/negara dengan mortalitas anak yang tinggi.
Beberapa peneliti menemukan bahwa pasangan suami istri yang kehilangan anak, menunjukkan kecemasan (anxietas) yang lebih tinggi setelah tindakan kontap-pria.
(4). Rasa takut “trauma” moral.
Adanya konflik yang berhubungan dengan agama, kebudayaan, dan ketakutan bahwa pria yang telah menjalani kontap-pria akan melakukan perbuatan serong/penyelewengan.
(5). Rasa takut “trauma” kelompok/golongan.
Pengaruh, kekuasaan atau kedudukan yang menurun dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut kelompok keagamaan, sosio-ekonomik atau ethnik (Hanafi, 2004).
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Kontrasepsi Mantap Pria dan Wanita
KONTAP-PRIA KONTAP-WANITA
Efektivitas
Komplikasi
penerimaan
Personil
Peralatan
Fasilitas penunjang
Kemungkinan Efek Samping Jangka Panjang Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan kehamilan sedikit lebih tinggi.
Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi.
Hampir tidak ada resiko trauma internal.
Infeksi serius sangat rendah.
Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi.
Bekas luka parut hampir tidak terlihat.
Reversibilitas sedikit lebih tinggi.
Biaya lebih tinggi.
Dapat dikerjakan sendiri, dengan atau tanpa asisten.
Dapat dikerjakan oleh paramedis yang terlatih.
Waktu operasi lebih singkat. ( ½ waktu operasi kontap-wanita)
Hanya memerlukan peralatan bedah sederhana/standard.
Dapat dikerjakan dengan anestesi lokal.
Tidak diperlukan fasilitas penunjang bila terjadi komplikasi.
Tidak ada. Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah.
Segera efektif post operatif.
Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.
Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi.
Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi.
Bekas luka parut kecil tetapi masih dapat terlihat.
Reversibilitas sedikit lebih rendah.
Biaya lebih tinggi.
Perlu suatu tim
Lebih sukar dipelajari dan dikerjakan para medis.
Waktu operasi lebih lama.
Mini-lap hanya memerlukan peralatan bedah standard.
Untuk endoskopi diperlukan peralatan yang mahal, rumit, perawatan yang baik.
Perlu sedasi sistemik dan anestesi lokal.
Diperlukan fasilitas penunjang untuk tindakan laparotomi bila terjadi komplikasi serius.
Resiko kehamilan ektopik.
(Hanafi, 2004).
2.2.16 Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut :
1) Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan.
Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam, rasa nyeri , perdarahan dari bekas operasi, atau alat kelamin.
Pemriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan luka, dan perawatan sebagaimana mestinya.
5) Sebulan setelah operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
Anamnesis yang meliputi keadaan kesehatan umum, dan senggama.
Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum dan alat genetalia.
6) Tiga bulan dan setahun setelah operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, senggama, sikap terhadap kontrasepsi mantap, dan keadaan kejiwaan si akseptor.
Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan umum.
Lakukan analisa sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau 10 – 12 kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan.
. (Saifuddin, 2003).
2.3 Proses perubahan Perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
2.3.1 Faktor Predisposisi (predisposing faktors)
Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.
2.3.2 Faktor Pemungkin (enabling faktors)
Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
2.3.3 Faktor Penguat (reinforcing faktors)
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
(Notoatmodjo, 2005)
2.4 Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori
-----------------------------
- Inteligensi
- Suku Bangsa
- Lingkungan
- Agama
---------------------------------------
--------------------------------------------
Faktor Pemungkin
- Sarana Kesehatan
- Fasilitas
- Jarak Tempuh
--------------------------------------------
--------------------------------------------
Faktor Penguat
- Usia perkawinan
--------------------------------------------
Ket : = Di teliti
------ = Tidak di teliti.
Sumber : Lawrence Green dalam buku Notoadmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Dari uraian di atas, kerangka konsep yang di pakai dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 3.1
Kerangka Konsep
.
Variabel Independent Variabel Dependent
3.2 Defenisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden Tentang Metode Operasi Pria (MOP) Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Baik : jika benar menjawab pertanyaan > 5
2. Kurang Baik : jika salah menjawab pertanyaan ≤5
Sikap Suatu pola tingkah laku yang dimiliki oleh responden Terhadap Metode Operasi Pria (MOP). Skala Guttmen Wawancara Ordinal 1. Baik : jika benar menjawab pertanyaan > 5
2. Kurang Baik : jika salah menjawab pertanyaan ≤ 5
Umur Usia responden berdasarkan pengakuan responden tentang ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP). Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Muda: jika umur responden < 20 tahun
2.Sedang : jika umur responden ≤ 20-35 tahun
3. Tua : jika umur responden > 35 tahun
Jumlah anak dalam Keluarga Banyak anak berdasarkan pengakuan responden tentang ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP). Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Banyak : jika jumlah anak dalam keluarga > 2 orang
2. Cukup : jika jumlah anak dalam keluarga ≤ 2 orang
KB MOP KB MOP adalah prosedur untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi berdasarkan data puskesmas Tembilahan Hulu. Kuesioner Wawancara Ordinal - Menggunakan KB MOP
- Tidak menggunakan KB MOP
3.3 Hipotesis (Jika Ada)
3.3.1 Ha = Jika ada hubungan Pengetahuan pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
3.3.2 Ha = Jika ada hubungan Sikap pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
3.3.3 Ha = Jika ada hubungan Umur pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
3.3.4 Ha = Jika ada hubungan Jumlah anak dalam keluarga pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur beberapa variabel yang di teliti.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test/ peristiwa-peristiwa sebagai sumber daya dimiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian (Nawawi, 2000).
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh bapak-bapak di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010 dengan jumlah 1729 orang.
4.2.2 Sample.
Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Mustafa, 2008).
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random sampling yaitu sampel diambil secara acak dan setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah menggunakan rumus:
(Notoatmodjo, 2003).
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sample
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0.1)
Diketahui jumlah populasi adalah sebanyak 1729 orang (N=1729) maka diketahui besarnya sampel yaitu :
=
= 100 orang (pembulatan ke atas).
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian dari bapak-bapak Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010 sebanyak 100 orang.
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu, untuk penelitian ini adalah bulan juni 2010.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Data yang didapatkan langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara dengan responden yang terpilih sebagai sampel.
4.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Puskesmas Tembilahan Hulu Kab. Indragiri Hilir, serta data yang di ambil adalah jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP pada tahun 2009.
4. 5 Teknik Pengolahan Data
4.5.1 Pemeriksaan data ( Editing )
Dilakukan untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh apakah jawaban sudah lengkap dengan jelas, sehingga dapat dihasilkan data yang telah akurat untuk pengolahan data selanjutnya.
4.5.2 Pengkodean ( Coding )
Coding merupakan kegiatan pemberian kode terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori kegiatan ini merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan.
4.5.3 Memasukkan data (Entry data )
Memindahkan jawaban kedalam master table.
4.5.4 Pembersihan ( Cleaning )
Setelah semua jawaban dan data dibuat dimaster tabel kemudian di distribusikan ke tabel distribusi frekuensi.
4.6 Teknik analisa data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS versi 11,0 dan di analisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel penelitian (analisa univariat). Untuk mencari hubungan dua variabel (analisa bivariat) digunakan tabel silang ( eha square ) dengan tingkat kepercayaan 95 % dan a = 5 % dan tingkat kemaknaan p < 0, 05.
Minggu, 18 Juli 2010
pengertian BK
Pengertian Bimbingan Menurut Para Ahli
1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.hal 19. Rochman Hatawidjaja, 1987 : 31
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendidri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.
.
2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Moh. Surya, 1988 : 12
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya”.
3. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Prayitno, 1983 : dan 1987 :35
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dilaksanakan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, (e) mewujudkan diri”.
4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 94. Tiedeman dalam Bernard & Fullmer. 1969.
“Bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna”
5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 95. Jones, Staffre & Stewart, 1970.
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prisip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak di turunkan (diwarisi), tetap harus di kembangkan”.
Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Prayitno, 1983 : 3
“Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”.
2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Natawidjaja, 1987 : 32
“Konseling adalah satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang”.
3. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Pepinsky & Pepinsky, dalam Shertzer & Stone, 1974.
“Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dank lien, (b) terjadi dalam suasana yang profesional, (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien”.
4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Smith, dalam Sertzer & Stone, 1974.
“Konseling adalah suatu proses di mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya”.
5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. McDaniel, 1956.
Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan lansung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya”.
1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.hal 19. Rochman Hatawidjaja, 1987 : 31
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendidri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.
.
2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Moh. Surya, 1988 : 12
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya”.
3. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Prayitno, 1983 : dan 1987 :35
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dilaksanakan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, (e) mewujudkan diri”.
4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 94. Tiedeman dalam Bernard & Fullmer. 1969.
“Bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna”
5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 95. Jones, Staffre & Stewart, 1970.
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prisip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak di turunkan (diwarisi), tetap harus di kembangkan”.
Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Prayitno, 1983 : 3
“Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”.
2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Natawidjaja, 1987 : 32
“Konseling adalah satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang”.
3. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Pepinsky & Pepinsky, dalam Shertzer & Stone, 1974.
“Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dank lien, (b) terjadi dalam suasana yang profesional, (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien”.
4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Smith, dalam Sertzer & Stone, 1974.
“Konseling adalah suatu proses di mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya”.
5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. McDaniel, 1956.
Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan lansung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya”.
penerapan sistem pendidikan
PENERAPAN DAN SITEM PENGAJARAN
Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.
MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN
Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :
Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.
MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN
Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :
konsep jiwa kependidikan
BAB I
ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi
1. Daya Vegetatif, bersifat tumbuh, berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati”
2. Daya Sensoris, ini bagi pemilik penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany”
3. Daya Rasional, yang khusus pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”
4. Daya ruh, bersifat taat, patuh, tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.
Menurut Kejiwaan Manusia
Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa manusia terdiri dari :
1. Jiwa Vegetatif : bagian terbawah
2. Jiwa Sensitif : bagian menengah
3. Jiwa Rasional : bagian tertinggi
Pembagian Ilmu Jiwa
1. Dari segi sasaran / obyeknya, ilmu jiwa dapat dibedakan menjadi dua :
a. Ilmu Jiwa Umum : yaitu obyek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.
b. Ilmu Jiwa Khusus : yaitu obyek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.
2. Dari segi kegunaan dapat dibedakan antara ilmu jiwa teoritis, praktis.
a. Teoritis dipergunakan untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.
b. Praktis dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang kehidupan manusia.
Pengertian Psikologi Pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah : suatu stadi kejiwaan dari bidang pendidikan/studi dari bidang pendidikan yang akhirnya diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pengajaran.
BAB II
PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Psikologi pendidikan, bisa dipahami sebagai “study tentang proses pendidikan dari sudut tinjauan psikologi”.
Apakah psikologi pendidikan sudah merupakan disiplin ilmu yang tersendiri? Hal ini dapat lihat apakah psikologi pendidikan sudah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Harus mempunyai obyek
2. Harus mempunyai metode khusus
3. Harus mempunyai ruang lingkup studi yang jelas
4. Harus mempunyai nilai guna dan manfaat
Obyek Psikologi Pendidikan
1. Obyek material, yaitu bersifat umum, yang juga menjadi obyek kebersamaan ilmu-ilmu umum lainnya yang sejenis, (obyek dari ilmu induknya).
2. Obyek formal yaitu bersifat khusus yang hanya menjadi sasaran studi tersendiri dari ilmu yang bersangkutan dan berbeda dari obyek-obyek ilmu lainnya, ini keduanya merupakan penghayatan tingkah laku manusia.
Ruang lingkup Psikologi Pendidikan
Ialah meliputi :
1. Masalah perkembangan dan pertumbuhan individu
2. Masalah belajar mengajar
3. Masalah pengukuran dan penelitian
4. Masalah bimbingan dan penyuluhan
Kegunaan Psikologi Pendidikan
Secara praktis Psikologi pendidikan berguna pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan pengajar.
a. bagi perencana pendidikan
b. bagi para guru
c. bagi para orang tua
BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Antara kata pertumbuhan dan perkembangan keduanya mempunyai arti yang berbeda karena suatu yang tumbuh adalah suatu yang bersifat material dan kuantitatif sedangkan yang berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kuantitatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.
1. Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.
2. Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :
1. Teori Rativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu.
2. Teori Empirisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar.
3. Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi.
Prinsip-prinsip Perkembangan.
1. Prinsip kesatuan organis
2. Prinsip tempo dan irama berkembang
3. Prinsip pola umum perkembangan yang sama
4. Prinsip Konvergensi
5. Prinsip Kematangan
6. Prinsip Fungsional
Membina pertumbuhan dan perkembangan anak
Syarat-syarat pokok dalam pembinaan pertumbuhan dan perkembangan.
1. Adanya Pembina yang bertanggung jawab
2. Tersedianya alat-alat lengkap
3. Adanya keteraturan artinya : pembinaan harus diberikan secara terus-menerus
4. Diperlukan adanya perlindungan
5. Diperlukan adanya kesabaran dan ketekunan
BAB IV
FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIPNYA
Yang disebut faktor hereditas adalah : sifat-sifat / ciri-ciri yang diperoleh oleh seseorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi melalui sel benih.
Prinsipnya atau Hukum Hereditas
Dapat berlangsung menurut prinsip-prinsip / hokum-hukum tertentu yaitu :
1. Prinsip Reproduksi, melalui prinsip reproduksi orang tua bisa mewariskan sel benihnya kepada generasinya.
2. Prinsip Konformitasi, bahwa setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri.
3. Prinsip Variasi, selain mewarisi ciri-ciri yang umum yang sama juga mewariskan sifat berbeda lainnya.
4. Prinsip Regresi Fillial, menunjukkan sifat menonjol kedua-duanya misal : meskipun orang tuanya cerdas, generasinya akan sedang-sedang tak secerdas orang tuanya.
BAB V
PERLENGKAPAN DASAR DAN PERLENGKAPAN AJAR
Perlengkapan dasar ialah perlengkapan-perlengkapan yang ada dan dimiliki oleh seseorang atas dasar bawaan / keturunan.
Sedangkan perlengkapan ajar adalah perlngkapan-perlengkapan yang berupa berbagai macam kemampuan yang diperoleh anak sebagai akibat belajar dan pengalaman-pengalaman lain.
BAB VI
PROBLEM PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PENDIDIKAN
Perbedaan individual adalah sebagai apresiasi dari hukum variasi dalam hereditas.
Sesuai dengan hukum regresi filial dapat dibedakan bersifat demikian.
1. Secara kasar : hanya bisa digolongkan antara dua kategori misal : tinggi rendah
2. Secara distributif : penyebaran perbedaan individual itu menunjukkan “kurva distributif normal” bahwa yang paling banyak adalah sedang-sedang dan semakin ke ujung semakin sedikit jumlahnya.
BAB VII
PENGERTIAN BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Belajar mempunyai banyak arti sangat luas. Bisa dikatakan bahwa belajar adalah meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan.
Belajar dapat didefinisikan sebagai “berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, melaksanakan sesuatu dan lain-lain”.
Faktor yang mempengaruhi belajar
1. Faktor-faktor non sosial
2. Faktor-faktor sosial dalam belajar
3. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
4. Faktor-faktor psikologis dalam belajar
BAB VIII
TEORI-TEORI BELAJAR ILMU JIWA PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Disini banyak aliran psikologi dan psikologi pendidikan.
1. Psikologi yang bersifat spekulatif
2. Psikologi behavioristik
3. Psikologi Kognitif
4. Psikologi humanistik
Dan mengenai teori belajar ini tak lain karena para ahli tidak puas pendapat, para ahli sebelumnya, dari itu timbulah teori belajar yang bersifat kognitif .
Psikologi kognitif mulai berkembang dari lahirnya teori gestalt peletak dasar teori gestatif adalah Wertheimer, yang meneliti tentang pengalaman dan problem solving.
Menurut psikologi gestalt ada beberapa sifat khusus belajar dengan insight (pengamatan/pemahaman mendadak antara hubungan terhadap permasalahan) yaitu:
1. Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda antar anak
2. Insight itu tergantung kepada pengalaman yang relevan
3. Insight itu tergantung pengaturan secara eksperimental
4. Insight itu didahului oleh sesuatu periode yang berbeda-beda
5. Insight itu dapat diulangi
6. Insight itu yang pernah didapatkan, dapat dipakai untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
BAB IX
BEBERAPA BENTUK / JENIS BELAJAR
Bentuk-bentuk belajar antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Bentuk belajar menurut spikis
a. Belajar dinamik yaitu artinya menghendaki sesuatu secara wajar didalam belajar
b. Belajar efektif, cirinya belajar menghayati nilai-nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan
c. Belajar kognitif, cirinya dalam mempergunakan bentuk-bentuk prestasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi
2. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
a. Belajar teoritis
b. Belajar teknis
c. Belajar bermasyarakat
d. Belajar estetis, cenderung bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian.
3. Bentuk- bentuk belajar yang tidak begitu disadari
a. Belajar insidental : ini cirinya langsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal-hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.
b. Belajar tersembunyi
c. Belajar mencoba-coba
BAB X
MASALAH MOTIVASI BELAJAR
Motif, motivasi dan motivasi belajar.
Motif adalah : daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu
Motivasi ialah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, motivasi belajar adalah dorongan yang mana dapat memberikan rasa belajar dengan tekun kepada peserta didik.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan sesuatu kebutuhan. Kaitan itu tertampung dalam istilah “lingkungan motivasi”.
BAB XI
TRANSFER BELAJAR
Transfer belajar adalah : pemindahan / pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidangstudi yang satu ke bidang studi yang lain, atau kehidupan sehari-hari di luar lingkungan sekolah.
Beberapa pandangan tentang transfer belajar, dalam hal ini terdapat beberapa teori antara lain :
1. Teori disiplin formal
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.
2. Teori elemen identik
Suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama antara bidang-bidang study.
3. Teori generalisasi
Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok.
Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.
1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan / materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas di pihak siswa
5. Sikap dan usaha guru
BAB XII
PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Setiap makhluk hidup pasti mempunyai masalah. Adapun beberapa cara yang harus ditempuh dalam problem solving mulai dari sederhana sampai yang paling rumit adalah :
1. Kelakuan yang tidak dipelajari (instink) dan pembiasaan
2. Trial and error yang membudaya
3. Dengan insight (pemahaman)
4. Vicarious, behavior (dalam hati), dan
5. Cara ilmiah
Kalau pada binatang pemecahan masalah dapat menggunakan cara-cara (1), (2), dan (3) sedangkan pada manusia menggunakan kelima cara tadi, akan tetapi cara (1), dan (2) sering dipergunakan pada tahap kanak-kanak.
EVALUASI
Manfaat buku ini, mempermudah pendidik dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar dengan mengetahui garis-garis besar ilmu jiwa pendidikan sehingga target / tujuan pendidikan secara praktis dapat dijangkau.
Kelemahan buku, karena namanya buku dan hanya buku yang berisikan gambaran-gambaran tertentu didalam pendidikan, pasti masih trdapat kelemahan antara lain, buku ini cuma teori tidak langsung berbentuk praktis, kemudian di dalam mempelajari ilmu jiwa pendidikan terdapat banyak dan melebar berbagai teori dan teori sehingga menurut pendapat saya pribadi, dengan menaati, menghafalkan teori-teori ini kapan terlaksananya kegiatan belajar mengajar, belum pula memahami kemudian penerapan.
Pemilik Resensi : Shokif Furidho
NIM : D02206022
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PBD
Semester : II
KLASIFIKASI
A. Pengertian
Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari benda menurut spesianya.
Dari sini begitu banyak pembahasan tentang klasifikasi itu sendiri disadari atau tidak pengklsifikasi sesuatu kerap kita hadapi pada kehidupan sehari-hari. Para ilmuwanpun membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan ilmu sosial, ilmu kealaman, ilmu humaniora.
Tujuan ini tidak lain supaya kita dapat mudah mengetahui tanda-tanda itu.
Untuk membuat klasifikasi harus menempuh dua macam cara dan ini merupakan syaratnya.
a. pembagian
b. pengelolaan
B. Pembagian
Adalah pembagian suatu genera kepada spesia yang dicakupnya. Sedang untuk mengetahui pembagian genera kepada spesia dengan benar maka dalam pembagian perlu / bahkan wajib memperhatikan patokan berikut :
a. pembagian harus di dasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh, sedang spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya, kita hendak membagi macam agama, maka kita harus berdasarkan perubahan tertentu dari sifat genera itu sendiri.
b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja, karena pembagian yang dilandaskan atas lebih dari satu dasar akan menimbulkan spesia simpang siur.
Contohnya : pembagian manusia menjadi ; manusia berkulit putih, berkulit hitam. Manusia Afrika, Manusia Asia.
c. Pembagian harus lengkap. Yakni, harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera, Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia dan generanya. Hal ini sangat tergantung terhadap kebendaharaan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.
Pembagian dikotomi, karena mungkin kita akan menghadapi pembagian yang berbeda dengan model di atas. Maka kita menggunakan pembagian logika jenis lain yaitu pembagian dekotomi adalah: pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya, dengan mengelompokkan menjadi 2 golongan yang di bedakan atas ada dan tidak adanya.
Dalam bahasa latin (dikotomi) mempunyai arti pembagian secara dua-dua dalam bahasa arab disebut sunaiyyal.
C. Penggolongan
Penggolongan mempunyai lebih spesifik daripada pembagian. Jadi, antara pembagian dan penggolongan mempunyai arti yang bertolak belakang. Karena pembagian bergerak dari atas ke bawah sedang penggolongan sebaliknya.
Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu berdasarkan atribut dan perbedaannya, tentu barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama.
ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi
1. Daya Vegetatif, bersifat tumbuh, berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati”
2. Daya Sensoris, ini bagi pemilik penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany”
3. Daya Rasional, yang khusus pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”
4. Daya ruh, bersifat taat, patuh, tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.
Menurut Kejiwaan Manusia
Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa manusia terdiri dari :
1. Jiwa Vegetatif : bagian terbawah
2. Jiwa Sensitif : bagian menengah
3. Jiwa Rasional : bagian tertinggi
Pembagian Ilmu Jiwa
1. Dari segi sasaran / obyeknya, ilmu jiwa dapat dibedakan menjadi dua :
a. Ilmu Jiwa Umum : yaitu obyek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.
b. Ilmu Jiwa Khusus : yaitu obyek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.
2. Dari segi kegunaan dapat dibedakan antara ilmu jiwa teoritis, praktis.
a. Teoritis dipergunakan untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.
b. Praktis dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang kehidupan manusia.
Pengertian Psikologi Pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah : suatu stadi kejiwaan dari bidang pendidikan/studi dari bidang pendidikan yang akhirnya diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pengajaran.
BAB II
PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Psikologi pendidikan, bisa dipahami sebagai “study tentang proses pendidikan dari sudut tinjauan psikologi”.
Apakah psikologi pendidikan sudah merupakan disiplin ilmu yang tersendiri? Hal ini dapat lihat apakah psikologi pendidikan sudah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Harus mempunyai obyek
2. Harus mempunyai metode khusus
3. Harus mempunyai ruang lingkup studi yang jelas
4. Harus mempunyai nilai guna dan manfaat
Obyek Psikologi Pendidikan
1. Obyek material, yaitu bersifat umum, yang juga menjadi obyek kebersamaan ilmu-ilmu umum lainnya yang sejenis, (obyek dari ilmu induknya).
2. Obyek formal yaitu bersifat khusus yang hanya menjadi sasaran studi tersendiri dari ilmu yang bersangkutan dan berbeda dari obyek-obyek ilmu lainnya, ini keduanya merupakan penghayatan tingkah laku manusia.
Ruang lingkup Psikologi Pendidikan
Ialah meliputi :
1. Masalah perkembangan dan pertumbuhan individu
2. Masalah belajar mengajar
3. Masalah pengukuran dan penelitian
4. Masalah bimbingan dan penyuluhan
Kegunaan Psikologi Pendidikan
Secara praktis Psikologi pendidikan berguna pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan pengajar.
a. bagi perencana pendidikan
b. bagi para guru
c. bagi para orang tua
BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Antara kata pertumbuhan dan perkembangan keduanya mempunyai arti yang berbeda karena suatu yang tumbuh adalah suatu yang bersifat material dan kuantitatif sedangkan yang berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kuantitatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.
1. Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.
2. Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :
1. Teori Rativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu.
2. Teori Empirisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar.
3. Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi.
Prinsip-prinsip Perkembangan.
1. Prinsip kesatuan organis
2. Prinsip tempo dan irama berkembang
3. Prinsip pola umum perkembangan yang sama
4. Prinsip Konvergensi
5. Prinsip Kematangan
6. Prinsip Fungsional
Membina pertumbuhan dan perkembangan anak
Syarat-syarat pokok dalam pembinaan pertumbuhan dan perkembangan.
1. Adanya Pembina yang bertanggung jawab
2. Tersedianya alat-alat lengkap
3. Adanya keteraturan artinya : pembinaan harus diberikan secara terus-menerus
4. Diperlukan adanya perlindungan
5. Diperlukan adanya kesabaran dan ketekunan
BAB IV
FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIPNYA
Yang disebut faktor hereditas adalah : sifat-sifat / ciri-ciri yang diperoleh oleh seseorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi melalui sel benih.
Prinsipnya atau Hukum Hereditas
Dapat berlangsung menurut prinsip-prinsip / hokum-hukum tertentu yaitu :
1. Prinsip Reproduksi, melalui prinsip reproduksi orang tua bisa mewariskan sel benihnya kepada generasinya.
2. Prinsip Konformitasi, bahwa setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri.
3. Prinsip Variasi, selain mewarisi ciri-ciri yang umum yang sama juga mewariskan sifat berbeda lainnya.
4. Prinsip Regresi Fillial, menunjukkan sifat menonjol kedua-duanya misal : meskipun orang tuanya cerdas, generasinya akan sedang-sedang tak secerdas orang tuanya.
BAB V
PERLENGKAPAN DASAR DAN PERLENGKAPAN AJAR
Perlengkapan dasar ialah perlengkapan-perlengkapan yang ada dan dimiliki oleh seseorang atas dasar bawaan / keturunan.
Sedangkan perlengkapan ajar adalah perlngkapan-perlengkapan yang berupa berbagai macam kemampuan yang diperoleh anak sebagai akibat belajar dan pengalaman-pengalaman lain.
BAB VI
PROBLEM PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PENDIDIKAN
Perbedaan individual adalah sebagai apresiasi dari hukum variasi dalam hereditas.
Sesuai dengan hukum regresi filial dapat dibedakan bersifat demikian.
1. Secara kasar : hanya bisa digolongkan antara dua kategori misal : tinggi rendah
2. Secara distributif : penyebaran perbedaan individual itu menunjukkan “kurva distributif normal” bahwa yang paling banyak adalah sedang-sedang dan semakin ke ujung semakin sedikit jumlahnya.
BAB VII
PENGERTIAN BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Belajar mempunyai banyak arti sangat luas. Bisa dikatakan bahwa belajar adalah meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan.
Belajar dapat didefinisikan sebagai “berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, melaksanakan sesuatu dan lain-lain”.
Faktor yang mempengaruhi belajar
1. Faktor-faktor non sosial
2. Faktor-faktor sosial dalam belajar
3. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
4. Faktor-faktor psikologis dalam belajar
BAB VIII
TEORI-TEORI BELAJAR ILMU JIWA PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Disini banyak aliran psikologi dan psikologi pendidikan.
1. Psikologi yang bersifat spekulatif
2. Psikologi behavioristik
3. Psikologi Kognitif
4. Psikologi humanistik
Dan mengenai teori belajar ini tak lain karena para ahli tidak puas pendapat, para ahli sebelumnya, dari itu timbulah teori belajar yang bersifat kognitif .
Psikologi kognitif mulai berkembang dari lahirnya teori gestalt peletak dasar teori gestatif adalah Wertheimer, yang meneliti tentang pengalaman dan problem solving.
Menurut psikologi gestalt ada beberapa sifat khusus belajar dengan insight (pengamatan/pemahaman mendadak antara hubungan terhadap permasalahan) yaitu:
1. Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda antar anak
2. Insight itu tergantung kepada pengalaman yang relevan
3. Insight itu tergantung pengaturan secara eksperimental
4. Insight itu didahului oleh sesuatu periode yang berbeda-beda
5. Insight itu dapat diulangi
6. Insight itu yang pernah didapatkan, dapat dipakai untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
BAB IX
BEBERAPA BENTUK / JENIS BELAJAR
Bentuk-bentuk belajar antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Bentuk belajar menurut spikis
a. Belajar dinamik yaitu artinya menghendaki sesuatu secara wajar didalam belajar
b. Belajar efektif, cirinya belajar menghayati nilai-nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan
c. Belajar kognitif, cirinya dalam mempergunakan bentuk-bentuk prestasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi
2. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
a. Belajar teoritis
b. Belajar teknis
c. Belajar bermasyarakat
d. Belajar estetis, cenderung bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian.
3. Bentuk- bentuk belajar yang tidak begitu disadari
a. Belajar insidental : ini cirinya langsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal-hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.
b. Belajar tersembunyi
c. Belajar mencoba-coba
BAB X
MASALAH MOTIVASI BELAJAR
Motif, motivasi dan motivasi belajar.
Motif adalah : daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu
Motivasi ialah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, motivasi belajar adalah dorongan yang mana dapat memberikan rasa belajar dengan tekun kepada peserta didik.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan sesuatu kebutuhan. Kaitan itu tertampung dalam istilah “lingkungan motivasi”.
BAB XI
TRANSFER BELAJAR
Transfer belajar adalah : pemindahan / pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidangstudi yang satu ke bidang studi yang lain, atau kehidupan sehari-hari di luar lingkungan sekolah.
Beberapa pandangan tentang transfer belajar, dalam hal ini terdapat beberapa teori antara lain :
1. Teori disiplin formal
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.
2. Teori elemen identik
Suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama antara bidang-bidang study.
3. Teori generalisasi
Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok.
Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.
1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan / materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas di pihak siswa
5. Sikap dan usaha guru
BAB XII
PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Setiap makhluk hidup pasti mempunyai masalah. Adapun beberapa cara yang harus ditempuh dalam problem solving mulai dari sederhana sampai yang paling rumit adalah :
1. Kelakuan yang tidak dipelajari (instink) dan pembiasaan
2. Trial and error yang membudaya
3. Dengan insight (pemahaman)
4. Vicarious, behavior (dalam hati), dan
5. Cara ilmiah
Kalau pada binatang pemecahan masalah dapat menggunakan cara-cara (1), (2), dan (3) sedangkan pada manusia menggunakan kelima cara tadi, akan tetapi cara (1), dan (2) sering dipergunakan pada tahap kanak-kanak.
EVALUASI
Manfaat buku ini, mempermudah pendidik dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar dengan mengetahui garis-garis besar ilmu jiwa pendidikan sehingga target / tujuan pendidikan secara praktis dapat dijangkau.
Kelemahan buku, karena namanya buku dan hanya buku yang berisikan gambaran-gambaran tertentu didalam pendidikan, pasti masih trdapat kelemahan antara lain, buku ini cuma teori tidak langsung berbentuk praktis, kemudian di dalam mempelajari ilmu jiwa pendidikan terdapat banyak dan melebar berbagai teori dan teori sehingga menurut pendapat saya pribadi, dengan menaati, menghafalkan teori-teori ini kapan terlaksananya kegiatan belajar mengajar, belum pula memahami kemudian penerapan.
Pemilik Resensi : Shokif Furidho
NIM : D02206022
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PBD
Semester : II
KLASIFIKASI
A. Pengertian
Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari benda menurut spesianya.
Dari sini begitu banyak pembahasan tentang klasifikasi itu sendiri disadari atau tidak pengklsifikasi sesuatu kerap kita hadapi pada kehidupan sehari-hari. Para ilmuwanpun membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan ilmu sosial, ilmu kealaman, ilmu humaniora.
Tujuan ini tidak lain supaya kita dapat mudah mengetahui tanda-tanda itu.
Untuk membuat klasifikasi harus menempuh dua macam cara dan ini merupakan syaratnya.
a. pembagian
b. pengelolaan
B. Pembagian
Adalah pembagian suatu genera kepada spesia yang dicakupnya. Sedang untuk mengetahui pembagian genera kepada spesia dengan benar maka dalam pembagian perlu / bahkan wajib memperhatikan patokan berikut :
a. pembagian harus di dasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh, sedang spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya, kita hendak membagi macam agama, maka kita harus berdasarkan perubahan tertentu dari sifat genera itu sendiri.
b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja, karena pembagian yang dilandaskan atas lebih dari satu dasar akan menimbulkan spesia simpang siur.
Contohnya : pembagian manusia menjadi ; manusia berkulit putih, berkulit hitam. Manusia Afrika, Manusia Asia.
c. Pembagian harus lengkap. Yakni, harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera, Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia dan generanya. Hal ini sangat tergantung terhadap kebendaharaan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.
Pembagian dikotomi, karena mungkin kita akan menghadapi pembagian yang berbeda dengan model di atas. Maka kita menggunakan pembagian logika jenis lain yaitu pembagian dekotomi adalah: pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya, dengan mengelompokkan menjadi 2 golongan yang di bedakan atas ada dan tidak adanya.
Dalam bahasa latin (dikotomi) mempunyai arti pembagian secara dua-dua dalam bahasa arab disebut sunaiyyal.
C. Penggolongan
Penggolongan mempunyai lebih spesifik daripada pembagian. Jadi, antara pembagian dan penggolongan mempunyai arti yang bertolak belakang. Karena pembagian bergerak dari atas ke bawah sedang penggolongan sebaliknya.
Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu berdasarkan atribut dan perbedaannya, tentu barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama.
jiwa agama
Sumber jiwa agama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap Maha Kuasa memiliki sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci.
Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, peradaban sungai Eufrat dan Tigris dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada, yaitu nabi Adam as.
Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat d sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Jiwa Agama Menurut Para Ahli
Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan fakulty.
1. Teori Monistik
Menurut teori monistik, bahwa sumber jiwa beragama adalah tunggal atau terdapat satu hal yang dominan . Pendapat para ahli yang masuk dalam teori ini antar lain:
a. Thomas van Aquino
Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber jiwa agama adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan pikirannya.
b. Frederick Scheilmacher
Sumber jiwa agama berasal dari rasa ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak (sense of Depend) . Dengan adanya ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak, manusia jadi lemah. Karena itu manusia butuh atau bergantung pada sesuatu yang berada di luar dirinya, yaitu Tuhan.
c. Rudolf Otto
Ia berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah faktor non rasional yang dipengaruhi perasaan ketuhanan (nominous) sebagai perasaan takjub, kagum yang hebat dihadapan “Yang Sepenuhnya Lain”. Perasaan ini diistilahkan sebagai Mysterium tremendum yaitu perasaan takut dan menarik.
d. Sigmun Fred
Pendapatnya mengenai sumber jiwa agama adalah libido sexual. Ide ini berasal dari mitos Yunani kuno, yaitu pembunuhan Dedipoes pada ayahnya karena menghalangi hasratnya pada ibunya. Setelah itu timbul perasaan bersalah. Untuk menghilangkannya, ia melakukan pemujaan, sebagai bentuk awal kepercayaan pada Tuhan.
2. Teori Fakulty
Menurut teori ini, sumber jiwa agama tidak timbul dari satu faktor saja. Tetapi berasal dari berbagai unsur. Unsur yang dianggap paling berpengaruh adalah cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will).
Tokoh dari teori ini antara lain:
a. G.M. Straton
Beliau berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah konflik batin. Dalam kehidupan manusia terus didera berbagai masalah yang membuat batin mengalami kecemasan, rasa bingung, takut dll. Ketika perasaan ini telah memuncak dan tak mampu diselesaikan, ia akan mencari pertolongan pada “Sesuatu Yang Maha Mampu” yaitu Tuhan.
b. Zakiah Drajat
Selain kebutuhan jasmani, manusia juga memiliki kebutuhan rohani, antara lain kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa harga diri, kebutuhan rasa bebas, kebutuhan rasa sukses, dan kebutuhan rasa ingin tahu. Semua kebutuhan tersebut dapat tersalurkan melalui agama.
c. W.H. Thomas
Melalui teori Faur Wishes, ia mengemukakan yang menjadi sumber jiwa agama adalah empat macam keinginan untuk selamat, mendapat penghargaan, ditanggapi dan pengetahuan atau pengalaman. Kesemuanya itu dapat dipenuhi melalui agama.
B. Sumber Jiwa Agama Menurut Islam
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berarti:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30)
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dll.
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar d paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.
C. Fitrah dalam Islam
Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
1. Fitrah berarti suci
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
2. Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3. Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4. Fitrah dalam arti insting
Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:
a. Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b. Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia
5. Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari:
a. Beriman pada Allah
b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
e. Sifat-sifat yang dapat dikembangkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama cipta, rasa, karsa
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004
Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius, cet.I,1994
Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,1996
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap Maha Kuasa memiliki sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci.
Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, peradaban sungai Eufrat dan Tigris dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada, yaitu nabi Adam as.
Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat d sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Jiwa Agama Menurut Para Ahli
Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan fakulty.
1. Teori Monistik
Menurut teori monistik, bahwa sumber jiwa beragama adalah tunggal atau terdapat satu hal yang dominan . Pendapat para ahli yang masuk dalam teori ini antar lain:
a. Thomas van Aquino
Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber jiwa agama adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan pikirannya.
b. Frederick Scheilmacher
Sumber jiwa agama berasal dari rasa ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak (sense of Depend) . Dengan adanya ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak, manusia jadi lemah. Karena itu manusia butuh atau bergantung pada sesuatu yang berada di luar dirinya, yaitu Tuhan.
c. Rudolf Otto
Ia berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah faktor non rasional yang dipengaruhi perasaan ketuhanan (nominous) sebagai perasaan takjub, kagum yang hebat dihadapan “Yang Sepenuhnya Lain”. Perasaan ini diistilahkan sebagai Mysterium tremendum yaitu perasaan takut dan menarik.
d. Sigmun Fred
Pendapatnya mengenai sumber jiwa agama adalah libido sexual. Ide ini berasal dari mitos Yunani kuno, yaitu pembunuhan Dedipoes pada ayahnya karena menghalangi hasratnya pada ibunya. Setelah itu timbul perasaan bersalah. Untuk menghilangkannya, ia melakukan pemujaan, sebagai bentuk awal kepercayaan pada Tuhan.
2. Teori Fakulty
Menurut teori ini, sumber jiwa agama tidak timbul dari satu faktor saja. Tetapi berasal dari berbagai unsur. Unsur yang dianggap paling berpengaruh adalah cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will).
Tokoh dari teori ini antara lain:
a. G.M. Straton
Beliau berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah konflik batin. Dalam kehidupan manusia terus didera berbagai masalah yang membuat batin mengalami kecemasan, rasa bingung, takut dll. Ketika perasaan ini telah memuncak dan tak mampu diselesaikan, ia akan mencari pertolongan pada “Sesuatu Yang Maha Mampu” yaitu Tuhan.
b. Zakiah Drajat
Selain kebutuhan jasmani, manusia juga memiliki kebutuhan rohani, antara lain kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa harga diri, kebutuhan rasa bebas, kebutuhan rasa sukses, dan kebutuhan rasa ingin tahu. Semua kebutuhan tersebut dapat tersalurkan melalui agama.
c. W.H. Thomas
Melalui teori Faur Wishes, ia mengemukakan yang menjadi sumber jiwa agama adalah empat macam keinginan untuk selamat, mendapat penghargaan, ditanggapi dan pengetahuan atau pengalaman. Kesemuanya itu dapat dipenuhi melalui agama.
B. Sumber Jiwa Agama Menurut Islam
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berarti:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30)
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dll.
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar d paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.
C. Fitrah dalam Islam
Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
1. Fitrah berarti suci
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
2. Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3. Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4. Fitrah dalam arti insting
Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:
a. Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b. Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia
5. Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari:
a. Beriman pada Allah
b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
e. Sifat-sifat yang dapat dikembangkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama cipta, rasa, karsa
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004
Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius, cet.I,1994
Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,1996
KESULITAN BELAJAR
KESULITAN BELAJAR
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang cepat, kadang lambat menangkap apa yang dipelajarinya, kadang terasa amat sulit dalam hal semengat, terkadang semangat tinggi tetapi terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi demikian keadaan yang sulit kita jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah, ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak kesulitan belajar.
Setiap siswa pada prinsipnya tertentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik ( academic performance ) yang memuaskan, namun dan kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan inteliktual, kamampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dalam pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
A. Factor-faktor kesulitan belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior)
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang cepat, kadang lambat menangkap apa yang dipelajarinya, kadang terasa amat sulit dalam hal semengat, terkadang semangat tinggi tetapi terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi demikian keadaan yang sulit kita jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah, ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak kesulitan belajar.
Setiap siswa pada prinsipnya tertentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik ( academic performance ) yang memuaskan, namun dan kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan inteliktual, kamampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dalam pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
A. Factor-faktor kesulitan belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior)
SISTEM PENGAJARAN
PENERAPAN DAN SITEM PENGAJARAN
Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.
MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN
Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :
Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.
MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN
Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :
Langganan:
Postingan (Atom)