tag:blogger.com,1999:blog-36684003140128007902024-03-05T22:26:09.553-08:00mursyid.STAISTAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.comBlogger63125tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-47201294391998843632011-10-11T21:49:00.000-07:002011-10-11T21:52:03.967-07:00STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-38940647515667737702011-10-11T21:38:00.003-07:002011-10-11T21:39:32.924-07:00PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA <br />DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI <br />PADA MATA PELAJARAN FIQIH<br />(Penelitian Tindakan Kelas Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir)<br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br />OLEH :<br /><br />M U R S I T<br />NIRM : 1209. 07. 04929<br /><br /><br /><br /><br />SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI PERSYARATAN DAN TUGAS-TUGAS GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH PADA PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH<br />J U R U S A N T A R B I Y A H<br />STAI AULIAURRASYIDIN<br />TEMBILAHAN<br />1432 H/2011 MSTAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-46970457754192030152011-10-11T21:38:00.001-07:002011-10-11T21:38:35.970-07:00BAB II<br />KAJIAN PUSTAKA<br /><br />A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)<br />Penelitian tindakan kelas atau yang sering disebut dengan CAR (Classroom Action Reseach) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila di-implementasikan dengan baik dan benar. <br />Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action reseach) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.<br />Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas serta meningkatkan kegiatan guru dalam pengembangannya sebagai pendidik. <br />Ada tiga unsur dalam Penelitian Tindakan Kelas, yaitu :<br />1. Penelitian adalah aktifitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan untuk menyelesaikannya dengan cara dianalisis.<br />2. Tindakan adalah suatu aktifitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar.<br />3. Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.<br /><br />Untuk lebih jelasnya tentang pengertian PTK, berikut ini akan dijelaskan menurut beberapa ahli, diantaranya adalah :<br />David Hopskins memberikan pengertian PTK adalah :<br /> “a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (in-cluding educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices; and (c) the situation in wich practices are carried out”.<br /> <br /><br />Dari definisi tersebut diatas, dalam konteks pendidikan, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan, (b)pemahaman tentang praktik-praktik, dan (c) situasi tersebut dimana dilaksanakan.<br />Sedangkan menurut Rapoport dalam buku karangan Hopkins Penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi seseorang untuk guna pencapaian tujuan pendidikan. <br /><br />B. Pengertian Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa<br />Aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk pikiran, perhatian, serta keterampilan siswa. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan terjadinya proses belajar mengajar. Dan memperoleh manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan disekolah serta dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.<br />lebih jelasnya tentang pengertian aktifitas siswa, berikut ini akan dijelaskan menurut beberapa ahli, diantaranya adalah :<br />Menurut Poerwadarminta, aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. <br />Menurut Anton M. Mulyono Aktivitas artinya “Kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, Merupakan suatu aktivitas.<br />Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Jadi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.<br />Sedangkan Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. <br />Belajar adalah “suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan” .<br />Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori” . <br />Smith dan Ragan mengemukakan pengertian belajar sebagai “Perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman”. <br />Rochman Natawijaya menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.<br />Belajar aktif adalah “suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.<br />Jadi dapat kita pahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan. Baik secara jasmani atau rohani yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar, yaitu dengan adanya aktivitas siswa. sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. <br /><br />C. Pengertian Metode Demonstrasi<br />Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya yang berjudul “Proses Belajar Mengajar di sekolah” karangan Suryosubroto menyebutkan : Bahwa Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah. <br />Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan:<br />“Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir”. <br />Seiring dengan pengertian di atas, maka metode dapat juga diartikan “cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan”. <br />Dari beberapa pengertian Metode yang telah dijelaskan diatas, Jadi Metode Demonstrasi memiliki pengertian adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.<br />Untuk lebih jelasnya, berikut menurut beberapa ahli memberikan definisi mengenai metode demonstrasi<br />Menurut Udin S. Winataputra,<br />“Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan menunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu”. <br />Menurut Abu Ahmadi, dkk “Metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan keadaan seluruh kelas suatu proses”. <br />Sedangkan Menurut Benny A. Pribadi “Metode demonstrasi seseorang instruktur memperlihatkan cara melakukan proses atau prosedur tertentu secara sistematik kepada siswa”. <br />Selanjutnya Nana Sudjana mendefinisikan metode demonstrasi adalah “metode demonstrasi ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu”. <br />Dengan demikian, Metode demonstrasi adalah merupakan suatu proses penerimaan siswa terhadap mata pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.<br />Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. <br /><br />D. Komponen Metode Demonstrasi<br />Metode demonstrasi terdapat beberapa komponen sebagai berikut :<br />1) Apabila anak menunjukkan keterampilan tertentu.<br />2) Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas.<br />3) Untuk menghindari verbalisme.<br />4) Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian.<br /><br />E. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi<br />1) Kelebihan Metode Demonstrasi<br />(1) Perhatian anak akan terpusat kepada apa yang di demonstrasikan dan memberikan kemungkinan berpikir lebih kritis.<br />(2) Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.<br />(3) Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung terhadap suatu proses.<br />(4) Dengan metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak dapat dijawab.<br />2) Kelemahan Metode Demonstrasi <br />(1) Dalam melaksanakan metode demonstrasi biasanya memerlukan waktu yang banyak.<br />(2) Apabila kekurangan alat-alat peraga, padahal alat-alatnya tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode ini kurang efektif.<br />(3) Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum matang untuk melaksanakan demonstrasi.<br />(4) Banyak alat-alat yang tidak didemonstrasikan dalam kelas karena besarnya atau karena harus dibantu dengan alat-alat yang lain.<br /><br />F. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi<br />Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan dan langkah-langkah yang cermat dan mantap, Persiapan yang akan dilakukan banyak sekali macamnya, tergantung kepada pengalaman yang telah dilalui dan macam demonstrasi apa saja yang akan disajikan.<br />Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk melakukan demonstrasi yang baik diperlukan :<br />a. Tahap Persiapan<br />1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.<br />2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.<br />3. Lakukan uji coba. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.<br />b. Tahap Pelaksanaan<br />1. Langkah pembukaan demonstrasi.<br />a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan.<br />b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.<br />c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa mencatat hal-hal penting.<br />2. Langkah pelaksanaan demonstrasi.<br />a) Memulai demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir.<br />b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana menegangkan/ketegangan.<br />c) bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.<br />d) Berikan kesempatan pada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dalam proses demonstrasi.<br /><br />3. Langkah-langkah mengakhiri demonstrasi.<br />Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang terlihat dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya. <br /><br />G. Hakikat Mata Pelajaran Fiqih<br />Mata Pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan. Dan dalam hakikat mata pelajaran fiqih ini peneliti ingin membahas dalam beberapa bagian, yaitu pengertian mata pelajaran fiqih, ruang lingkup mata pelajaran fiqih, dan tujuan mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah. <br />1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih<br />Moh. Riva’i, Memberikan pengertian bahwa istilah fiqih berasal dari bahasa ‘arab yang berarti paham, sedangkan menurut syara’ berarti mengetahui hukum-hukum syar’i yang berhubungan dengan amal perbuatan anggota maupun batin, seperti mengetahui hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidaknya sesuatu perbuatan itu.<br />Sementara itu Abdul Hamid Hakim, mendefinisikan bahwa fiqih secara etimologi berarti paham, seperti ungkapan “fahimtu kalamaka” memiliki arti “saya memahami ucapanmu”. Dan secara terminologi fiqih berarti pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang diperoleh melalui metode ijtihad. Ijtihad yang dimaksud pada definisi tersebut diatas berarti menggunakan seluruh daya dan upaya (potensi akal) untuk menetapkan hukum syari’at yang bersumber dari kitab suci al-qur’an dan al-hadits/as-sunnah rasulullah SAW.<br />Bertolak dari uraian tersebut diatas, penulis berkesimpulan bahwa fiqih secara etimologi berarti paham atau tahu, sedangkan terminologi, fiqih adalah memahami atau mengetahui hukum-hukum syari’at seperti: halal, haram, wajib, sunnah dan mubahnya sesuatu hal dengan metode ijtihad yakni upaya mencari dasar hukum (dalil naqli)tentang sesuatu dari al-qur’an dan atau al-hadits al-shahih. <br />2. Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah.<br />Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, fiqih ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah dalil-dalil Syar'i yang lain, setelah diformulasikan oleh para ulama dengan menggunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian berarti bahwa fiqih itu merupakan formulasi dari Al-Qur'an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu berbentuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syari'at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).<br />Hukum yang diatur dalam fiqih Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunat, mubah, makruh dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosa dan sebagainya.<br />Disamping hukum itu ditunjukan pula alat dan cara (melaksanakan suatu perbuatan dalam menempuh garis lintas hidup yang tak dapat dipastikan oleh manusia liku dan panjangnya. Sebagai mahluk sosial dan budaya manusia hidup memerlukan hubungan, baik hubungan dengan dirinya sendiri ataupun dengan sesuatu di luar dirinya. Ilmu fiqih membicarakan suatu hubungan yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan sebagainya. Hubungan-hubungan itu ialah:<br />a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah;<br />b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;<br />c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya;<br />d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia;<br />e. Hubungan manusia dengan orang lain vang tidak seagama dengan dia;<br />f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan lainnya;<br />g. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya;<br />h. Hubungan manusia dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan; dan<br />i. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti syetan, iblis, surga, neraka, alam barzakh, yaumil hisab dan sebagainya. <br />3. Fungsi dan Tujuan pembelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah.<br />a. Mata pelajaran Fiqih di Madarasah Ibtidaiyah berfungsi untuk ;<br />1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.<br />2. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat. <br />3. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat.<br />4. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan keluarga. <br />5. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Fiqih Islam;<br />6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. <br />7. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.<br /><br /><br />b. Tujuan pembelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah<br />1) Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. <br />2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.<br /><br />H. Hipotesis Tindakan <br />Hipotesis dalam penelitian ini, menggunakan hipotesis kerja dengan memberikan suatu tindakan tertentu yang dapat dikemukakan sebagai berikut: ”jika Metode Demonstrasi diterapkan dengan benar maka akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka”.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-65822083214648052062011-10-11T21:36:00.000-07:002011-10-11T21:37:49.404-07:00BAB III<br />METODE PENELITIAN <br /><br />A. Objek Tindakan<br />Objek tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar, tahun pelajaran 2010/2011. Dengan jumlah siswa 16 orang. terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. <br /><br />B. Setting Penelitian <br />1. Tempat Penelitian<br />Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir untuk mata pelajaran fiqih. <br /><br />1. Waktu Penelitian <br />Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan. Yaitu bulan Mei s.d Juli 2011. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester IX Tahun pelajaran 2011/2012.<br /><br /><br />Tabel.III.1<br />Jadwal Pelaksanaan Penelitian<br /><br /><br />NO <br />Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Bulan Ke-<br /> Mei Juni Juli<br /> 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4<br />1 Persiapan <br /> Menyusun konsep <br />Pelaksanaan X <br /> Menyusun Instrumen penelitian X <br />2 Pelaksanaan <br /> Siklus I X X X X <br /> Siklus II X X X <br />3 Penggolahan Hasil penelitian X X X<br /><br />C. Desain Penelitian <br />Model Kemis & Mc Taggart menjadi acuan dari penelitian yang akan dilakukan peneliti. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kemis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu ;<br />a. Perencanaan (Planning),<br />b. Tindakan (Acting),<br />c. Pengamatan (Observing), dan<br />d. Refleksi (Reflecting). <br />Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Siklus I<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br />Siklus II<br />s<br /><br /> <br /><br />Bagan I<br />(Model Penelitian Kemmis Dan Mc. Taggart) <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /> <br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bagan II<br />(Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas)<br /><br /><br /><br />D. Teknik Pengumpulan Data<br />1. Teknik Pengumpulan Data<br />Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah RPP, Tes, Observasi, dan Dokumentasi.<br />a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)<br />Untuk mengetahui kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan memperhatikan kondisi waktu yang digunakan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.<br />b. Tes tertulis<br />Untuk mengetahui tingkat kemampuan dan hasil belajar siswa.<br />c. Observasi<br />Untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajar siswa selama dalam proses belajar mengajar berlangsung dikelas.<br />d. Dokumentasi<br />Yaitu berupa lampiran-lampiran yang dilakukan dalam penelitian.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />E. Data dan Pengumpulan Data <br />1. Sumber Data<br />1) Siswa<br />Data diambil dari siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka yang berjumlah 16 peserta didik. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini. <br />Tabel III.2<br />Data Siswa Kelas I, II, III, IV, V, Dan VI<br />MI Nurul Huda Sungai Luar<br /> <br />No Kelas LK PR Jumlah<br />1 I 14 6 20<br />2 II 10 5 15<br />3 III 5 11 16<br />4 IV 8 7 15<br />5 V 5 10 15<br />6 VI 7 6 13<br />Jumlah 50 45 94<br />Sumber Data: Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka 2011<br /><br />Dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang aktifitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.<br />2) Guru<br />Untuk melihat tingkat implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.<br />3) Teman sejawat dan kolaborator<br />Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi penelitian secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun dari guru. <br />Kolaborator yang bertugas memberi masukan dalam penyusunan perencanaan penelitian dan mengadakan pengamatan pembelajaran yang dilakukan di kelas serta memberi umpan balik (peedback).<br />2. Pengumpulan Data<br />Ada 4 jenis alat pengumpulan data yaitu :<br />1) Observasi, digunakan untuk mengobservasi siswa dalam proses pembelajaran mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan penelitian secara berkesinambungan.<br />2) Wawancara, digunakan untuk menggali respon siswa terhadap strategi motivatoris.<br />3) Catatan lapangan, berisi catatan yang ada dalam proses penelitian.<br />4) Diskusi dengan teman sejawat dan kolaborator, untuk memberi refleksi pada penelitian. <br /><br />F. Teknik Analisa Data <br />Teknik analisa data pada penelitian ini adalah analisa data kualitatif. <br />Data yang diperoleh akan di analisis dengan menggunakan rumus teknik deskriptif dengan persentase sebagai berikut:<br />PA = NA x 100%.2<br /> NT <br />Keterangan : PA = Menyatakan persentase jumlah siswa yang tidak efektif.<br /> NA = Menyatakan jumlah siswa yang efektif.<br /> NT = Menyatakan jumlah siswa keseluruhan.<br /><br />G. Alat pengumpulan data<br />Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :<br />1) Perangkat pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)yang diajarkan disaat melakukan tindakan, terdiri RPP Siklus I (awal), RPP Siklus II dan RPP Siklus III.<br />2) Lembar observasi, untuk mengamati partisipasi siswa dalam pembelajaran.<br />3) Catatan-catatan harian bertujuan mencatat semua kejadian yang terjadi selama penelitian berlangsung,yang termuat dalam lampiran-lampiran.<br /><br /><br /><br />H. Indikator Kinerja <br />Didalam penelitian ini, peneliti menetapkan suatu indikator kinerja guna menetapkan apakah suatu penelitian yang dilakukan ini sudah berhasil atau belum. <br />Adapun indikator pencapaian yang ditetapkan adalah :<br />1. Siswa dapat memahami praktik sholat Id.<br />2. Siswa mampu melaksanakan praktik sholat Id.<br />3. Jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan praktik mencapai 75%.<br /><br /><br /><br /><blockquote></blockquote>STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-5277691979942526782011-10-11T21:33:00.000-07:002011-10-11T21:36:47.740-07:00PTK mursyidBAB I<br />PENDAHULUAN <br />A. Latar Belakang <br />Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dan tetap dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia indonesia, sehingga pembangunan di bidang pendidikan terus di galakkan, hal ini tercantum dalam Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, yang menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. <br />Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, banyak inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi terpenting dalam dunia pendidikan adalah sistem pendidikan, sistem pendidikan yang berkembang saat ini lebih mengarah pada pendekatan yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini siswa sebagai subjek belajar tidak hanya oleh guru, akan tetapi siswa di tuntut untuk lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran.<br />Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi dilapangan, Tidak sedikit guru-guru yang menjadi transformator information satu-satunya dalam Proses pembelajaran dan siswa dijadikan sebagai penerima informasi. <br />Dalam proses pembelajaran tidak sedikit guru-guru masih menggunakan Metode pembelajaran yang bersifat Konvensional tanpa ada Inovasi dalam penggunaan Metode pembelajaran yang memang harus di sesuaikan dengan materi ajar, terutama pada mata pelajaran Fiqih yang menuntut siswa tidak hanya pintar mampu dalam menghafal sebuah konsep, Tetapi juga mampu mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tentunya akan memberikan dampak pada aktifitas belajar dan hasil belajar siswa yang belum maksimal. <br />Salah satu upaya yang dapat membantu guru mata pelajaran Fiqih di lapangan untuk dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah melalui penerapan Metode Demonstrasi, Metode Demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. <br />Dengan menggunakan metode demonstrasi guru dan siswa dapat secara langsung memperlihatkan dan mempraktikkannya tentang materi ajar yang akan disampaikan depan kelas, seperti tata cara melaksanakan wudhu, sholat dengan baik dan benar. <br />Dengan demikian ketika guru melaksanakan Metode Demonstrasi ini siswa akan terlibat secara langsung sehingga materi dengan cepat dan mudah dapat dikuasai oleh siswa yang juga berdampak pada meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah.<br />Selama ini pelaksanaan pembelajaran Fiqih di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri hilir sudah menggunakan Metode Demonstrasi, tapi hal ini belum terlaksana secara maksimal.<br /><br />B. Sasaran Tindakan <br />Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir.<br /><br />C. Rumusan Masalah <br />Bagaimana cara menerapkan Metode Demonstrasi Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir?<br /><br />D. Pemecahan Masalah <br />Adapun cara dalam pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pembelajaran pada siswa dengan cara menerapkan Metode Demonstrasi. Dengan metode ini diharapkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran fiqih akan meningkat.<br /><br />E. Tujuan dan Manfaat Penelitian<br />a) Tujuan Penelitian<br />Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitiannya adalah :<br />1. Untuk mengetahui Peningkatan aktivitas belajar siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda.<br />2. Untuk mengetahui seberapa besar siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran Fiqih di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda.<br />3. Untuk mengetahui seberapa tinggi hasil penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari dengan Metode Demonstrasi.<br />4. Untuk mengumpulkan persepsi dan kesan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan Metode Demonstrasi.<br /><br />b) Manfaat Penelitian <br />1. Bagi Siswa <br />Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Apakah hasil yang dicapai sudah maksimal atau belum.<br /><br />2. Bagi Peneliti<br />1) Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi akhir sekaligus meraih gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Sekolah Tinggi Auliaurrasyidin Tembilahan.<br />2) Menambah wawasan bagi penulis, khususnya wawasan tentang pendidikan sesuai dengan program studi yang penulis tekuni.<br />3) Sebagai sumbangan pemikiran.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-37140892852515611442010-12-20T10:22:00.000-08:002010-12-20T10:23:11.314-08:00pikiran kuA special world for you and me<br />A special bond one cannot see<br />It wraps us up in its cocoon<br />And holds us fiercely in its womb.<br />Its fingers spread like fine spun gold<br />Gently nestling us to the fold<br />Like silken thread it holds us fast<br />Bonds like this are meant to last.<br />And though at times a thread may break<br />A new one forms in its wake<br />To bind us closer and keep us strong<br />In a special world, where we belong.<br />- Sheelagh Lennon –STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-87653046509459092642010-10-01T07:02:00.001-07:002010-10-01T07:02:49.461-07:00PTKA. Judul Penelitian<br />Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur<br />oleh Yones P<br />B. Bidang Kajian<br />Penelitian ini meliputi Bidang Kajian sebagai berikut:<br />1 Keterampilan Berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. <br />2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.<br />C. Pendahuluan<br />Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara. <br />Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9). <br />Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Keterampilan berbicara siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif. <br />Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil observasi, hanya 20% (8 siswa) dari 40 siswa yang dinilai sudah terampil berbicara dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. <br />Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur. <br />Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. <br />Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000). <br />Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara. <br />Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa. <br />Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa klas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur, dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan <br />membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. <br />Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya. <br />Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan; (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan (4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. <br />Melalui prinsip-prinsip pemakaian bahasa semacam itu, pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif. <br />Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. <br />Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. <br />D. Perumusan dan Pemecahan Masalah<br />1.Perumusan Masalah<br />1.1 Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP? <br />1.2 Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP? <br />2. Pemecahan Masalah<br />3. Tujuan Penelitian<br />3.1 untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; <br />1. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.<br />4. Manfaat Penelitian<br />Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: <br />4.1 Para guru bahasa Indonesia dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bagi siswa SMP; <br />4.2 Keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur, yang menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan; <br />4..3 Para guru bahasa Indonesia SMP diharapkan menggunakan pendekatan pragmatik dalam menyajikan aspek keterampilan berbicara, bahkan guru bahasa Indonesia di tingkat satuan pendidikan yang lebih rendah, seperti SD/MI, atau yang lebih tinggi, seperti SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia. <br />E. Kajian Teori dan Pustaka<br />Untuk mengkaji penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP digunakan teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP. <br />I.1 Keterampilan berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Indonesia (Samsuri, 1987 dan Sadtono, 1988). <br />Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti <br />1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan<br />2. Membuat surat lamaran pekerjaan<br />3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi<br />4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca<br />5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu. <br />Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. <br />Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. <br />Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia semacam itu diharapkan: <br />1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;<br />2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik <br />dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; <br />1. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;<br />2. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; <br />3. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan <br />keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan <br />(6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan <br />kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. <br />Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: <br />1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;<br />2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; <br />3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; <br />4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; <br />5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi <br />pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; <br />1. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:<br />(1) mendengarkan; <br />(2) berbicara; <br />(3) membaca; dan<br />(4) menulis. <br />Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di SMP. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis. <br />Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs kelas VII semester berdasarkan Standar Isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 22/2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara <br />2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman <br />2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif <br />2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana <br />Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa pada semester I, siswa kelas VII SMP diharapkan mampu mengembangkan dua kompetensi dasar, yaitu: <br />(1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif; dan <br />(2) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa kelas VII semester I dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. <br />Fokus penelitian ini relevan dengan kegiatan pembelajaran aspek keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk: <br />1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan; <br />2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa <br />negara; <br />1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;<br />2. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. <br />Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) dijelaskan bahwa berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Sementara itu, Tarigan (1983:15) dengan menitikberatkan pada kemampuan pembicara <br />menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, seta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. <br />Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave (1954:3-4). Dia menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau katakata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otototot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga <br />dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial. <br />Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuan mimik dan pantomimik pembicara. <br />Merujuk pada pendapat tersebut, keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain. <br />I.2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Menurut Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2). <br />Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang <br />kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED, 2001). <br />Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment) ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic commmunication) (Salinger, 2001). <br />Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih cenderung bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak siswa untuk belajar berbahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata. Akibatnya, apa yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks pengalaman dan lingkungan siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam peristiwa dan konteks komunikasi. <br />Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di Indonesia adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002). Apa yang anak-anak peroleh di sekolah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka kuasai. <br />Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius melalui penggunaan pendekatan yang inovatif dan kreatif agar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif, interaktif, dinamis, terbuka, menarik, dan menyenangkan. Melalui proses pembelajaran semacam itu, siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan <br />emosional, sehingga mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan konteks dan sitiuasinya. <br />Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam lampiran Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya yang berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs. Dalam lampiran tersebut secara eksplisit ditegaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam <br />perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. <br />Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu menciptakan suasana yang kondusif; interaktif, <br />dinamis, terbuka, inovatif, kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. <br />Pendekatan pragmatik termasuk salah satu pendekatan komunikatif yang mulai digunakan dalam pengajaran bahasa sejak munculnya penolakan terhadap paham behaviorisme melalui metode Drill-nya. Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa dirintis oleh Michael Halliday dan Dell Hymes. Hymes menciptakan istilah communicative competence, yaitu kompetensi berbahasa yang <br />tidak hanya menuntut ketepatan gramatikal, tetapi juga ketepatan dalam konteks sosial (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:4). <br />Proses pemerolehan bahasa mempersyaratkan adanya interaksi yang bermakna dalam bahasa sasaran. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Chaika, l982). Faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan bahasa seseorang, sedangkan faktor internal berkaitan dengan keadaan intern di dalam diri pelahar bahasa. Faktor eksternal masih dipilah menjadi dua macam lagi, yaitu lingkungan bahasa makro dan lingkungan bahasa mikro. Lingkungan makro terdiri atas:<br />1. kealamiahan bahasa,<br />1. peranan anak-anak dalam berkomunikasi,<br />2. tersedianya sumber yang dapat membetulkan untuk menjelaskan makna, dan<br />3. ketersediaan model atau contoh yang bisa ditiru. <br />Lingkungan mikro adalah keadaan lingkungan kelas tempat anak-anak belajar, yaitu bagaimana guru bisa menciptakan kelas agar anak-anak bisa belajar keterampilan berbahasa, bukan hanya tahu tentang bahasa saja. Dari berbagai penelitian tentang pengajaran bahasa disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa anak, khususnya keterampilan berbicara, dikembangkan melalui tiga cara, yaitu: <br />(1) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan memproduksi ujaran dalam bahasa target secara lebih sering, lebih tepat, dan dalam variasi yang luas; <br />(2) Anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan cara mengolah input dari ujaran orang lain; dan <br />(3) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya melalui pelibatan diri dalam tugas atau interaksi yang menuntut adanya kemampuan kreatif berkomunikasi dengan orang lain (Ellis, 1986). <br />Hal itulah yang kemudian menjadi cacatan penting dalam penelitian pengajaran bahasa, yaitu pengikutsertaan anak-anak dalam latihan komunikasi itu amat penting. Anak-anak dengan tingkat pembangkitan input yang tinggi (high input generating) memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Anak-anak yang lambat belajar, berarti ia juga pasif dalam berlatih berbahasa nyata atau pasif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa. <br />Inti dari temuan itu adalah bahwa keaktifan anak-anak di kelas dalam pembelajaran bahasa perlu dilakukan melalui aktivitas berlatih berujar secara nyata. Penelitian-penelitian itu pada akhirnya menghasilkan sejumlah hipotesis baru tentang pembelajaran bahasa. Secara umum ada korelasi antara perilaku aktif ini dengan perolehan belajar anak. Dengan kata lain, hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa menyarankan adanya program pengajaran bahasa yang menekankan pada pembangkitan input anak-anak (latihan bercakap-cakap, membaca, atau menulis yang sebenarnya). <br />Pembelajaran kompetensi komunikatif yang menjadi muara akhir pencapaian pembelajaran bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri: <br />1. makna itu penting, mengalahkan struktur dan bentuk;<br />2. konteks itu penting, bukan item bahasa; <br />3. belajar bahasa itu belajar berkomunikasi; <br />4. target penguasaan sistem bahasa itu dicapai melalui proses mengatasi hambatan berkomunikasi; <br />5. kompetensi komunikatif menjadi tujuan utama, bukan kompetensi kebahasaan; <br />6. kelancaran dan keberterimaan bahasa menjadi tujuan, bukan sekedar ketepatan bahasa. Siswa didorong untuk selalu berinteraksi dengan siswa lain (Brown, 2001:45). <br />Penggunaan pendekatan paragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga dilandasi oleh semangat pembelajaran kontruktivistik yang memiliki ciri-ciri: <br />perilaku dibangun atas kesadaran diri;<br />1. keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman; <br />2. hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, berdasarkan motivasi intrinsik; <br />3. seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya; <br />4. pembelajaran bahasa dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks nyata; <br />5. siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran; <br />6. pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, dengan cara memberi makna pada pengalamannya. Oleh karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang (tentative & incomplete); <br />7. siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi; <br />8. hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber; <br />9. pembelajaran terjadi di berbagai konteks dan setting (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:21-22). <br />Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga didasari oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis. <br />Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan. <br />Prinsip ketiga mengharapkan agar di kelas terjadi suasana interaktif sehingga tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai “pemicu” kegiatan berbahasa lisan dan tulis. Peran guru sebagai orang yang tahu atau pemberi informasi pengetahuan bahasa Indonesia agar dihindari. <br />Ciri lain yang menandai adanya penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah penggunaan konteks tuturan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh gambaran penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata. <br />Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yaitu: <br />1. berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud; dan<br />2. berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud disebut koteks (co-text), sedangkan konteks yang berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian disebut konteks (contex) (Rustono 1999:20). Makna sebuah kalimat baru dapat dikatakan benar apabila diketahui siapa pembicaranya, siapa pendengarnya, kapan diucapkan, dan lain-lain (Lubis 1993:57). <br />Menurut Alwi et al. (1998:421), konteks terdiri dari unsur-unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Bentuk amanat sebagai unsur konteks, antara lain dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya. <br />Di dalam peristiwa tutur, ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa itu. Menurut Hymes (1968) (melalui Rustono 1999:21), faktor-faktor itu berjumlah delapan, yaitu: <br />1. latar atau scene, yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur;<br />1. participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain;<br />2. end atau tujuan; <br />3. act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; <br />4. key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; <br />1. instrument, yaitu alat elalui telepon atau bersemuka;<br />2. norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan, seperti wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Lebih lanjut <br />dikemukakan bahwa ciri-ciri konteks itu mencakupi delapan hal, yaitu penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, saluran atau media, kode (dialek atau gaya), amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian. Di dalam novel, konteks tuturan tampak pada dialog antartokoh yang memenuhi ciri-ciri konteks sebagaimana dikemukakan oleh Hymes (1968). <br />Menurut Rustono (1999:26), situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur amat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Penentuan maksud tuturan tanpa mengalkulasi situasi tutur merupakan langkah yang tidak akan membawa hasil yang memadai. Pertanyaan apakah yang dihadapi itu berupa fenomena pragmatis atau fenomena semantis dapat dijawab dengan kriteria pembeda yang berupa situasi tutur. Komponen-komponen situasi tutur menjadi kriteria penting di dalam menentukan maksud suatu tuturan. <br />Menurut Leech (1983:13-15), situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Komponen situasi tutur yang pertama adalah penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan tuturan tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam peristiwa tutur. Di dalam peristiwa komunikasi, peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti. Yang semula berperan sebagai penutur pada tahap berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian pula sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban. Komponen situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Di dalam tata bahasa, konteks tuturan mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain yang biasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. <br />Komponen situasi tutur yang ketiga adalah tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadi hal yang melatarbelakangi tuturan. Semua tuturan orang normal memiliki tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Di dalam peristiwa tutur, berbagai tuturan dapat diekspresi untuk <br />mencapai suatu tujuan. <br />Komponen situasi tutur yang keempat adalah tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Komponen ini mengandung maksud bahwa tindak tutur merupakan tindakan juga tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Yang berbeda adalah bagian tubuh yang berperan. Jika mencubit yang berperan adalah tangan dan menendang yang berperan adalah kaki, pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. Tangan, kaki, dan alat ucap adalah bagian tubuh manusia. <br />Komponen situasi tutur yang kelima adalah tuturan sebagai produk tindak verbal. Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Mencubit dan menendang adalah tindakan nonverbal, sedangkan berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, yaitu tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Komponen lain yang dapat menjadi unsur situasi tutur antara lain waktu dan tempat pada saat tuturan itu diproduksi. Tuturan yang sama dapat memiliki maksud yang berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai latar tuturan. <br />Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pragmatik sebagai inovasi dalam pengajaran keterampilan berbicara di SMP dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk berbicara sesuai dengan konteks dan situasi tutur senyatanya sehingga siswa dapat memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari. <br />F. Metode Penelitian<br />Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur, yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi seharihari. Berdasarkan penggunaan pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai solusi, dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu: <br />1. Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan <br />2. Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP. <br />Selanjutnya, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu: <br />1. untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan<br />2. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. <br />Berdasarkan rumusan tujuan, dilakukan kajian teori sehingga pendekatan yang ditawarkan sebagai solusi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Teori yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan aspek keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP. <br />Dari hasil kajian teori dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP. Berdasarkan rumusan hipotesis tindakan, dilakukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP klas VII-A SMPN Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan seorang kolaborator untuk melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan. <br />Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil keterampilan berbicara siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur. Data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya. <br />Langkah selanjutnya adalah menyusun replanning (rencana tindakan) untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator. Pada siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah disusun dengan melibatkan kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data keterampilan berbicara <br />siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur dibandingkan dengan indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator. Jika hasilnya belum signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator <br />keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan. <br />F.1. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan yang terdiri atas 40 siswa, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. <br />F.2 Pemecahan Masalah <br />Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat keterampilan berbicara, khususnya keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur, dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif. <br />Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan refleksi awal, siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur yang dinilai sudah mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif baru sekitar 20% (8 siswa) dari 40 siswa. Data ini masih jauh dari standar ketuntasan belajar minimal secara nasional, yaitu 75%. <br />Materi pembelajaran berseumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas No. 22/2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs seperti pada tabel 7.1 berikut ini. Tabel 7.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menceritakan <br />Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif <br />Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara <br />2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman <br />2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. <br />Masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pragmatik melalui enam langkah, antara lain sebagai berikut:<br />7.2.1 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan. <br />7.2.2 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan. <br />7.2.3 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur. <br />7.2.4 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan. <br />7.2.5 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal yang telah dicatat sebelumnya. Bentuk tindakan verbal berupa tindak tutur yang dihasilkan oleh alat ucap, berupa kata-kata dan kalimat. <br />7.2.6 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan. Tindakan nonverbal berupa tindak tutur yang dihasilkan melalui kontak mata, mimik, gerak tangan, atau gerak anggota badan yang lain. Secara garis besar, alur penggunaan pendekatan pragmatik yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur.<br />Melalui alur penggunaan pendekatan pragmatik tersebut, siswa diharapkan dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif sesuai konteks dan situasi tutur. Artinya, pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam berbicara sangat ditentukan oleh konteks dan situasi tutur yang telah ditentukan oleh siswa. Pendekatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih dan menentukan pengalaman yang hendak diceritakan, sedangkan guru hanya memberikan rambu-rambu sebagai pedoman bagi siswa dalam berbicara. <br />F.3 Rencana Tindakan <br />Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut. <br />F.3.1 <br />Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas VII semester I seperti yang tercantum dalam Standar Isi (lampiran Permendiknas No. 22/2006). Dalam silabus dicantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, dan standar kompetensi), kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan belajar, indikator, penilaian (teknik, bentuk, dan contoh instrumen), alokasi waktu, dan sumber/media belajar. <br />F.3.2 <br />Guru mengembangkan silabus Menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkahlangkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman penilaian. <br />F.3.3 <br />Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini, peneliti melibatkan kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan. <br />F.3.4 <br />Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam berbicara mengenai pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. <br />F.3.5 <br />Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai belum memberikan hasil yang signifikan, kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. <br />F.3.6 <br />Peneliti melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator. <br />F.3.7 <br />Peneliti melaksananakan tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun. <br />F.3.8 <br />Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. <br />F.3.9 <br />Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes siklus I untuk mengetahui efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai sudah memberikan hasil yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan, penelitian dinyatakan selesai dan tinggal melakukan tindakan pemantapan kepada siswa (subjek penelitian). Namun, jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, peneliti kembali melakukan refleksi bersama kolaborator untuk merencanakan tindakan perbaikan (replanning) yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. <br />F.4 Tahap Pelaksanaan <br />Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci sebagai berikut. <br />F.4.1 Tahap Persiapan Tindakan <br />Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan. <br />F.4.2 Pelaksanaan Tindakan <br />Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai berikut. <br />F.4.2.1 Tindakan Awal <br />F.4.2.1.1 <br />Apersepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan pengalaman siswa. <br />F.4.2.1.2 <br />Motivasi: peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. <br />F..4.2.2Tindakan Inti <br />F.4.2.2.1 <br />Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan oleh peneliti. <br />F..4.2.2.2 <br />Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk menentukan langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan berdasarkan contoh cerita yang disimak. <br />F..4.2.2.3 <br />Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan. <br />F..4.2.2.4 <br />Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan. <br />F..4.2.2.5 <br />Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur. <br />F..4.2.2.6 <br />Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan. <br />F..4.2.2.7 <br />Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan halhal yang telah dicatat sebelumnya. <br />F..4.2.2.8 <br />Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan. <br />F.4.2.3Tindakan Akhir <br />F..4.2.3.1 <br />Siswa bersama peneliti menyimpulkan cara menceritakan pengalaman mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif. <br />F..4.2.3.2 <br />Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pendekatan prgmatik. <br />F.4.3 Pelaksanaan Pengamatan <br />Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh kolaborator dalam lembar observasi, di antaranya: <br />1. respon siswa,<br />2. perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran; <br />1. keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan<br />1. kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan. <br />F.4.4 Analisis dan Refleksi <br />Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan penalaran, dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang mengesankan. <br />Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya. <br />Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil analisis data menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. <br />F.5 Cara Pengumpulan Data<br />Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut ini:<br />F.5.1 Tes <br />Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. <br />F.5.2 Nontes <br />Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:<br />F.5.2.1 Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. <br />F..5.2.2 Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman wawancara. <br />F.5.2.3 Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai mengimplementasikan tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi peneliti untuk mengungkap aspek: <br />1. respon siswa terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;<br />2. situasi pembelajaran; dan <br />3. kekurangpuasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Selain peneliti, siswa juga membuat jurnal setiap kali mengikuti kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan: <br />(1) respon siswa (baik yang positif maupun negatif) terhadap penggunaan pendekatan pragmatik; <br />(2) metode pembelajaran yang disukai siswa; dan <br />(3) kemampuan peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. <br />F..6 Teknik Analisis Data <br />Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan. <br />Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap, dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Selain itu, juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya serap, dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-62671165554143371202010-10-01T06:55:00.000-07:002010-10-01T06:57:13.492-07:00KEGIATAN KUKERTA QUUUKEGIATAN HARIAN MAHASISWA<br />KULIAH KERJA NYATA<br /><br />Nama : Mursit Program Studi : S 1 PGMI<br />Desa : Kota Baru Reteh<br />Kecamatan / Kabupaten : Keritang / Indragiri Hilir<br />4 Minggu ke - : I/II dari tanggal 20 juli s.d 04 september 2010 <br /><br />No Hari/Tgl/<br />Jam Kegiatan yang dilakukan Tempat Inisiatif<br />(Pribadi, kelompok, masyarakat, pemuda, dsb) Sasaran<br />Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan,<br />Hambatan, dsb. Catatan<br />1 Selasa,<br />20-07-2010<br />08.00<br />12.00<br /><br />19.45 Berkumpul dikampus STAI<br /><br />Serah terima peserta KKN<br /><br /><br />Musyawarah Warung bang helmi <br /><br />Rumah Kepala Desa<br /><br /><br />Posko<br /> Semua anggota<br /><br />Kelompok & dosen<br /><br /><br />Kelompok Ingin beranagkat <br /><br />Serah terima<br /><br /><br />Pelaksanaan Kegiatan KKN Lancar<br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar Menunggu mobil <br /><br /><br /><br />Ok <br />2 Rabu,<br />21-07-2010<br />08.45<br /><br />14.15<br /><br /><br />20.00<br /><br /> Gotong royong<br /><br /><br /><br />Jalan-jalan ke lokasi MTQ<br /><br /><br />Pertemuan dengan<br />KA-KUA dan Ibu Bidan Posko<br /><br /><br /><br />Lokasi MTQ di Kota Baru Seberida<br /><br />Di kediaman<br /><br /> Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok /<br /><br /><br />Kelompok kebersihan tempat tinggal<br /><br /><br />Pelaksanaan Kegiatan KKN<br /><br />Silaturrahmi Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar <br />3. Kamis,<br />22-07-2010<br />08.00<br /><br />16.10<br /><br /><br />20.00 Musyawarah<br /><br /><br /><br />Pertemuan dengan ibu Yasinan<br /><br />Pertemuan dengan tokoh masyarkat, pemuda. Posko<br /><br /><br /><br />Rumah Ibu yasinan<br /><br />Rumah Ketua MUI Kec, Keritang Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok Putra Rencana pembuatan spanduk<br /><br />Kegiatan Yasinan<br /><br /><br />Pesta pernikahan anak Ketua MUI. Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar <br />4<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> Jum’at,<br />23-07-2009<br />08.00<br /><br />09.00<br /><br />12.00<br /><br /><br />14.00<br /><br /><br />16.00<br /><br /><br /> Gotong royong dengan warga di RT 13<br /><br />Pertemuan dengan camat keritang<br /><br />Shalat jum’at berjama’ah<br /><br /><br />Pertemuan dengan sekda kab, camat, kades , panitia MTQ<br /><br />Pengajian ibu-ibu yasin <br /><br /> RT 13<br /><br /><br />Kantor camat<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Lokasi MTQ<br /><br /><br />Rumah salah satu warga <br /> Masyarakat, Kelompok<br /><br />Individu<br /><br /><br />Kelompok Putra<br /><br /><br />Perwkilan kelompok<br /><br /><br />Masyarakat, kelompok <br /> Pembersihan lingkungan<br /><br />Usulan kegiatan<br />Pawai MTQ<br /><br />Kewajiban shalat jum’at<br /><br />Usulan kegiatan<br />Pawai MTQ<br /><br />Kegiatan rutin <br /> Lancar<br /><br /><br />Tertunda<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar <br /><br /> <br />5 Sabtu ,<br />24 – 07 – 2010<br />08.00 Keliling seputaran kotabaru reteh Kotabaru reteh Kelompok Siltaurahmi & sosialisasi Lancar<br /> Ok <br />6 Minggu ,<br />25 –07 –2010<br />08.00-14.30<br /><br /> Undangan Dirumah ketua MUI<br /><br /> Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br /> Resepsi/pesta<br /><br /> Lancar<br /><br /><br /> <br />7 Senin ,<br />26 – 07 – 2010<br />08.00<br /><br /><br />16.00<br /><br />18.00<br /><br /><br />19.00<br /><br /> Jalan-jalan<br /><br /><br /><br /><br />Olah raga<br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Sholat berjama’ah Keliling desa – desa Kelurahan kota baru reteh<br /><br /><br />Lapangan volley<br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok<br /><br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br />Kelompok, masyarakat<br /><br /><br />Kelompok, masyarakat Silaturahmi<br /><br /><br /><br /><br />Main futsal<br /><br /><br />Sholat maghrib <br /><br />Sholat isya Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br />8 Selasa,<br />27 – 07 – 2010<br />08.30<br /><br />10.30<br /><br /><br /><br /><br />14.30<br /><br /><br />18.10<br /><br /> Gali sumur<br /><br /><br /><br />Pertemuan dengan majelis guru dan siswa/i<br /><br /><br />Pawai akbar<br /><br /><br />Buka puasa bersama<br /><br /> Posko<br /><br /><br /><br />MTs Nurul Wathan<br /><br /><br /><br />Lokasi MTQ<br /><br /><br />Rumah salah satu warga Kelompok laki-laki<br /><br /><br /><br />Kelompok laki-laki<br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok Pendalaman sumur<br /><br /><br />Perkenalan dan membantu mengajar<br /><br />Memeriahkan MTQ ke 40<br /><br />Nishfu Sa’ban Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar <br />9 Rabu ,<br />28 – 08 – 2010<br />09.30<br />12.00<br /><br />15.30<br /><br /><br />16.30 pergi ke kafilah peserta MTQ<br /><br /><br />Shalat berjama’ah<br /><br /><br />Shalat berjama’ah<br /><br /><br />Olahraga Kafilah Batang Tuaka<br /><br /><br />Mesjid Raya Al-Falah<br /><br /><br />Mesjid Raya Al-Falah<br /><br />Lapangan volley<br /> Individu<br /><br /><br />Individu dan masyarakat<br /><br />Individu dan masyarakat<br /><br />Kelompok laki-laki dan remaja Usulan cabang M2KQ<br /><br />Shalat dzuhur<br /><br /><br /><br />Shalat Ashar<br /><br /><br />Main futsal Lancar<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Cidera <br />10 Kamis ,<br />29–07 – 2010<br />09.00<br /><br />18.25<br /><br /><br />18.40<br /><br /><br />19.00<br /><br /><br />19.20 Pergi kafilah peserta MTQ<br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Baca yasin<br /><br /><br /><br />Rapat<br /><br /><br />Sholat berjama’ah Kafilah batang tuaka<br /><br /><br />Posko 41<br /><br /><br />Posko 41<br /><br /><br /><br />Posko 41<br /><br /><br />Posko 41 Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok Menentukan jadwal M2KQ<br /><br /><br />Maghrib berjama’ah<br /><br />Baca yasin berjama’ah<br /><br />Evaluasi kegiatan dan program kerja<br /><br />Sholat isya berjama’ah Terus menerus<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Lancar <br />11 Jum’at,<br />30 - 07 – 2010<br />07.30<br /><br />12.30<br /><br />14.00<br /><br /><br /><br /><br />18.15 Mengajar KTK<br /><br /><br /><br />Sholat jum’at berjama’ah.<br /><br />Kegiatan mingguan pengajian<br /><br /><br /><br /><br />Sholat maghrib berjama’ah MTs Nurul Wathon<br /><br /><br />Mesjid<br /><br /><br />Rumah warga<br /><br /><br /><br /><br />Mesjid Al-Muttaqin Indivvidu<br /><br /><br /><br />Kelompok Putra<br /><br />Ibu-ibu yasinan dan kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok/masyarakat. Mukaddimah<br /><br /><br /><br />Kewajiban sholat jum’at<br /><br />Yasinan, pengajian Al – Qur’an<br /><br />Maghrib Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /><br />Terus menerus<br /> <br />12<br /><br /> Sabtu ,<br />31– 07– 2010<br />08.30 – 17.00 Lomba MTQ SD 005 Kotabaru sebrida Individu Cabang M2KQ Lancar<br /><br /> <br />13 Minggu,<br />01 – 08 – 2010<br />07.30<br /><br />14.00 Pergi ke kafilah peserta MTQ<br /><br /><br />Pergi ke lokasi MTQ Kafilah Batang tuaka<br /><br /><br />Kotabaru sebrida Individu<br /><br /><br /><br />Kelompok Jemput kawan<br /><br /><br /><br />Jalan-jalan Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar <br />14 Senin<br />02 – 08 – 2010<br />08.30<br /> Pulang kampung<br /> Tembilahan Individu Ngambil uang Lancar<br /><br /><br /><br /> <br />15 Selasa,<br />03– 08 – 2010<br />08.00<br /><br />10.00<br /><br /> Membuat baleho/papan nama<br /><br /><br /><br />Undangan<br /> Kantor kepala desa<br /><br /><br />Dirumah salah satu warga<br /><br /> Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br /> OPRM<br /><br /><br /><br />Pidato<br /><br /> Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /> Sukses <br />16 Rabu ,<br />04 – 08 – 2010<br />08.30<br /><br />11.30<br /><br /><br />16.00<br /><br /> Membuat baleho/papan nama<br /><br /><br />Undangan<br /><br /><br /><br />Olahraga<br /> Kantor kepala desa<br /><br /><br />Rumah salah satu warga<br /><br /><br />Lapangan volley<br /> Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok / Pemuda<br /> OPRM<br /><br /><br /><br />Resepsi / pesta<br /><br /><br />Main volly Lancar<br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /> <br />17 Kamis ,<br />05 – 08 – 2010<br />08.00<br /><br />14.30<br /><br /><br /><br />16.00<br /><br /><br /> Gotong royong<br /><br /><br /><br />Kegiatan mingguan ibu – ibu<br /><br /><br />Olahraga Posko 41<br /><br /><br /><br />Dirumah salah satu warga<br /><br /><br />Lapangan volley Kelompok/<br /><br /><br /><br />Kelompok, ibu-ibu yasinan<br /><br /><br />Kelompok, pemuda Memperbaiki saluran air<br /><br /><br />Yasinan<br /><br /><br /><br />Main volley Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /><br /> <br />18 Jum’at,<br />06– 08 – 2010<br />07.30<br /><br />12.00<br /><br /><br />15.00<br /><br /><br /><br />16.00<br /><br /><br /><br /> Mengajar<br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Kegiatan mingguan ibu – ibu<br /><br /><br /><br />Olah Raga MTs Nurul Wathan<br /><br /><br />Mesjid Al-Muttaqin<br /><br /><br /><br />Dirumah salah satu warga<br /><br /><br />Lapangan Volly<br /><br /><br /> Individu<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok, ibu-ibu yasinan<br /><br /><br />Kelompok /pemuda<br /><br /><br /> Habsy/sholawat<br /><br /><br /><br />Sholat jum’at<br /><br /><br />Yasinan<br /><br /><br /><br />Permainan Bola volly<br /> Terus menerus<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /> <br />19 Sabtu<br />07 – 08 – 2010<br />08.00<br /><br />12.00<br /><br /><br />16.00 Gotong royong<br /><br /><br /><br />Jalan-jalan<br /><br /><br />Olah Raga<br /> Mesjid Al-Muttaqin<br /><br /><br />Posko 43 di sungai cango<br /><br /><br />Lapangan Volly<br /> Kelompok/masyarakat<br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok /pemuda Pembersihan luar, dalam mesjid<br /><br />Silaturrahim<br /><br /><br /><br />Permainan Bola volly<br /> Lancar<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /> <br />20 Minggu <br />08 – 08–2010<br />09.00<br /><br /><br />15.00<br /><br /><br />16.00<br /><br /><br /> Jalan-jalan<br /><br /><br /><br /><br />Mengajar anak-anak <br /><br /><br />Olahraga Rumah Kep-Sek SMA 1 keritang <br /><br /><br /><br />Posko <br /><br /><br />Lapangan volley kelompok<br /><br /><br /><br /><br />kelompok <br /><br /><br />kelompok & pemuda Silaturrahim<br /><br /><br /><br /><br />Membaca Al-qur’an <br /><br />Main volley dan menjaga kesehatan Lancar<br /><br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus<br /><br /> <br />21 Senin ,<br />09 – 08 –2010<br />09.00<br /><br /><br />13.30<br /><br /><br /><br />21.00 Acara syukuran dan tahlil bersama <br /> <br /><br /><br />Jalan-jalan <br /><br /><br /><br />Silaturrahim Surau Al-Barkat desa sungai dungun<br /><br /><br />Ketembilahan <br /><br /><br /><br />Rumah Sek-Cam Kelompok, kades, staf lurah dan seluruh masyarakat<br /><br />Kades serta ibu & Kelompok laki-laki,<br /><br /><br />Kelompok Menyambut bulan suci ramadhan<br /><br /><br /><br />Refreshing <br /><br /><br />Undangan makan malam Lancar<br /><br /><br /><br /><br />Lancar <br /><br /><br /><br />Lancar <br />22 Selasa ,<br />10 – 08 – 2010<br />10.00<br /><br />14.00 <br /> Acara syukuran dan tahlil bersama <br /><br /><br />Pulang kampung <br /> Mesjid al-muttaqin/pasar lama<br /><br /><br />Tembilahan Pemerintah,Kelompok, dan masyarakat<br /><br /><br />Individu Menyambut bulan suci ramadhan<br /><br /><br />Megang/Sahur bersama dengan keluarga Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus <br /> <br />23 Rabu <br />11- 08- 2010<br /> <br />--------------- <br />--------------- <br />--------------- <br />------------------ <br />------------<br /><br /><br /><br /><br /> <br />24 Kamis,<br />12 – 08 – 2010<br />17.30<br /><br />19.30 <br /><br /><br />20.00<br /> Undangan<br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Sholat berjama’ah Mesjid Annur di sei bintang <br /><br /><br />Mesjid Annur di sei bintang<br /><br />Mesjid Annur di sei bintang Kelompok laki-laki <br /><br /><br />Masyarakat, Kelompok laki-laki<br />Masyarakat, <br /><br />Kelompok laki-laki Buka puasa bersama dengan tokoh masyarakat<br /><br />Sholat isya <br /><br /><br />Sholat sunnat tarawih Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Terus menerus <br />25 Jum’at,<br />13 – 08 – 2010<br />12.00<br /><br />19.00<br /><br /><br /><br />21.00<br /> Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br /><br />Tadarus Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid jami’ al-muttaqin <br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /> Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok, pemuda/ masyarakat<br /><br />Kelompok, pemuda/ masyarakat Sholat jum’at <br /><br /><br /><br />Sholat isya dan tarawih <br /><br /><br />Baca al-qur’an Terus menerus<br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus <br />26 Sabtu ,<br />14 – 08 – 2010<br />08.30<br /><br />10.00<br /><br /><br />16.00<br /><br /><br />19.00<br /><br /><br /> Kunjungan <br /><br /><br /><br />Konsultasi <br /><br /><br />Gotong royong<br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br /> Sungai dungun <br /><br /><br /><br />Kediaman Kades<br /><br /><br />Kediaman sek-cam<br /><br /><br />Mesjid Al-muttaqien <br /> Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok Silaturrahmi <br /><br /><br /><br />Rencana safari ramadhan <br /><br />Ngangkut batang pinang <br /><br />Sholat isya dan taraweh <br /><br /> Lancar<br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer Ok <br />27 Minggu ,<br />15 – 08 – 2010<br />09.00<br /><br />20.00<br /><br /><br />21.00 Kunjungan <br /><br /><br /><br />Sholat Tarawih<br /><br /><br />Membaca Al – qur’an Sei bintang, usaha baru, <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqins Kelompok,<br /><br /><br /><br />Kelompok, masyarakat<br /><br /><br />Kelompok, masyarakat Membagi imsakiyah ramadhan <br /><br />Sholat berjamaah<br /><br /><br />Tadarus Lancar<br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br />28 Senin ,<br />16–08 – 2010<br />09.00<br /><br />19.30<br /><br />19.45<br /><br /><br />20.00<br /><br />21.00 Ke sekolah MTs <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Ceramah <br /><br /><br />Sholat Tarawih<br /><br />Berkunjung MTs Nurul Wathan <br /><br />Mesjid al-muttaqin/lama<br /><br />Mesjid al-muttaqin/lama<br /><br />Mesjid al-muttaqin/lama<br /><br />Salah satu warga Kelompok <br /><br /><br />Kelompok, masyarakat<br /><br /><br />Kelompok, masyarakat<br /><br /><br />Kelompok, masyarakat<br /><br />Kelompok Rapat tentang pesantren kilat<br /><br />Sholat isya <br /><br /><br />Santapan rohani <br /><br /><br />Sholat berjamaah<br /><br />Silaturrahmi Lancer <br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancer <br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancar <br />29 Selasa<br />17–08 – 2010<br />09 .00<br /><br />17. 00<br /><br /><br />18. 00<br /><br /><br />19.30<br /><br /><br />21.00 Apel 17 agustus <br /><br /><br /><br />Apel 17 agustus <br /><br /><br />Berbuka puasa bersama <br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br />Membaca Al – qur’an<br /><br /><br /> Kantor camat keritang<br /><br /><br /><br />Kantor camat keritang <br /><br /><br />Kantor camat keritang<br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok<br />masyarakat<br /><br /><br />Kelompok<br />Masyarakat <br /><br />Kelompok<br />Masyarakat<br /><br />Kelompok<br />Masyarakat<br /><br /><br />Kelompok<br />Masyarakat Detik-detik proklamasi <br /><br /><br />Penurunan bendera <br /><br />Syukuran 17 agustus <br /><br />Sholat isya, tarawih<br /><br /><br />Tadarus Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br />30 Rabu ,<br />18 – 08 – 2010<br />20.00<br /><br /><br />21.00 <br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Membaca Al – qur’an <br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br /><br /> <br /><br />Kelompok, masyarakat <br /><br /><br />Kelompok, masyarakat <br /><br />Sholat isya dan tarawih <br /><br />Tadarus <br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br />31 Kamis <br />19 – 08 – 2010<br />08.00<br /><br />17.00<br /><br />20.00<br /><br /><br />21.00 Acara pembukaan<br /><br /><br /><br />Kunjungan <br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Sarasehan <br /><br /><br /><br /><br /> MTs Nurul Wathan <br />Mushalla<br /><br /><br />Sei Durian <br /><br />Mesjid <br /><br /><br />Mesjid Kelompok, kep-sek, dan siswa<br /><br /><br />Kelompok<br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok Pesantren kilat <br /><br /><br /><br />Berbuka bersama <br /><br />Sholat isya, tarawih <br /><br />Temu ramah Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancer <br />32 Jum’at <br />20 – 08 - 2010<br />08.00<br /><br />09.00<br /><br /><br />09.30<br /><br /><br />12.00 Ke sekolah <br /><br /><br />Kunjungan <br /><br /><br /><br />Ke Sekolah <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> MTs Nurul Wathan<br /><br />Kediaman sek-des <br /><br /><br /><br /><br />SMP 3 Keritang <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok <br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok putra Pesantren kilat <br /><br /><br />Info profil desa <br /><br /><br /><br />Usulan kegiatan pesantren kilat <br /><br />Mengisi khotbah jum’at Lancer <br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Semangat <br />33 Sabtu <br />21-08-2010<br />08.00 <br /><br />09.00<br /><br /><br />14.00<br /><br /><br />18.00<br /><br /><br />18.35<br /><br /><br />18.45<br /><br /><br /><br />19.30<br /><br /><br />22.00<br /><br /><br /><br />05.00 Belajar bergendang<br /><br /><br /><br />Ngecat lapangan tenis meja<br /><br /><br />Acara muhasabah sekaligus penutupan <br /><br />Berbuka puasa bersama<br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Nonton bareng <br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Acara pembukaan<br /><br /><br /><br />Kuliah subuh Kediaman KUA<br /><br /><br /><br />Depan rumah sek-cam<br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br />Kep-sek MTs Nurul Wathan <br /><br /><br /><br />Posko 41<br /><br /><br />Posko 41<br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin/lama<br /><br />Kediaman sek-cam<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin/baru<br /> Kelompok dan ibu-ibu <br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan siswa/I MTs<br /><br />Kelompok, guru, tokoh masyarakat & siswa/I<br /><br />Kelompok dan siswa/I <br /><br />Kelompok, majelis guru dan siswa/I <br /><br /><br />Kelompok <br /><br /><br />Kelompok <br /><br /><br /><br />Kelompok Habsy <br /><br /><br /><br />Memeriahkan HUT RI 65<br /><br />Pesantren kilat <br /><br /><br />Syukuran pesantren kilat <br /><br /><br />Sholat maghrib <br /><br /><br />Menghibur siswa/I <br /><br /><br />Sholat isya, tarawih <br /><br />Turnamen tenis meja camat cup<br /><br /><br />Narasumber Terus menerus <br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancer<br /><br />Terus menerus <br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br />34 Minggu <br />22-08-2010<br />08.00<br /><br />19.00 <br /><br /><br />04.45 <br /><br /><br />05.00<br /><br /> Belajar bergendang<br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kultum Tempat warga<br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok dan ibu-ibu yasinan <br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> Berlatih <br /><br /><br /><br />Isya dan tarawih<br /><br /><br />Subuh <br /><br /><br />Kuliah subuh Terus menerus <br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br />35 Senin<br />23-08-2010<br />19.00 <br /><br />04.45 <br /><br /><br />05.00 Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kultum Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> Isya dan tarawih<br /><br /><br /><br />Subuh <br /><br /><br />Kuliah subuh Terus menerus <br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Terus menerus <br />37 Selasa<br />24-08-2010<br />19.00 <br /><br /><br />04.45 <br /><br /><br />05.00 Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kultum Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> Isya dan tarawih<br /><br /><br /><br /><br />Subuh <br /><br /><br />Kuliah subuh Terus menerus <br /><br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Terus menerus <br /> <br />38<br /> Rabu<br />25-08-2010<br />10.00<br /><br />12.10 <br /><br /><br />18.00<br /><br /><br />19.30 <br /><br /><br /><br />04.40 <br /><br /><br />05.00 Pembukaan pertandingan untuk ibu-ibu yasinan<br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Kunjungan<br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kuliah subuh <br /> Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Tempat salah satu warga <br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /> Kelompok <br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok putra <br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> Menyambut Nuzulul al-qur’an<br /><br /><br />Sholat dzuhur <br /><br /><br />Berbuka bersama<br /><br /><br />Sholat isya dan tarawih<br /><br /><br />Sholat subuh <br /><br /><br />Sarasehan Lancer<br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancer <br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br /><br />Terus menerus <br />39 Kamis <br />26-08-2010 <br />08.00 <br /><br /><br />11.00<br /><br /><br /><br />14.00 <br /><br /><br /><br />15.10<br /><br /><br />19.30 <br /><br />05.00<br /> Mengajar <br /><br /><br /><br /><br />Acara tanding surat-surat pendek <br /><br /><br />Acara tanding pidato dan adzan <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br />Kultum SMP 3 keritang<br /><br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br />_ Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> <br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /> Pesantren kilat <br /><br /><br /><br /><br />Memeriahkan Nuzulul Qur’an <br /><br /><br />Memeriahkan Nuzulul Qur’an <br /> <br /><br />Sholat ashar<br /><br /><br /><br />Sholat isya dan tarawih Lancer <br /><br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br />Lancar<br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br />40 Jum’at <br />27-08-2010<br />08.00 <br /><br />12.15<br /><br /><br />14.15<br /><br />18.15<br /><br /><br />19.30<br /><br /><br />21.00 Perlombaan ibu-ibu bersyair <br /><br /><br />sholat berjama’ah<br /><br /><br />perlombaan anak-anak pidato da adzan <br /><br />Berbuka Bersama <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Santapan rohani <br /> Mesjid al-muttaqin <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />SMP 3 Keritang<br /><br /><br />SMP 3 keritang<br /><br /><br />Sei Rukam Kelompok dan ibu-ibu <br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan anak-anak<br /><br />Kelompok, anak-anak dan masyarakat<br />Kelompok dan anak-anak<br /><br />Kelompok dan masyarakat Memeriahkan nuzulul al-qur’an<br /><br /><br />Sholat jum’at<br /><br /><br />Memeriahkan nuzulul al-qur’an<br /><br />Penutupan pesantren kilat <br /><br />Sholat maghrib<br /><br />Nuzul Al-qur’an Lancer <br /><br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer <br /><br />Lancer <br /> <br />41 Sabtu<br />28-08-2010<br />08.00<br /><br />19.00<br /><br /><br />22.00<br /><br /><br />05.00<br /><br /> Mengajar berhabsy ibu-ibu <br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Acara Penutupan <br /><br /><br /><br />Kultum Dirumah KUA<br /><br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br />Depan rumah sek-cam <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok dan masyarakat <br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok, pemuda, masyarakat<br /><br />Kelompok, pemuda, masyarakat Latihan <br /><br /> <br /><br />Isya dan tarawih<br /><br /><br />Turnamen tenis meja <br /><br /><br />Kuliah subuh Lancer <br /><br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Lancer<br /><br /><br />Terus menerus <br />42 Minggu <br />29-08-2010<br />08.00<br /><br />10.00<br />19.30 <br /><br /><br />05.00<br /><br /> Mengasihkan format penilaian <br /><br /><br />Mengasihkan format penilaian<br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kultum Rumah Kades<br /><br /><br />Ketua MUI/tokoh<br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok <br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat Penilaian <br /><br /><br /><br />Penilaian <br /><br /><br />Isya dan tarawih <br /><br /><br />Kuliah subuh Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Terus menerus <br />43 Senin<br />30 – 08 – 2010 <br />08.00<br /><br />14.00<br /><br /><br />18.00<br /><br /><br />19.30<br /><br /><br />21.00 Membagi undangan <br /><br /><br /><br />Perlombaan anak-anak mewarnai kaligrafi<br /><br />Berbuka bersama <br />Sholat berjama’ah<br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Acara nuzul al-qur’an<br /><br /> Kerumah warga <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br /><br /><br /><br />Kediaman Kades <br /><br />Mesjid almuttaqin<br /><br /><br />Mesjid almuttaqin Kelompok<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat <br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat <br /><br />Kelompok dan masyarakat <br /><br />Kelompok, pejabat dan masyrakat Nuzul al-qur’an<br /><br /><br />Memeriahkan nuzul al-qur’an<br /><br /><br />Syukuran <br /><br /><br />Sholat isya dan tarawih<br /><br />Memeriahkan nuzul qur’an<br /> Lancer<br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br /><br />Lancer <br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Lancer <br />44 Selasa <br />31 – 08- 2010<br />18.00<br /><br /><br />19.30<br /><br /><br /><br />21.00 Berbuka bersama<br /><br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br /><br />Tadarus Rumah salah satu warga <br /><br /><br /><br />Mesjid al – muttaqin<br /><br /><br /><br />Mesjid al- muttaqin Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat Syukuran <br /><br /><br /><br /><br />Isya dan tarawih<br /><br /><br /><br />Membaca al-qur’an Lancer <br /><br /><br /><br /><br />Tarus menerus <br /><br /><br />Terus menerus<br /><br /><br /> <br />45 Rabu <br />01 – 09 – 2010<br />08.00<br /><br />14.00<br /><br /><br />18.15<br /><br /><br />19.30 Kunjugan <br /><br /><br /><br />Jalan-jalan<br /><br /><br />Berbuka bersama<br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br /> Desa sanglar<br /><br /><br /><br />Pulau kijang<br /><br /><br />Tempat anggota KKN<br /><br />Mesjid Nurul Hikmah Kelompok<br /><br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat Silaturrahim<br /><br /><br /><br />_<br /><br /><br />_<br /><br /><br />Isya dan tarawih Lancer<br /><br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Lancer<br /><br /> <br />46 Kamis <br />02 – 09 – 2010<br />09.00<br /><br />19.30<br /><br /><br />21.00<br /><br /><br />21,30<br /><br /><br />04.55<br /><br /><br />05.15 Mengetik<br /><br /><br /><br />Sholat berjama’ah<br /><br /><br />Membaca al-qur’an<br /><br /><br />Sholawatan<br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br /><br />Kultum Posko 41<br /><br /><br /><br />muttaqin<br /> <br /><br />Mesjid Mesjid al-<br /><br /> al-muttaqin<br />Mesjid al- muttaqin <br /><br />Mesjid al-muttaqin <br />muttaqin<br /><br />Mesjid al- Individu <br /><br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan masyarakat<br /><br />Kelompok dan ibu-ibu <br /><br />Kelompok dan masyarakat <br /><br />Kelompok dan masyarakat Laporan akhir<br /><br /><br /><br />Isya dan tarawih<br /><br /><br />Khataman al-qur’an<br /><br />Latihan <br /><br /><br />Sholat subuh <br /><br /><br />Kuliah subuh Lancer <br /><br /><br /><br />Terus menerus <br /><br />Lancer <br /><br /><br />Lancer<br /><br /><br />Terus menerus<br /><br />Terus menerus <br />47 Jum’at <br />03- 09- 2010 <br />08.00<br />12.00<br /><br />13.00<br /><br />18.15 Ngetik laporan <br /><br /><br />Sholat berjama’ah <br /><br />Kedatangan dosen pembimbing<br /><br />Buka bersama Posko <br /><br /><br />Mesjid al-muttaqin<br /><br />Posko <br /><br />Mesjid al-muttaqin Individu<br /><br /><br />Kelompok dan masyarakat <br />Kelompok dan dosen<br /><br />Kelompok dan masyarakat Laporan akhir<br /><br /><br />Kewajiban jum’at<br /><br />Ngambil nilai <br /><br />Peeerpisahan kukerta <br /><br /> Lancar<br /><br /><br />Lancar <br /><br />Lancar <br /><br />Lancar Batry low <br /> Kotabaru Reteh, 02 Agustus 2010 <br /> Desa Kotabaru Reteh <br />Mengetahui :<br />Kepala Desa Kotabaru Reteh <br />Kecamatan Keritang <br />Kabupaten Indragiri Hilir Ketua kukerta <br /> <br /><br /> <br /><br /> ( HAMDAN YANI ) ( MIKROT )STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-63769023970325989332010-07-18T10:16:00.000-07:002010-07-18T10:18:09.836-07:00tak tau ini apaPendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan – Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.<br />Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.<br />Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.<br />Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.<br />Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia?<br />Apakah pendidikan di Indonesia memperhatikan permasalahan detail seperti ini? Inilah salah satu kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 45 tahun Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini.<br />Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia (Ki Hajar Dewantara).<br />Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Dpendidikan identik dengan belajar. gw mengartikan pendidikan sama dengan<br />pembelajaran, yaitu proses pendewasaan diri.<br />dalam bahasa inggris, belajar bisa<br />dikatakan “study” dan “learn”. study lebih digunakan dalam<br />belajar yang bersifat tekstual, sedangkan learn lebih bersifat praktis<br />(berdasarkan pengalaman).<br />study cenderung membawa kita ke pola pikir penulis<br />buku, sedangkan learn cenderung mengasah pikiran kita dengan pola pikir kita<br />sendiri dalam melihat fenomena dan mengatasi suatu masalah.<br />nah, kalo<br />pengalaman gw selama smp dan sma sih, gw ngerasa lebih banyak disodorin cara<br />belajar “study”, yaitu banyak hafalan dari teks tertentu dan kurang<br />banget praktikumnya. padahal, dalam pendewasaan diri, seharusnya lebih diimbangi<br />dengan kegiatan praktek.<br />praktek ini bisa dilakukan, contoh: dengan memberikan<br />sebuah fenomena atau masalah dan membiarkan siswa mencari sendiri solusinya<br />dengan guru hanya men…i tandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM)STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-67133757709872111192010-07-18T10:13:00.000-07:002010-07-18T10:15:25.490-07:00ketubanYANG TERJADI KETIKA KETUBAN PECAH DINI <br />17 Maret 2008, 1:44 pm <br />Diarsipkan di bawah: Kesehatan (健康) | Tag: bayi, hamil, ketuban, lahir, operasi caesar, pecah<br />Ketuban pecah terjadi alami pada proses persalinan. Bagaimana jika pecahnya lebih dini? Bisakah gejalanya dikenali?<br />“Dokter, saya mengeluarkan cairan dari vagina dan keluar begitu saja seperti mengompol,” keluh Ibu Nababan yang tengah hamil dengan nada khawatir.<br />Apa yang dialami Ibu Nababan bisa disebut sebagai ketuban pecah dini. Tidak mulas, tanpa sakit, tapi ada semacam cairan yang merembes keluar dari vagina. Keluarnya cairan tersebut tidak terasa dan tidak dapat ditahan oleh ibu hamil.<br />Menurut Dr. S.B. Wahyudi, Sp.OG, dari RS Husada, yang dimaksud ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan. Robeknya kantung ketuban sebelum waktu melahirkan tiba memang sulit diketahui gejalanya. Yang pasti, banyak akibat yang ditimbulkan dari pecahnya ketuban dini ini.<br />FUNGSI<br />Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.<br />Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus.<br />Pada kehamilan, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari “lingkungannya”. “Air ketuban pun membuat janin bisa bergerak dengan bebas ke segala arah, tidak ada kompresi terhadap janin sehingga dapat berkembang dengan baik,” ujar Wahyudi.<br />Kecuali itu, air ketuban dapat menyebarkan tekanan bila terjadi trauma, juga sebagai penyangga terhadap panas dan dingin. Pada saat proses persalinan, air ketuban memberikan kekuatan mengejan sehingga serviks dapat membuka, membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai desinfektan, dan sebagai pelicin saat kelahiran.<br />Dokter pun bisa mendeteksi janin melalui cairan ketuban ini. Dari mulai mendeteksi jenis kelamin, kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan sebagainya. Cara mendeteksinya dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.<br />Jumlah cairan ketuban ini beragam. “Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter,” jelas lulusan FK Universitas Diponegoro, Semarang. Bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Jika dilihat lebih teliti terdapat lanugo (rambut halus janin) dan verniks caseosa(sel-sel epitel dan lemak pada kulit bayi).<br />Janin meminum cairan ketuban ini, sehingga terjadi refleks menelan dan bernapas sejak dini. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam. “Jika janin tidak menelan air ketuban, maka volumenya bisa banyak,” jelas Wahyudi.<br />Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya produksi air ketuban berlebihan (hidramnion). Hal tersebut terjadi karena adanya cacat pada bayi, misalnya kepala yang tidak terbentuk. Penambahan air ketuban ini bisa mendadak dalam beberapa hari atau secara perlahan-lahan. “Terkadang pada kehamilan yang post mature (lebih dari usia kehamilan) akan terjadi pengurangan air ketuban, karena terjadi resorbsi yang lebih banyak pada bayi,” jelas Wahyudi.<br />Pemeriksaan air ketuban dilakukan berbarengan dengan persalinan, merasakan kontraksi pertamanya dalam waktu 12 jam, sebagian dalam waktu 24 jam tapi ada juga yang lebih lama sampai tibanya persalinan.<br />Ciri-cirinya antara lain terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas, berbeda dengan bau air seni. Alirannya tidak deras keluar, kecuali bila ibu hamil dalam posisi berbaring. Karena ketika ibu hamil berjalan atau duduk, kepala janin cenderung menutupi muara rahim seperti sumbat botol. Selain itu, juga karena tidak ada kontraksi yang mendorong keluarnya cairan tersebut. Untuk lebih memastikan bahwa itu adalah air ketuban, dilakukan dengan tes ferning atau tes nitrazine.<br />Pada umumnya, menurut Wahyudi, ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of membrane dan preterm rupture of membrane. Gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan dan tidak ada keluhan sakit. “Baru setelah itu akan terasa sakit karena adanya kemungkinan kontraksi,” jelas Wahyudi.<br />Robeknya kantung ketuban biasanya terjadi seusai trauma, misalnya ibu hamil terjatuh atau terbentur di bagian perut. Ketuban pecah dini juga bisa terjadi karena mulut rahim yang lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan.<br />Bisa juga karena ketegangan rahim yang berlebihan, seperti kehamilan ganda atau hidramnion, kelainan letak janin seperti sungsang atau melintang, atau kelainan bawaan dari selaput ketuban. Bisa pula karena infeksi yang kemudian menimbulkan proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah.<br />Namun, adakalanya hanya terjadi kebocoran kantung ketuban. Yang terjadi, cairan ketuban merembes sedikit demi sedikit, tanpa disadari oleh si ibu hamil. Akibatnya, cairan ini makin berkurang jumlahnya. Bahkan, menjadi habis. Si ibu baru merasakan perih jika si janin bergerak.<br />AKIBAT YANG TIMBUL<br />Pemeriksaan dokter akan menentukan apakah janin masih “aman” untuk tetap tinggal di dalam rahim atau sebaliknya. Umumnya setelah ketuban pecah, dokter akan memantau kondisi ibu dan janin. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih, berarti keadaan janin masih baik. “Ibu hamil bisa mempertahankan kehamilannya,” jelas Wahyudi.<br />Langkah selanjutnya dilakukan terapi. Jika kehamilan kurang dari 38 minggu akan dilakukan metode konservatif. Ibu hamil diwajibkan istirahat, dibantu dengan pemberian obat-obatan yang tidak menimbulkan kontraksi, biasanya melalui infus.<br />Bila si bayi belum cukup besar, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mematangkan paru-parunya agar jika terpaksa dilahirkan, janin sudah siap hidup di luar rahim ibunya. Kecuali itu, ibu pun akan diberi antibiotika untuk mencegah infeksi.<br />Umumnya cara ini berhasil dilakukan. Melalui bed rest, air ketuban dicegah keluar dalam jumlah lebih banyak. Sementara itu, lapisan kantung yang sebelumnya terbuka pun akan menutup kembali. Cairan ketuban akan dibentuk kembali oleh amnion, sehingga janin bisa tumbuh lebih matang lagi.<br />Sebaliknya, bila jumlah air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan berisiko asfiksia. Perlu diketahui, air ketuban berwarna putih jernih. Jika air ketuban berwarna hijau, bisa membahayakan janin. Hal semacam itu yang biasanya membuat persalinan dipercepat, baik persalinan alami lewat vagina maupun operasi Caesar. Karena jika kehamilan diteruskan justru akan membahayakan keduanya, ibu dan janin. Bukan tidak mungkin justru berakhir dengan kematian.<br />Melihat akibatnya yang tidak ringan, segeralah ke dokter jika dicurigai ketuban pecah. Begitu pula jika mengeluarkan cairan yang tidak diketahui penyebabnya. Apa pun juga, bantuan medis amat diperlukan dalam kondisi seperti itu.<br />Dedeh Kurniasih. Foto : Rohedi (nakita)<br />Menghadapi Ketuban Pecah Dini<br />Pemeriksaan Rutin<br />Lakukan pemeriksaan paling sedikit 3 kali dalam satu kehamilan. Pemeriksaan 16 minggu, 28 minggu, dan 32 minggu. Dengan pemeriksaan yang baik, tumbuh kembang janin dalam rahim dapat terdeteksi. Begitu pun banyak sedikitnya air ketuban dapat dideteksi.<br />Segera ke Dokter<br />Jika terdapat tetesan atau aliran cairan dari vagina, segera periksa ke dokter.<br />Hindari Infeksi<br />Usahakan daerah vagina selalu bersih untuk menghindari infeksi. Bersihkan selalu daerah ini dari arah depan ke belakang. Jangan sekali-kali melakukan dengan gerakan sebaliknya.<br />“Puasa”<br />Untuk sementara waktu, hindari melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.<br />Istirahat<br />Istirahatlah sesuai anjuran dokter. Jangan merasa diri wanita super dengan melakukan semua kegiatan. Ingatlah, setiap kehamilan selalu berbeda. Jika Anda melihat teman lain tetap “perkasa” saat hamil, Anda tidak harus menjadi demikian.<br />Menjaga Kebersihan<br />Bila cairan ketuban merembes, gunakanlah pembalut yang dapat menyerap air ketuban. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan sebaiknya gunakan pembalut tipis pada celana dalam agar membuat Anda merasa bersih dan segar. Sebab, pada umumnya pengeluaran cairan dari vagina akan lebih banyak. Penggunaan pembalut ini pun berguna untuk memudahkan Anda membedakan cairan ketuban dengan cairan lain dari bau serta warnanya. (from : yuwielueninet.wordpress.com)<br /><br /><br />Kok Air Ketubannya Hijau?<br />Posted on Nov 13, 2009<br />Tak jarang ada bumil yang beranggapan bahwa mengonsumsi daun pepaya atau minum jamu saat hamil dapat mengakibatkan air ketuban berwarna hijau.<br /><br />Padahal, menurut dr Ridwan SpOG dari Kemang Medical Care Women & Children, warna air ketuban tidak ada hubungannya dengan makanan atau juga minuman yang diasup oleh ibu hamil.<br /><br />Lalu kenapa berwarna hijau? Menurut dr Ridwan, air ketuban umumnya tidak berwarna/transparan/bening hingga pink tawar. Sedangkan ketuban yang berwarna hijau disebut dengan meconium. Ini berasal dari produk sisa pencernaan bayi (BAB bayi) yang berada dalam ususnya. Berwarna hijau karena memang pewarnaan hijau yang berasal dari hasil pencernaan si bayi yang disebabkan oleh empedu bayi.<br /><br />"Meconium ini seharusnya tidak keluar secara langsung tetapi diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh bayi. Baru setelah bayi lahir, keluar sebagai BAB. Jadi meconium ini seharusnya tidak dikeluarkan di dalam kandungan. Artinya selama dalam kandungan normalnya bayi tidak akan BAB," paparnya.<br /><br />Mengapa bayi sampai mengeluarkan BAB-nya padahal masih dalam kandungan? "Bayi selama dalam kandungan belum mulai bernafas, dia mendapat suplai oksigen dari ibunya yang dibawa oleh darah melalui tali pusat. Selain oksigen, tali pusat juga membawa makanan. Jadi, segala macam kebutuhan bayi dialirkan melalui tali pusat," tambah dokter ramah ini.<br /><br />Untuk itulah, lanjutnya, segala bentuk gangguan yang terjadi pada tali pusat yang mengganggu aliran darah akan berakibat fatal bagi bayi. Gangguan tersebut misalnya ada lilitan tali pusat atau tali pusat terjepit oleh bagian tubuh bayi maka hal ini mengakibatkan bayi akan kekurangan oksigen dan makanan. Bila bayi kekurangan oksigen maka sphincter ani (anusnya) akan terbuka atau otot yang mengatur penutupan anus akan melemah dan terbuka, sehingga terjadi meconium yang akan mengotori air ketuban. Karena meconium berwarna hijau maka otomatis air ketuban pun akan hijau.<br /><br />Menurutnya lagi, meconium juga dapat terjadi bila bayi sudah lewat bulan. Bayi yang lewat waktu (bulan) fungsi saluran cernanya sudah matang sehingga mengeluarkan meconium. Karena itu penting bagi ibu hamil melakukan USG secara teratur. USG secara teratur dapat mengetahui usia kehamilan secara tepat. Pada kehamilan yang lewat waktu, sebanyak 30 persennya terjadi ketuban berwarna kehijauan.<br /><br />Sebabkan Kematian<br /><br />Kondisi paling bahaya adalah saat melahirkan, tambah dr Ridwan, jika air ketuban berwarna hijau apalagi hijau kental dikhawatirkan bayi dapat terkena sindrom aspirasi meconium (Meconium Aspiration Syndrome/MAS), kondisi di mana meconium terhisap oleh bayi pada saat lahir dan masuk ke paru-paru. Jika ini terjadi, maka harus cepat dibersihkan mulut dan hidungnya agar kondisi tersebut tidak terjadi. MAS ini cukup berbahaya karena dapat meningkatkan angka kematian pada bayi baru lahir.<br /><br />Sumber : lifestyle.okezone<br /><br />Ketuban Pecah Dini<br /><br />Definisi<br />Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.<br />Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. <br /> <br />Gambar 1. Ketuban Pecah<br />Penyebab<br />Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :<br />Inkompetensi serviks (leher rahim)<br />Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)<br />Riwayat KPD sebelumya<br />Kelainan atau kerusakan selaput ketuban<br />Kehamilan kembar<br />Trauma<br />Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu<br />Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis <br /> <br />Gambar 2. Inkompetensi leher Rahim<br />Tanda dan Gejala<br />Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.<br />Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.<br />Pemeriksaan penunjang<br />Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.<br />Komplikasi KPD<br />Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. <br />Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu. <br /> <br />Gambar 3. Keluarnya Tali Pusar<br />Penanganan Ketuban Pecah di Rumah<br />Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit<br />Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar<br />Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam<br />Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur<br />Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri<br />Terapi<br />Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Risiko kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil.<br />Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi.<br /><br />Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan.<br />Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan pada janin, serta perdarahan pada otak.<br />Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari, berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir). <br />Pencegahan<br />Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan<br />Pecahnya Ketuban<br />Cooking Fri, 14 Feb 2003 09:18:00 WIB <br />Ketuban yang berisi cairan atau amnion bisa pecah pada saat persalinan berlangsung, atau bahkan sebelum persalinan terjadi. Ibu hamil tidak bisa mengontrol pecahnya ketuban seperti mengontrol buang air kecil. Jika pecahnya ketuban terjadi sebelum persalinan, umumnya dokter akan langsung meminta ibu ke RS untuk menangani persalinan. Apalagi jika pecahnya ketuban telah disertai kontraksi 10 menit sekali. Berikut hasil wawancara dengan Dr. Dedy Arman Saidi, SpOG dari RSIA Hermina Bekasi<br /><br />Seperti apa air ketuban? Aroma pada seprei atau sebagian pakaian Anda mungkin bisa memberi petunjuk. Jika berbau agak manis dan tidak seperti bau amoniak, maka mungkin cairan tersebut cairan amnion atau air ketuban. Petunjuk lain, pada Anda mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. <br /><br />Jika ketuban anda sudah pecah, segeralah pergi ke rumah sakit, meski saat itu Anda belum merasakan kontraksi sedikit pun. Sebagian wanita yang ketubannya pecah sebelum persalinan biasanya akan mengalami kontraksi pertama dalam waktu 12 - 24 jam, bahkan lebih lama dari itu. Karena dengan berjalannya waktu resiko infeksi pada bayi dan ibu melalui kantung ketuban yang terbuka mulai mengancam, sebaiknya ibu segera ditangani dokter.<br /><br />Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi.<br /><br />Menangani Ketuban Pecah Sebelum Tiba di Rumah Sakit<br />Bila Anda mengalami tetesan, rembesan atau aliran cairan dari vagina, hubungi dokter atau bidan, atau orang yang akan mengantar ke rumah sakit.<br /><br />Sementara itu, usahakan daerah vagina sebersih mungkin untuk mencegah infeksi. Jangan mandi berendam atau melakukan hubungan seksual.<br /><br />Gunakan pembalut wanita ( tetapi jangan tampon) untuk menyerap air yang keluar.<br /><br />Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri<br /><br />Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang.<br /><br />Jika air ketuban berwarna coklat kehijauan atau gelap, jangan panik. Pewarnaan ini mungkin berasal dari saluran pencernaan bayi Anda. Seharusnya mekonium (tinja janin) dikeluarkan setelah bayi lahir sebagai kotorannya yang pertama. Tapi kadang jika janin stres di dalam rahim atau janin "sudah matang" dia melepaskan mekonium sebelum lahir ke dalam cairan ketuban. Pewarnaan mekonium bukan pertanda pasti adanya masalah pada janin, meski demikian laporkan hal ini pada dokter Anda.<br /><br /><br />Ketuban Pecah Dini, Tali Umbilikal "Turun"<br /><br />Pecahnya ketuban terlalu dini lebih sering terjadi bila bayi sungsang atau prematur. Bila bagian janin yang akan keluar terlebih dahulu belum masuk ke ronggal pinggul, tali umbilikal bisa "jatuh" dan turun ke leher rahim, atau bahkan ke dalam vagina bersamaan dengan menyemburnya air ketuban. Bila Anda dapat melihat seuntai tali umbilikal ini pada muara vagina Anda, atau Anda merasa ada "sesuatu" di dalam vagina, ubahlah posisi tubuh Anda ke posisis merangkak (lutut kaki dan siku tangan menyentuh lantai). Umbilikal yang turun akan mudah terjepit oleh bagian tubuh janin. Bila umbilikal terjepit, aliran oksigen yang penting bagi janin bisa berkurang bahkan berhenti. Posisi merangkak akan mengurangi tekanan pada tali. <br /><br />Bila tali menonjol ke luar, tahanlah tali dengan hati-hati (jangan didorong, ditekan atau dimasukkan dengan paksa) menggunakan pembalut, handuk bersih, atau popok bayi yang dibasahi dengan air hangat. Minta bantuan seseorang untuk membawa Anda ke RS atau hubungi Gawat Darurat. Di RS kondisi ini akan diatasi dengan bantalan penyangga tali, atau memasukan kembali tali menggunakan tampon steril khusus, sementara Anda dipersiapkan untuk operasi cesar. (BOD/While You're Expecting<br /><br />KETUBAN PECAH DINI <br />Pendahuluan <br />Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan terjadinya infeksi dan persalinan prematur. Keadaan tersebut menyebabkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas perinatal dan maternal (1,2,3). Infeksi korioamnionitis, sampai sepsis merupakan bagian terpenting bagi kelangsungan hidup pasien. Dilaporkan kejadian korioamnionitis pada KPD antara 4,2-10,5 %. Sedangkan masalah dalam persalinan prematur adanya gawat napas serta besarnya biaya perawatan bayi prematur itu sendiri. (1,2,3,4,5) Dilaporkan 56,1% kematian bayi prematur disebabkan oleh Hyaline Membran Disease.(5)<br />Pecahnya ketuban biasanya akan diikuti dengan mulainya proses persalinan.(1,4) Nelson (1994) melaporkan lebih dari 50% yang mampu bertahan sampai hari ketujuh setelah pecahnya ketuban.(4) Kepustakaan lain melaporkan pada persalinan prematur 30% didahului oleh KPD. (5)<br />Definisi<br />KPD adalah robeknya selaput ketuban atau amnioreksis pada setiap saat sebelum mulainya persalinan.(1,2,3,4,5,6) <br />Sedangkan institusi lain mengatakan KPD adalah pecahnya ketuban setiap saat sebelum pembukaan mencapai 3-4 cm (RS Hasan Sadikin Bandung).(1)<br />Faal Air Ketuban<br />volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000-1500 cc<br />ciri-ciri kimiawi :<br />Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam organik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr% perliter terutama sebagai albumin.<br />Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban sangat berguna untuk mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium.<br />fungsi air ketuban :<br />untuk proteksi janin<br />untuk mencegah perlekatan janin dengan amnion<br />agar janin dapat bergerak dengan bebas<br />regulasi terhadap panas dan perubahan suhu<br />mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin<br />meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah<br />Perdarahan air ketuban dengan darah itu cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc<br />asal air ketuban<br />kencing janin (fetal urine)<br />transudasi dari darah ibu<br />sekresi dari epite amnion<br />asal campuran (mixed origin)<br />Insidens<br />Insidens KPD sangat bervariasi dikarenakan definisinya yang berbeda-beda, dilaporkan berkisar antara 2,7 -17% (2)<br />Etiologi<br />Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, (1,2,4,6) tetapi disebutkan ada beberapa faktor predisposisi antara lain :<br />Faktor selaput ketuban (1,2,5,6,7)<br />Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi akibat kurangnya elastisitas selaput tersebut atau karena meningkatnya tekanan uterus atau karena keduanya.<br />Faktor infeksi (4)<br />Infeksi sebagai faktor yang berperan terhadap pecahnya selaput ketuban, termasuk infeksi vagina dan serviks.<br />Faktor perubahan tekanan intra uterus yang mendadak (1,6)<br />Hoffman melaporkan dari kasus KPD yang diteliti 60% mengalami perubahan tekanan intra uterus yang mendadak sebelum pecahnya selaput ketuban.<br />Faktor yang berhubungan dengan obstetri (1,2,5,6,7)<br />KPD meningkat pada kasus-kasus multigravida, perdarahan antepartum, riwayat KPD sebelumnya, CPD/panggul sempit, riwayat tindakan pada serviks.<br />Faktor sosioekonomi yang rendah (1,4,6,7)<br />Berhubungan dengan defisiensi gizi dari tembaga dan asam askorbat ( vitamin C ) serta hygiene yang jelek.<br />Faktor lain, seperti merokok, keturunan, antagonis golongan darah (1,6,7)<br />Diagnosa (3,4,6)<br />Anamnesa<br />Pasien mengeluarkan air dari kemaluan <br />Pemeriksaan Klinis<br />Dengan melihat langsung keluar dari kemaluan<br />Dengan inspekulo, melihat air ketuban mengalir keluar dari kanalis servikalis ( bila perlu lakukan tekanan ringan pada fundus uteri atau ibu disuruh batuk atau mengedan)<br />Dengan periksa dalam,tidak teraba adanya selaput ketuban. Untuk pasien yang tidak dalam persalinan, apakah kurang bulan atau cukup bulan, tangan pemeriksa tidak boleh dimasukkan ke dalam vagina karena terdapat resiko masuknya <br />infeksi dan periode masa laten yang biasanya lama dari waktu pemeriksaan hingga kelahiran.<br />Perasat valsava atau sedikit tekanan fundus dapat mengeluarkan cairan dari liang serviks, yang merupakan diagnostik KPD.<br />Pemeriksaan laboratorium<br />Pemeriksaan sitologi<br />Pemeriksaan lanugo<br />Pemeriksaan sel-sel janin<br />Pemeriksaan pH air ketuban<br />Vagina mempunyai keasaman 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0 – 7,5 sehingga dengan pecahnya selaput ketuban pH vagina menjadi 6,0 – 8,1.<br />Tes arborisasi (fern)<br />Tes lainnya ( Diamin oksidase, fetal fibronektin, alfa fetoprotein)<br />Penanganan<br />Penanganan KPD dipengaruhi usia kehamilan, infeksi dan tanda-tanda persalinan (3)<br />Prosedur penanganan di bagian obgyn FK-USU adalah sebagai berikut (6)<br />Penderita di rawat di RS, istirahat mutlak dengan bokong ditinggikan dan sedapat mungkin hindari periksa dalam. <br />Pemberian antibiotik<br />Monitoring DJJ, observasi tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda mulainya persalinan<br />Pemeriksaan USG untuk konfirmasi diagnostik<br />Jika ada tanda-tanda korioamnionitis :<br />skor pelvik >5, dilakukan induksi persalinan tanpa memandang tuanya kehamilan. Jika persalinan belum selesai dalam waktu 6-8 jam sebaiknya dilakukan tindakan operatif.<br />Skor pelvik <5,><br />Berdasarkan usia kehamilan (6)<br />Viable For Life ( Usia kehamilan ≥ 37 minggu, BB ≥ 2500 gr )<br />observasi yang baik selama 8-12 jam<br />lakukan induksi partus bila belum ada tanda iinpartu<br />letak lintang dan letak sungsang langsung SC<br />Non Viable For Life ( Usia kehamilan <><br />jika maturitas paru belum matang dirawat dan diusahakan agar kehamilan dapat dilanjutkan sampai umur kehamilan 37 minggu <br />jika maturitas paru sudah matang dilakukan induksi partus setelah observasi 24 jam<br />bila induksi partus gagal, dilakukan SC<br />sementara menunggu, diberikan antibiotik, vitamin C dosis tinggi, tokolitik dan plasentotropik <br />Maturasi paru<br />National Institut of Health tahun 1994 merekomendasikan pemberian kortikosteroid pada kasus-kasus dengan persalinan prematur yang mengancam, karena dapat menurunkan kejadian gawat napas dan perdarahan intraventrikuler. Pemberian kortikosteroid antenatal pada ibu antara usia kehamilan 28-34 mgg dapat mengurangi resiko sindroma gawat napas 40-60%. Kortikosteroid dapat diberikan berupa 2 dosis betametason 12 mg i.m berjarak 12 jam. Efek perangsangan baru terlihat jika terjadi persalinan sesudah lebih dari 24-48 jam dan sebelum 7 hari sejak pemberian dosis pertama.(6) <br />Tokolitik<br />Obat-obat tokolitik ternyata hanya dapat menunda persalinan prematur untuk 24-48 jam saja. Pemberian jangka panjang tidak memberi keuntungan yang jelas pada janin maupun ibu. Walaupun demikian, penundaan sementara dapat dimanfaatkan untuk pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru. Bila terdapat infeksi biasanya tokolitik tidak akan berhasil. Sedangkan kebanyakan praktisi di Amerika Serikat memilih tidak memberikan terapi tokolitik antara usia kehamilan 34-37 mgg, kecuali bila dijumpai bukti imaturitas paru janin. (4,8)<br />Akibat KPD pada Ibu dan Janin (5)<br />Infeksi ( korioamnionitis ) dengan tanda-tanda takikardi, nyeri tekan uterus, suhu > 380 C, air ketuban purulen dan berbau busuk, leukosit > 15.000/mm3<br />Prolaps tali pusat<br />Sepsis<br />Kematian janin karena infeksi dan atau prematuritas yang mengakibatkan sindroma gawat janin.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Sarkawi W., Hasil Penelitian KPD di RS Pirngadi Medan, Tesis Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUPM, 1983<br />Kappy K.A., Premature Rupture of Membranes in Risk Pregnancy, 2nd ed, W.B. Saunders Cmpany, Philadelphia, 1993, 378-95<br />Saifuddin A.B., Adriaansz G., Wiknjosastro G.H., KPD, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2000, 218-20<br />Cunningham F.G., Mac Donald P.C., Gant N.F., et al, Preterin Birth, William’s Obstetric, 20th ed, Appleteon and Lange, 1997, 797-826<br />Arias F., Premature Repture Of Membranes, Practical Guide to High Pregnancy, 2nd , Mosby, St. Louis, 1993, 100-13.<br />Staff Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU, KPD, Pedoman Diagnosis & Terapy Obstetric & Ginekologi FK-USU/RSPM 1993, 52-55<br />Mochtar R., Sinopsis Obstetri, Edisi I, EGC, Jakarta, 1998, 285-87<br /><br /><br />KENAPA AIR KETUBAN BISA PECAH<br />Penjawab 1<br />ya pasti habis. coz air ketuban itu hanya diproduksi saat hamil. so, setelah kehamilan berakhir, air ketuban akan habis.Klo maw jawaban lengkap, baca buku kebidanan aja.<br />materi referensi:<br />buku maternitas<br />6 bulan lalu<br />Sign in untuk memberikan suara!<br />0 Penilaian: Jawaban Bagus<br />0 Penilaian: Jawaban Buruk<br />Lapor Penyalahgunaan <br />Penjawab 2<br />ya pasti habis. coz air ketuban itu hanya diproduksi saat hamil. so, setelah kehamilan berakhir, air ketuban akan habis.Klo maw jawaban lengkap, baca buku kebidanan aja.<br />6 bulan lalu<br />Sign in untuk memberikan suara!<br />0 Penilaian: Jawaban Bagus<br />0 Penilaian: Jawaban Buruk<br />Lapor Penyalahgunaan <br />Penjawab 3<br />Air ketuban ada saat adanya kehamilan. Karena Baby mau keluar maka air ketuban juga ikut keluar, krn air ketuban yang melindungi Baby dalam perut.....makanya bisa habis dong...<br />6 bulan lalu<br />Sign in untuk memberikan suara!<br />0 Penilaian: Jawaban Bagus<br />0 Penilaian: Jawaban Buruk<br />Lapor Penyalahgunaan <br />Penjawab 4<br />Kalau saat kehamilan, air ketuban tidak bisa habis, karena setiap 2-3 jam selalu di produksi kembali oleh tubuh wanita hamil. Walaupun ketika sudah dalam proses melahirkan dan selaput ketuban sudah pecah, air ketuban tetap di produksi. Jadi tidak mungkin air ketuban bisa habis. Dokter memang kadang suka menakut-nakuti jika seorang wanita yang proses melahirkannya lama, si dokter akan bilang nanti air ketubannya habis ... padahal sih ngga akan kok ... <br />Yang ditakutkan saat selaput ketuban sudah pecah dan proses melahirkan yang lama adalah "meconium" yaitu pup bayi yang pertama. Meconium ini bisa meracuni bayi dan ibu. Tapi bisa dicegah dengan minum antibiotik.<br />Jadi kalau anda mau melahirkan, baca buku dan informasi yang banyak. Jangan sampai dibohongi dokter ya. <br />Waktu saya melahirkan, dokternya berkata sesuatu yang saya tahu ngga benar, ya saya bilang aja, "ah, dokter bohong" hehehe ... jelas aja beliau marah, tapi ketika saya buka sumber saya (jurnal kedokteran dan buku yang terpercaya, ya dia ngga bisa bilang apa-apa).<br />materi referensi:<br />What to Expect When You're Expecting (GREAT BOOK !!!)<br />The Pregnancy Book by Dr. Sears and his wife. (EXCELLENT BOOK !!!)<br />6 bulan lalu<br />Sign in untuk memberikan suara!<br />0 Penilaian: Jawaban Bagus<br />0 Penilaian: Jawaban Buruk<br />Lapor Penyalahgunaan <br />Tidak ada jawaban yang tepat bagi Anda?<br />Kadang-kadang tidak ada jawaban yang tepat. Jika begitu, pilih "Tidak Ada Jawaban Terbaik". Pemilih (Voter) TIDAK mendapatkan poin apa pun untuk memilih Tidak Ada Jawaban Terbaik.<br />Sign in untuk memberikan suara!<br />Pertanyaan terbuka di Kesehatan Wanita<br />apa benar dengan meminum air nanas dapat membuat keguguran ?<br />2 bulan yang lalu saya melakukan USG dan hasilnya ternyata saya aneksitis , bahaya kah apa efek negatifnya ?<br />pembalut herbal, baik gak sih buat kesehatan ?<br />bagaimana solusi pemakaian pembalut yang baik bagi kesehatan?<br />Pertanyaan terselesaikan di Kesehatan Wanita<br />Gimana caranya biar alatvital selalu oke!?<br />Tentang sex wanita tlg dijawab pleaseee!!!!!?<br />kenpa tiap mens itu perut sakit banget??ada ndk obatnya?<br />saya berumur 13 tahun, hingga saat ini payudara saya belum tumbuh saya juga belum menstruasi. bagaimana ini?<br /><br />Pendarahan pada ibu hamil<br />Tanggal 30 Ogos 1999, saya bertolak pulang dari Sg Koyan menuju Kota Bharu. Suami mahu saya melahirkan anak di Kelantan. Jangkaan bersalin ialah 4 September 1999. Pada masa itu saya telah mula merasa sakit perut sedikit tanda akan bersalin. Namun lazimnya, anak sulung lambat juga akan keluar. Kedudukan kepala bayi yang masih tinggi dan sakit yang jarang-jarang memberi lesen untuk kami pulang walaupun dilation sudah ada. Kalau tidak silap baru 1 cm waktu itu. Ia memakan masa untuk berganjak ke 2 cm dan 3 cm.<br />Di pertengahan jalan, kami singgah di Cuchuh Puteri, Kuala Krai kerana ada program bersama masyarakat di situ. Suami saya turut serta memberi khidmat percuma kepada penduduk tempatan. Sakit masih berulang jarang-jarang sedangkan saya bersama orang kampung. <br />Seusai program, kami singgah di rumah seorang sahabat di kuarters Hospital Kuala Krai. Sebelum bertolak pulang, suami memeriksa lagi, tiba-tiba pendarahan berlaku. Saya solat seperti biasa kerana ia dikira darah fasad (rosak) atau istihadah. Darah itu cair dan berwarna merah terang. Ia bukan keluar berterusan. Bagi sesiapa yang mengalami perkara yang sama ketika hamil, hendaklah solat walaupun sudah ada tanda-tanda akan bersalin. <br />Bagaimana pula dengan wanita yang mengalami pendarahan di tengah-tengah kehamilan? Apakah hukum darah tersebut? Jom lihat serba sedikit huraian mengenai hal ehwal wanita bersalin.<br />Jenis Pendarahan Semasa Hamil<br />Darah yang keluar semasa hamil dikira sebagai istihadah. Darah bercampur lendir ketika proses hendak bersalin juga dikira istihadah atau darah fasad (rosak). <br />Nifas ialah darah yang keluar dari rahim selepas melahirkan anak. Bagi mazhab Syafie, dikira darah nifas jika bersalin anak yang hidup, mati atau keguguran sama ada bersalin cara biasa atau pembedahan.<br /><br />Nifas dari Sudut Saintifik<br />Ibu-ibu sudah tentu pernah mengalami rasa sakit seperti hendak bersalin sedangkan bayi sudah pun keluar. Apakah sebenarnya yang berlaku di dalam rahim kita?<br />Pada peringkat akhir proses kelahiran bayi, otot-otot rahim mengecut untuk menolak keluar keseluruhan badan bayi. Akhirnya kelahiran sempurna berlaku. Pengecutan seterusnya berlaku menyebabkan tertanggalnya uri dari dinding rahim. Sejurus berlakunya kelahiran bayi, pengecutan otot-otot rahim menyebabkan kontraksi berlaku pada otot-otot salur darah arteri lalu menekan salur-salur darah di uri yang akhirnya menyebabkan uri terpisah dari dinding rahim (desidua). Aliran darah pula berlaku hasil dari hakisan pada bekas tempat lekatan uri di dinding rahim (desidua) yang dikenali sebagai nifas. Ciri darah dan tempoh pendarahan adalah bergantung kepada saiz uri tersebut.<br />Dari sudut saintifik, nifas berbeza dengan darah haid yang berasal dari lapisan endometrium. Secara jelas, darah nifas terhasil dari darah yang mengalir keluar disebabkan oleh bercerainya uri dari rahim selepas melahirkan anak. Ia selaras dengan pandangan fuqaha’ mengenai definisi nifas.<br /> <br />Hukum Pendarahan Semasa Hamil dan Air Ketuban <br />Pendarahan Semasa Hamil (tiada tanda hendak bersalin)<br />Perdarahan yang berlaku semasa hamil tanpa sebarang tanda untuk bersalin dalam Mazhab Syafii dihukumkan sebagai haid jika mematuhi kriteria tempoh haid. Jika bersalahan dengan kriteria tersebut maka darah itu dihukumkan sebagai istihadah.<br />Sebahagian ulama pula menetapkan darah yang keluar ketika hamil bukanlah haid dan dihukumkan sebagai istihadah kerana haid tidak berlaku ketika hamil. Pendapat ini bertepatan dengan kajian saintifik iaitu proses haid tidak akan berlaku kerana telah berlakunya persenyawaan dan kehamilan. Pendarahan yang berlaku ketika hamil biasanya disebabkan oleh kemungkinan wanita itu menghadapi masalah keguguran pada peringkat awal kandungan. Selain itu, wanita hamil mungkin mengalami masalah uri seperti uri pecah atau uri berada di bawah pada pertengahan dan akhir mengandung.<br />Darah Bercampur Lendir<br />Biasa juga para ibu mengalami darah bercampur lendir keluar dari rahim sebelum melahirkan. Ia merupakan salah satu tanda awal seseorang ibu akan bersalin. Darah ini keluar disebabkan terbukanya saluran ‘cerviks’ atau pangkal rahim dan juga pemisahan kantung tembuni bayi dari dinding rahim bahagian bawah.<br />Darah ini akan bercampur dengan lendir yang juga dihasilkan oleh kelenjar di bahagian pangkal rahim. Darah inilah yang dikatakan sebagai darah fasad (rosak) dari aspek fikah. Oleh kerana ia bukan lagi darah nifas, maka wanita yang mengalaminya wajib menunaikan solat seperti biasa. Dengan perkataan lain, kewajipan solat belum terangkat dari wanita tersebut.<br />Air Ketuban<br />Keluarnya air ketuban juga merupakan tanda awal proses kelahiran bayi. Air ini keluar dari sarung tembuni bayi yang pecah ketika proses kontraksi rahim. Pada asalnya, air ketuban bertindak sebagai kusyen yang melindungi bayi. Subhanallah. Maha suci Allah yang memelihara janin dalam kandungan. <br /><br />فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ <br /><br />Lalu Kami jadikan air (air mani/zigot) itu pada tempat menetap yang kukuh (yakni rahim).<br />Surah al-Mursalat 77:21<br /><br />Demikian hebat kurniaan Allah. Masihkah kita sanggup mendustakan nikmatNya dan membalasnya dengan maksiat?<br /><br />فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ<br />Maka nikmat Tuhanmu yang manakah hendak kamu dustakan?<br />Ayat 13 Surah al-Rahman.<br />Apabila ia mengalir keluar, air ketuban membantu melicinkan proses kelahiran. Allahuakbar! Maha agung Engkau ya Allah yang tidak menjadikan sesuatu itu dengan sia-sia.<br />Hukum air ketuban adalah najis. Maka wanita itu perlu bersuci terlebih dahulu untuk menghilangkan najis tersebut dan berwuduk seperti biasa sebelum solat jika air ketubannya sudah kering.<br />Cara Menunaikan Solat Dalam Keadaan Darah dan Air Ketuban Masih Keluar<br />Cara bersuci ialah bersihkan terlebih dahulu darah atau air ketuban dari faraj. Kemudian pakai tuala wanita, mengambil wuduk dan terus solat. Jika darah keluar dengan banyak diiringi rasa sakit berterusan, diharuskan solat jamak.<br />Sambung travelog…<br />Tiba di Machang, suami sudah letih untuk membawa kereta. Saya mengambil alih memandu. Tiba-tiba saya perlahankan kereta dan berhenti di sisi jalan. Suami berkata, ”Kenapa berhenti?”<br />”Perut rasa sakit sedikit”. Hilang rasa sakit, saya sambung perjalanan hingga ke Kota Bharu. Alhamdulillah. <br />Tanggal 31 Ogos 1999, Ma memasak pulut durian kegemaran saya. Saya rasa sakit makin kuat. Suami memeriksa lagi. Bukaan 4cm. Tiba masanya pergi ke hospital. Oleh kerana menjadi pantang larang orang tua-tua tidak boleh makan pulut sepanjang tempoh berpantang. Saya jamah juga pulut durian. Sambil makan, saya menahan sakit. Ma menggalakkan saya makan sampai puas. Alhamdulillah, ’sporting’ betul. Ma berkata, ”Itu sakit main-main je… Belum sakit betul-betul”. Saya kurang faham maksud ’sakit betul-betul’ yang Ma sebut. Maklumlah ini kali pertama saya akan bersalin.<br />Kira-kira jam 12 tengahari, saya tiba di Hospital Kota Bharu dan terus di bawa ke bilik bersalin. Betullah, sebaik saya berada di atas katil, sakit yang lebih kuat mula terasa. Ya Allah… beginikah sakitnya melahirkan seorang anak. Melalui jam seterusnya, baru saya mengerti apa yang Ma maksudkan ’sakit betul-betul’. Tidak terperi rasanya dan rasa takut yang amat sangat. <br />Mengenangkan rasa sakit bersalin, hati lebih menghayati hikmah disuruh taat pada kedua ibubapa. Rasa sedih pula menyelinap mengenangkan anak-anak yang menyia-nyiakan hidup mereka dengan pelbagai perkara yang merosakkan diri sendiri. Tidakkah mereka mahu bersyukur kepada Allah yang mengeluarkan mereka dari rahim ibu? <br />Mata membilang detik jam di dinding. Bilakah saat ini akan berakhir? Tiada yang mampu memberi kekuatan selain Allah. Saya takut… di saat menulis ini pun, saya merasa takut mengenangkan sakit bersalin. Azan Zohor melewati waktu, saya mengingatkan suami untuk solat Zohor dahulu. Namun dia mahu menunggu sehingga saya selamat melahirkan. Suami mengagak dia akan sempat solat Zohor nanti.<br />Kira-kira jam 3.08 petang, saya selamat melahirkan cahaya mata pertama kami berdua. Alhamdulillah. Rasa takut dan sakit sekelip mata bertukar gembira melihat bayi di sisi. Masya Allah! Sakit di dunia masih ada penawarnya. Sakit dan azab di akhirat, tiada lagi yang dapat menyelamatkan. <br />فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا<br />Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.<br />Ayat 5 Surah al-Syarh.<br />Wajar sekali dikatakan wanita yang bersalin ibarat bayi yang baru dilahirkan. Dosa-dosa berguguran seiring lahirnya bayi dalam kandungan. Bukankah kesakitan itu penghapus dosa? <br />Solat Zohor yang saya terluput itu telah saya qada selepas habis nifas. Inilah kaedah penyelesaian bagi wanita yang pernah meninggalkan solat semasa sakit hendak bersalin. Namun, setelah mengetahui hukum dan kaedahnya seperti yang saya tulis dalam entry sebelum ini, wajib menunaikan solat dalam waktunya menurut kemampuan. Jika mampu solat duduk, maka hendaklah solat duduk. Jika tidak mampu, solat berbaring. <br />Sebaik selesai mengazankan anak sulung kami, suami bergegas menunaikan solat.<br />Ada peristiwa lucu pada hari tersebut yang mana Ibrahim Ali pernah menyebut untuk Solat Hajat selepas Solat Asar petang 31 Ogos itu. Hajat apa yang mahu diminta tidak pula saya ingat. Sebenarnya tiada solat sunat selepas Solat Asar. Inilah penyakit orang jahil, mahu berjuang namun ilmu asas tentang Islam sendiri pun tidak diketahui.<br />Nota: Sebahagian isi mengenai Darah Semasa Hamil, Nifas dan Air Ketuban adalah dari buku Fikah Perubatan yang disediakan oleh Dr Rosediani Muhamad, Pakar Perubatan Keluarga, USMKK.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-73620887159339347282010-07-18T10:04:00.000-07:002010-07-18T10:12:08.777-07:00proposal dhiniBAB I<br />PENDAHULUAN<br />1.1 Latar Belakang<br />Keluarga berencana (KB) adalah Program Nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan Bapak, Ibu, Anak Khususnya dalam keluarga, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan (http:// yogya.bkkbn.go.id).11<br />Di seluruh dunia jumlah peserta KB Metode Operasi Pria atau MOP/Vasektomi kurang lebih 43 juta dari jumlah pasangan usia subur, sedangkan di Amerika 13 % dari jumlah Pasangan Usia Subur. Di Indonesia peserta KB Metode Operasi Pria MOP/Vasektomi 1% dari total pengguna kontrasepsi (http://www.geocities.com/klinikfamilia/vasektomi 1.html, 2009).<br />Pengembangan keluarga berencana yang secara resmi sejak tahun 2000 telah memberikan dampak penurunan tingkat vertilitas total dan cukup mengembirakan, namun partisivasi pria dalam ber-KB masih sangat rendah yaitu 0,4 % di Indonesia sedang di Malaysia 16,8 %. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami dan hak-hak kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan (Pro-health, 2008).<br />Peran suami dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi yang berkisar 1,1 %, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,4 % karena itu perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai target partisipasi pria menjadi 8 % diakhir tahun 2004, dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Hal itu mengemukakan dalam evaluasi pelaksanaan, peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi pekan ini. Peran suami dalam KB antara lain sebagai peserta Keluarga Berencana dan mendukung pasangan menggunakan kontrasepsi. Sedang dalam kesehatan reproduksi, antara lain membantu mempertahankan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, menjadi ayah yang bertanggung jawab, mencegah penularan seksual, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta tidak bisa gender dalam menafsirkan kaidah agama. Pengembangan metode kontrasepsi Metode Operasi Pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan memperoleh informasi tentang alat kotrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, dan agama (Pro-health, 2008).<br />Sementara jumlah akseptor KB berdasarkan alat kontrasepsi di Provinsi Riau tahun 2009 sebanyak 93.627 orang (70,66%) dari target 223.155 orang. Akseptor baru metode kontrasepsi MOP sebanyak 6.353 orang (45,3%) dan tidak kontrasepsi MOP sebanyak 91.571 orang (66,50%) (http:// yogya.bkkbn.go.id).<br /> Pasangan Usia Subur di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2009 adalah 139.919 orang dan peserta pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP berjumlah 605 orang ( Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan Kab. Inhil, 2009 )<br /> Sementara pasangan usia subur di wilayah puskesmas Tembilahan Kota adalah 7.781 jiwa dan jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP sebanyak 3 orang, Di wilayah Puskesmas Gajah Mada jumlah pasangan usia subur berjumlah 6.123 jiwa dan jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP berjumlah 1 orang, sedangkan pasangan usia subur di wilayah Puskesmas Tembilahan Hulu adalah 6.426 jiwa dan pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP sama sekali tidak ada. Dari semua jumlah pasangan usia subur yang tinggal di wilayah kerja puskesmas tembilahan kota, wilayah kerja puskesmas Gajah mada dan wilayah kerja puskesmas tembilahan hulu maka jumlah data pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP/Vasektomi yang paling rendah adalah wilayah kerja puskesmas tembilahan hulu (0%) ( Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan Kab. Inhil, 2009 ).<br /> Rendahnya partisipasi suami dalam ber-Keluarga Berencana dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang berperan aktif. Salah satu penyebabnya dari rendahnya pemakaian kontrasepsi mantap MOP/Vasektomi ini adalah tingakat pengetahuan, sikap, agama, suku bangsa, usia perkawinan, dan jumlah anak dalam keluarga.<br /> Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010.<br /><br />1.2 Rumusan Masalah<br />Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.<br /><br /><br />1.3 Tujuan<br />1.3.1 TujuanUmum<br />Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2010.<br />1.3.2 Tujuan Khusus<br />1.3.2.1 Diketahuinya cakupan pria ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.<br />1.3.2.2 Diketahui hubungan pengetahuan pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.<br />1.3.2.3Diketahui hubungan sikap pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.<br />1.3.2.4 Diketahui hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.<br />1.3.2.5Diketahui hubungan Umur pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu.<br /><br />1.4 Manfaat Penelitian<br />1.4.1 Bagi Peneliti Lain<br />Untuk sebagai bahan perbandingan dan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu.<br /><br /><br />1.4.2 Bagi Tempat Penelitian <br />Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pelaksanaan program dalam memotivasi pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2010.<br />1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan <br />Dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Yayasan Akademi Kebidanan Husada Gemilang Tembilahan.<br /> <br />1.5 Ruang Lingkup Penelitian<br />Penelitian ini akan dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan yaitu pada bulan juni tahun 2010. Bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB (MOP) di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder dengan menyebarkan kuesioner dan survey yang digunakan secara analitik dengan pendekatan cross sectional.<br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br /> 2.1 Kontrasepsi MOP<br /> 2.1.1 Faktor yang mempengaruhi ketidakmauan pria dalam ber-KB MOP<br /> Tingkat pengetahuan, sikap suami terhadap KB, agama atau kepercayaan, Suku Bangsa, Usia perkawinan, Jumlah anak masih hidup dapat menyebabkan ketidakmauan pria untuk ikut berpatisipasi dalam menjalankan program keluarga berencana khususnya penggunaan Metode Operasi Pria (MOP), seperti telah dikemukakan oleh para ahli dibawah ini :<br /><br />2.1.2 Pengetahuan<br />Seseorang akan dapat menterjemahkan suatu objek dengan baik apabila dapat merespon suatu rangsangan melalui panca indera dengan baik yang kemudian diterjamahkan dengan penalaran sebagai bahan pengalaman sehingga mereka menjadi tahu. Ketidak mauan pria untuk berperan aktif dalam ber-KB MOP disebabkan karena keterbatasan pengetahuan. Hal ini seperti yang telah di definisikan oleh para ahli dibawah ini :<br />Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).<br />Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).<br /><br /><br />1) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.<br />(1). Umur<br />Singgih (2004), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.<br />(2).Intelegensi<br />Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.<br />(3).Lingkungan <br />Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya (Nasution, 2002).<br />(4). Suku Bangsa<br />Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.<br />(5). Pendidikan<br />Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.<br />2.1.3 Sikap<br /> Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak (Widiatun, 2002). Sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widiatun, 2002).<br />1) Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap<br />(1). Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.<br />(2). Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.<br />(3).Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.<br />Menurut teori diatas dapat disimpulkan bahwa sikap sangat menentukan tindakan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan sedikit dan banyaknya pengalaman, selain itu situasi juga sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang untuk mau atau tidaknya melakukan tindakan seperti melakukan tindakan seperti melakukan program keluarga berencana Metode Operasi Pria (MOP)<br />2.1.4 Agama<br />Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. <br />Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Agama).<br /> peneliti menyimpulkan bahwa Agama juga dapat berpengaruh besar terhadap ketidakmauan pria untuk ber-KB karena seseorang yang berpegang pada Fiqih secara teks yang akan mengartikan umur secara harfiah atau melihat berdasarkan umur dan angka bukan berdasarkan kematangan psikologi dan pengetahuan akan melakukan pernikahan pada usia atau umur yang masih muda yang akan membawa dampak negatif terhadap wanita yang pada dasarnya belum siap untuk melahirkan keturunan.<br />2.1.5 Suku Bangsa<br />Istilah suku berhubungan dengan masyarakat, berkaitan dengan manusia yang hidup dalam masyarakat, atau membicarakan mengenai masyarakat sebagai pranata, bahkan berkaitan juga dengan minat atau kepedulian suku, kesenangan suku, manfaat suku, kebahagiaan suku, tugas suku, dan lain-lain. Sedangkan Bangsa / Kebangsaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002). <br />Menurut teori diatas bahwa sudah menjadi kodrar alam bahwa manusia sejak lahir selalu mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama dengan orang lain. Hidup bersama dengan orang lain dalam bentuk paling kecil adalah keluarga tentunya akan diawali dengan membentuk paling sedikitnya seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam ikatan pernikahan yang di atur oleh Undang-undang dan aturan-aturan adat. Kesiapan dan kematangan pola berpikir keluarga serta peran masyarakat inilah yang menentukan mau atau tidaknya seorang untuk menjalankan program Keluarga Berencana. Sebagai contoh pola pikir adat yang diberikan secara turun temurun dari para pewaris yang mengatakan banyak anak banyak rezeki, anak akan membawa rezeki sendiri-sendiri, dengan banyak anak berarti memberikan banyak kesempatan anak yang hidup (Widiatun, 2002).<br />2.1.6 Usia Perkawinan<br /> Usia perkawinan merupakan suatu tahapan perkembangan hubungan suami istri dalam keluarga dari masa transisi awal menikah kemasa berikutnya (Widiatun, 2001). <br />Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Usia Perkawinan ini dapat mendasari keengganan pria untuk melakukan program keluarga berencana berupa bagi pasangan pemula yang ingin segera mempunyai keturunan atau sebaliknya bagi pasangan yang sudah cukup lama tetapi belum memiliki keturunan mereka akan terus berusaha untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerusnya, sebagai generasi pewaris dari orang tuanya (Widiatun, 2002).<br />2.1.7 Jumlah anak dalam keluarga<br />Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dan jumlah anak dalam satu keluarga cukup dengan 3 (tiga) orang anak saja (Dep-Kes RI, 2001). <br /> 2.1.8 Umur <br /> Umur adalah makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 2001).<br /><br /> 2.2 Pengertian Kontrasepsi Metode Operasi Pria<br /> Kontrasepsi Metode Operasi Pria adalah Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis ke penis. (Hanafi, 2004). <br /> Kontrasepsi Metode Operasi Pria adalah Prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2003).<br /> Kontrasepsi metode operasi pria adalah Tindakan memotong dan menutup saluran mani (vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis (Mochtar, 2003). <br />2.2.1 Keuntungan Kontap-Pria :<br />1) Efektif.<br />2) Aman, morbilitas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.<br />3) Sederhana.<br />4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.<br />5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.<br />6) Biaya rendah.<br />7) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.<br />2.2.2 Kerugian Kontap-Pria :<br />1) Diperlukan suatu tundakan operatif.<br />2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.<br />3) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.<br />Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hanafi, 2004).<br />2.2.3 Kegagalan Kontap-Pria<br />1) Rekanalisasi spontan : Hal ini tidak terjadi pada keadaan bila kedua ujung dibakar<br />2) Bila yang dipotong bukan vas deferens, misalnya pembuluh darah.<br />3) Ada lebih dari satu vas deferens (duplikasi vas deferens)<br />4) Akseptor telah bersetubuh dengan istri sebelum benar-benar steril <br />(Mochtar, 2003).<br />2.2.4 Kontra-Indikasi Kontap –Pria :<br />1) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.<br />2) Infeksi traktus genitalia.<br />3) Kelainan skrotum dan sekitarnya :<br />(1). Varicocele.<br />(2). Hydrocele besar.<br />(3). Filariasis.<br />(4). Hernia inguinalis.<br />(5). Orchiopexy.<br />(6). Luka perut bekas operasi hernia.<br />(7). Skrotum yang sanga tebal.<br /><br />4) Penyakit sistemik :<br />(1) Penyakit-penyakit perdarahan.<br />(2) Deabetes mellitus.<br />(3) Penyakit jantung koroner yang baru.<br />5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hanafi, 2004).<br /> 2.2.5 Persiapan Pre-Operatif Kontap-Pria<br />1) Hanya minim sekali :<br />(1). Rambut pubis sebaiknya dicukur.<br />(2) Tindakan dan anti-sepsis daerah skrotum dengan antiseptik (larutan iodine).<br /> 2.2.6 Prosedur Kontap-Pria :<br /> Prosedur kontap-pria meliputi beberapa langkah tindakan :<br />1) Identifikasi dan isolasi vas deferens.<br />(1). Kedua vasa deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid- scrotum, tidak berfungsi (berbeda dengan pembuluh darah).<br />(2). Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan :<br /> Kulit scrotum tebal<br /> Vas deferens yang sangat tipis.<br /> Spermatic cord yang tebal.<br /> Testis yang tidak turun.<br /> Otot cremaster berkontraksi dan menarik testis keatas.<br />(3). Kedua vas deferens harus di identifikasi sebelum meneruskan prosedur kontap-nya<br />(4). Dilakukan mobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan telunjuk atau memakai klem (doek-klem atau klem lainnya).<br /> (5). Dilakukan penyuntikkan anestesi lokal.<br />2) Insisi scrotum.<br />(1). Vas deferens yang telah di immobilisasi di depan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.<br /> (2). Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan secara :<br /> Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe).<br /> Dua insisi, satu insisi di atas masing-masing vas deferens.<br /> 3). Memisahkan lapisan-lapisan superfisial dari jaringan-jaringan sehingga vas deferens dapat di isolasi.<br /> 4). Oklusi vas deferens.<br /> (1). Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1 -3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epididymis.<br /> (2). Ujung-ujung vasa deferens setelah dipotong dapat ditutup dengan :<br /> Ligasi<br /> Dapat dilakukan dengan chromic catgut ( ini yang paling sering dilakukan ).<br /> Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk), tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma.<br /> Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jaringan sekitar dan terjadi granuloma.<br /> 5). Penutupan luka insisi.<br /> (1). Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.<br />(2). Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plester saja (Hanafi, 2004).<br /> 2.2.7 Perawatan Post-Operatif Kontap-Pria<br /> Perawatan post-operatif kontap-pria juga minim saja :<br />1) Istirahat 1-2 jam di klinik.<br />2) Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari.<br />3) Kompres dingin/es pada skrotum.<br />4) Analgetika.<br />5) Memakai penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari.<br />6) Luka operasi jangan kena air selama 24 jam.<br />7) Senggama dapat dilakukan secepat saat pria sudah menghendaki dan tidak merasa terganggu.<br />8) Dipersilakan berbaring selama 15 menit<br />9) Amati rasa nyeri dan perdarahan pada luka<br />10) Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik.<br /> (Saifuddin, 2003).<br /> 2.2.8 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)<br />Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor kontap-pria akan tindakan operasi (yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk lebih menggalakkan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di indonesia sekarang telah di perkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP) (Hanafi, 2004). <br /><br /><br /><br />2.2.9 Prosedur VTP :<br />1) Persiapan pre-operatif :<br />(1). Cukur rambut pubis, untuk lebih menjamin sterilitas.<br />(2). Tidak perlu puasa sebelumnya.<br />2) Mencari, mengenal dan fiksasi vas deferens, kemudian dijepit dengan klem khusus yang ujungnya berbentuk tang catut. Lalu disuntikkan anestesi lokal.<br />3) Dilakukan penusukkan pada garis tengah skrotum dengan alat berujung bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil, yang kemudian disebarkan sekitar 0,5 cm. Akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.<br />4) Selanjutnya dilakukan oklusi vas deferens dengan ligasi + reseksi suatu segmen vas deferens.<br />5) Penutupan luka operasi (Hanafi, 2004).<br /> 2.2.10 Efektifitas Kontap-Pria <br />1) Angka kegagalan : 0 – 22 % umumnya < 1 %.<br />2) Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh :<br />(1). Senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.<br />(2). Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umunya terjadi setelah pembentukkan granuloma spermatozoa.<br />(3). Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.<br />(4). Jarang yaitu Duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas deferens pada satu sisi) (Hanafi, 2004). <br />2.2.11 Efek Samping dan Komplikasi Kontap-Pria<br />Komplikasi minor :<br />1) Ecchymosis, terjadi pada 2 – 65 %.<br />Penyebabnya : pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi perembesan darah dibawah kulit. Tidak memerlukan terapi, dan akan hilang sendiri dalam 1 – 2 minggu post-operatif.<br />2) Pembengkakan (0,8 – 67 % ).<br />3) Rasa sakit/raasa tidak enak.<br />4) Terapi butir 2 dan 3 :<br />(1). Kompres es.<br />(2). Analgetika/NSAID.<br />(3). Penunjang skrotum.<br />2.2.12 Komplikasi Mayor :<br />1) Hematoma.<br />(1). Insidens : < 1 %.<br />(2). Terjadi pembentukkan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah.<br />(3). Pencegahan : hemostasis yang baik selama operasi.<br />(4). Pengobatan :<br />Hematoma kecil : kompres es, istirahat bebrapa hari.<br />Hematoma besar : membuka kembali skrotum, ikat pembuluh darah dan lakukan drainase.<br />2) Infeksi<br />(1). Jarang terjadi, hanya kira-kira pada < 2 %. <br />(2). Infeksi dapat terjadi pada beberapa tempat :<br /> Insisi.<br /> Vas deferens.<br /> Epididymis, menyebabkan epididymitis.<br /> Testis, menyebabkan orchitis.<br />3). Sperma granuloma<br />Granuloma adalah suatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa, sel-sel epitel dan lymphocyt, dan merupakan suatu respons inflammatoir terhadap spermatozoa yang merembes kedalam jaringan sekitarnya.<br />(1). Insidens sperma granuloma : 0,1 – 3%.<br />(2).Penyebab dan timbulnya sperma granuloma : merembes dan bocornya spermatozoa kedalam jaringan sekitarnya, yang disebabkan oleh :<br /> Absorpsi dari benang jahitan sebelum terbentuk jaringan parut.<br /> Oklusi yang tidak adekuat dari vas deferens selama operasi.<br /> Ikatan jahitan terlalu keras sehingga memotong vas deferens.<br /> Tekanan yang meninggi belakang ujung vas deferens yang dipotong.<br /> Infeksi vas deferens sehingga timbul nekrosis jaringan.<br />(3). Diagnosa sperma granuloma :<br /> Rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada lokasi operasi setelah 1 - 2 minggu, sedangkan sebelumnya sama sekali a-simptomatik. <br /> (4). Terapi sperma granuloma :<br /> Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri, atau dapat dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian NSAID.<br /> Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi. Hanya saja, eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu granuloma lainnya.<br /> (5). Efek samping sperma granuloma :<br /> Bisa menyebabkan rekanalisasi vas deferens, karena terbentuk saluran-saluran di dalam granulomanya.<br /> Granuloma epididymal dapat mencegah keberhasilan reversal/pemulihan-kembali kontap-pria.<br /> 4). Komplikasi lain-lain.<br /> (1). Sangat jarang terjadi ( < 1 % ).<br /> Perlekatan vaskutaneous.<br /> Hydrocele.<br /> Fistula vaskutaneous.<br />(Hanafi, 2004). <br /> 2.2.13 Efek Sistemik dari Kontap-Pria<br />1) Tidak ditemukan efek sistemik dari prosedur kontap-pria<br />Fungsi kelenjar prostat, seminal vesicles dan kelenjar-kelenjar urethra tidak mengalami perubahan sebagai akibat dari kontap-pria, karena fungsi mereka ditentukan oleh kadar androgen di dalam darah (yang tidak berubah karena kontap-pria).<br />2) Tidak ditemukan efek kontap-pria terhadap timbulnya penyakit jantung, karsinoma, penyakit paru-paru, saraf, gastro-intestinal dan endokrin.<br />(Hanafi, 2004).<br /><br /><br />2.2.14 Efek kontap-Pria pada Fungsi Testis dan Hormon Pria<br />1) Kontap-pria tidak menimbulkan efek pada fungsi testis dan spermatogenesis berlangsung seperti biasa. Tidak ditemukan perubahan dalam hormon gonadotropin hypopysis (FSH – LH) ysng semuanya masih berada dalam batas normal (Hanafi, 2004). <br /><br />2.2.15 Efek psikologis dari Kontap-Pria<br />1) Prosedur kontap-pria hanya menimbulkan efek lokal yaitu oklusi vas deferens, dan tidak akan menimbulkan perubahan fungsi psiko-seksual yang normal.<br />2) Problem psikologis terjadi pada < 1 -5 % dari akseptor kontap-pria, dengan keluhan rasa takut yang timbul setelah kontap-pria, yang meliputi :<br />(1). Rasa takut “trauma” tubuh<br /> Berkurangnya kekuatan fisik tubuh.<br /> Rasa lelah.<br /> Insomnia, sakit kepala, depressi.<br /> Berat badan menurun.<br /> (2). Rasa takut “trauma” seks.<br /> Libido menurun.<br /> Dispareunia.<br /> (3). Rasa takut “trauma” keluarga.<br /> Rasa takut akan kehilangan anak, terutama di daerah/negara dengan mortalitas anak yang tinggi.<br /> Beberapa peneliti menemukan bahwa pasangan suami istri yang kehilangan anak, menunjukkan kecemasan (anxietas) yang lebih tinggi setelah tindakan kontap-pria.<br /> (4). Rasa takut “trauma” moral.<br /> Adanya konflik yang berhubungan dengan agama, kebudayaan, dan ketakutan bahwa pria yang telah menjalani kontap-pria akan melakukan perbuatan serong/penyelewengan.<br /> (5). Rasa takut “trauma” kelompok/golongan.<br /> Pengaruh, kekuasaan atau kedudukan yang menurun dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut kelompok keagamaan, sosio-ekonomik atau ethnik (Hanafi, 2004). <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Tabel 2.1<br />Perbandingan Antara Kontrasepsi Mantap Pria dan Wanita<br /><br /> KONTAP-PRIA KONTAP-WANITA<br />Efektivitas<br /><br /><br /><br /><br />Komplikasi<br /><br /><br /><br /><br />penerimaan <br /><br /><br /><br /><br />Personil <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Peralatan <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Fasilitas penunjang <br /><br /><br />Kemungkinan Efek Samping Jangka Panjang Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan kehamilan sedikit lebih tinggi.<br /> Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi.<br /> Hampir tidak ada resiko trauma internal.<br /> Infeksi serius sangat rendah.<br /><br /> Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi.<br /> Bekas luka parut hampir tidak terlihat.<br /><br /> Reversibilitas sedikit lebih tinggi.<br /> Biaya lebih tinggi.<br /> Dapat dikerjakan sendiri, dengan atau tanpa asisten.<br /> Dapat dikerjakan oleh paramedis yang terlatih.<br /> <br /><br /> Waktu operasi lebih singkat. ( ½ waktu operasi kontap-wanita)<br /> Hanya memerlukan peralatan bedah sederhana/standard.<br /> Dapat dikerjakan dengan anestesi lokal.<br /><br /> Tidak diperlukan fasilitas penunjang bila terjadi komplikasi.<br /><br /><br /> Tidak ada. Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah.<br /> Segera efektif post operatif. <br /><br /><br /> Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.<br /> Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi.<br /> Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi.<br /> Bekas luka parut kecil tetapi masih dapat terlihat.<br /><br /> Reversibilitas sedikit lebih rendah.<br /> Biaya lebih tinggi.<br /> Perlu suatu tim<br /> Lebih sukar dipelajari dan dikerjakan para medis.<br /> Waktu operasi lebih lama.<br /><br /><br /> Mini-lap hanya memerlukan peralatan bedah standard.<br /> Untuk endoskopi diperlukan peralatan yang mahal, rumit, perawatan yang baik.<br /> Perlu sedasi sistemik dan anestesi lokal.<br /> Diperlukan fasilitas penunjang untuk tindakan laparotomi bila terjadi komplikasi serius.<br /><br /> Resiko kehamilan ektopik.<br />(Hanafi, 2004). <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2.2.16 Kunjungan Ulang<br /> Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut :<br />1) Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan.<br />Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :<br /> Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam, rasa nyeri , perdarahan dari bekas operasi, atau alat kelamin.<br /> Pemriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan luka, dan perawatan sebagaimana mestinya.<br />5) Sebulan setelah operasi<br />Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :<br /> Anamnesis yang meliputi keadaan kesehatan umum, dan senggama.<br /> Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum dan alat genetalia.<br />6) Tiga bulan dan setahun setelah operasi<br /> Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :<br /> Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, senggama, sikap terhadap kontrasepsi mantap, dan keadaan kejiwaan si akseptor.<br /> Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan umum.<br /> Lakukan analisa sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau 10 – 12 kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan.<br />. (Saifuddin, 2003).<br /><br /><br /><br /><br /> 2.3 Proses perubahan Perilaku<br /> Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku <br /><br /> 2.3.1 Faktor Predisposisi (predisposing faktors)<br /> Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.<br /><br />2.3.2 Faktor Pemungkin (enabling faktors)<br /> Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.<br /><br />2.3.3 Faktor Penguat (reinforcing faktors)<br /> Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.<br />(Notoatmodjo, 2005)<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2.4 Kerangka Teori<br />Skema 2.1<br />Kerangka Teori<br /><br /><br /><br /> <br /><br />----------------------------- <br />- Inteligensi<br />- Suku Bangsa<br />- Lingkungan <br />- Agama<br />---------------------------------------<br /><br />-------------------------------------------- <br /> Faktor Pemungkin <br />- Sarana Kesehatan<br />- Fasilitas <br />- Jarak Tempuh <br />--------------------------------------------<br /><br />--------------------------------------------<br /> Faktor Penguat<br />- Usia perkawinan<br />--------------------------------------------<br /><br /><br /><br />Ket : = Di teliti<br /> ------ = Tidak di teliti.<br /><br />Sumber : Lawrence Green dalam buku Notoadmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta.<br /><br /><br /><br />BAB III<br />KERANGKA KONSEP<br /> <br />3.1 Kerangka Konsep<br />Dari uraian di atas, kerangka konsep yang di pakai dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :<br /><br />Skema 3.1<br />Kerangka Konsep<br /><br />.<br /> Variabel Independent Variabel Dependent <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.2 Defenisi Operasional<br /><br />Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur <br /><br />Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden Tentang Metode Operasi Pria (MOP) Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Baik : jika benar menjawab pertanyaan > 5<br />2. Kurang Baik : jika salah menjawab pertanyaan ≤5<br /><br /><br />Sikap Suatu pola tingkah laku yang dimiliki oleh responden Terhadap Metode Operasi Pria (MOP). Skala Guttmen Wawancara Ordinal 1. Baik : jika benar menjawab pertanyaan > 5<br />2. Kurang Baik : jika salah menjawab pertanyaan ≤ 5<br /><br />Umur Usia responden berdasarkan pengakuan responden tentang ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP). Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Muda: jika umur responden < 20 tahun<br />2.Sedang : jika umur responden ≤ 20-35 tahun <br />3. Tua : jika umur responden > 35 tahun<br /><br />Jumlah anak dalam Keluarga Banyak anak berdasarkan pengakuan responden tentang ketidakmauan pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP). Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Banyak : jika jumlah anak dalam keluarga > 2 orang<br />2. Cukup : jika jumlah anak dalam keluarga ≤ 2 orang<br /><br /><br />KB MOP KB MOP adalah prosedur untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi berdasarkan data puskesmas Tembilahan Hulu. Kuesioner Wawancara Ordinal - Menggunakan KB MOP <br />- Tidak menggunakan KB MOP<br /><br />3.3 Hipotesis (Jika Ada)<br />3.3.1 Ha = Jika ada hubungan Pengetahuan pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu. <br />3.3.2 Ha = Jika ada hubungan Sikap pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu. <br />3.3.3 Ha = Jika ada hubungan Umur pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu. <br />3.3.4 Ha = Jika ada hubungan Jumlah anak dalam keluarga pria dalam ber-KB MOP di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Tembilahan Hulu. <br /><br /><br />BAB IV<br />METODOLOGI PENELITIAN<br /><br />4.1 Jenis Penelitian<br />Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur beberapa variabel yang di teliti.<br /><br />4.2 Populasi dan Sampel<br />4.2.1 Populasi <br />Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test/ peristiwa-peristiwa sebagai sumber daya dimiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian (Nawawi, 2000).<br />Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh bapak-bapak di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010 dengan jumlah 1729 orang.<br />4.2.2 Sample.<br />Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Mustafa, 2008).<br />Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random sampling yaitu sampel diambil secara acak dan setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.<br /><br /><br />Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah menggunakan rumus:<br />(Notoatmodjo, 2003). <br /> <br />Keterangan :<br />N = Besar populasi<br />n = Besar sample<br />d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0.1) <br />Diketahui jumlah populasi adalah sebanyak 1729 orang (N=1729) maka diketahui besarnya sampel yaitu :<br /> = <br /> = 100 orang (pembulatan ke atas).<br />Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian dari bapak-bapak Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2010 sebanyak 100 orang.<br /><br /><br /><br />4.3 Waktu dan Tempat Penelitian<br /> Penelitian akan dilakukan di Kelurahan Tembilahan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu, untuk penelitian ini adalah bulan juni 2010.<br /><br />4.4 Teknik Pengumpulan Data<br />4.4.1 Data Primer<br />Data yang didapatkan langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara dengan responden yang terpilih sebagai sampel.<br />4.4.2 Data Sekunder<br />Data yang diperoleh dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Puskesmas Tembilahan Hulu Kab. Indragiri Hilir, serta data yang di ambil adalah jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MOP pada tahun 2009. <br /><br />4. 5 Teknik Pengolahan Data<br />4.5.1 Pemeriksaan data ( Editing ) <br />Dilakukan untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh apakah jawaban sudah lengkap dengan jelas, sehingga dapat dihasilkan data yang telah akurat untuk pengolahan data selanjutnya.<br />4.5.2 Pengkodean ( Coding )<br />Coding merupakan kegiatan pemberian kode terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori kegiatan ini merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan.<br />4.5.3 Memasukkan data (Entry data )<br />Memindahkan jawaban kedalam master table.<br /><br />4.5.4 Pembersihan ( Cleaning )<br />Setelah semua jawaban dan data dibuat dimaster tabel kemudian di distribusikan ke tabel distribusi frekuensi. <br /><br />4.6 Teknik analisa data<br /> Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS versi 11,0 dan di analisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel penelitian (analisa univariat). Untuk mencari hubungan dua variabel (analisa bivariat) digunakan tabel silang ( eha square ) dengan tingkat kepercayaan 95 % dan a = 5 % dan tingkat kemaknaan p < 0, 05.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-13327968783465403902010-07-18T10:02:00.000-07:002010-07-18T10:04:24.058-07:00pengertian BKPengertian Bimbingan Menurut Para Ahli<br /><br />1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.hal 19. Rochman Hatawidjaja, 1987 : 31<br />“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendidri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.<br /><br />.<br />2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Moh. Surya, 1988 : 12<br />“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya”.<br /><br /><br />3. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekoklah. Hal 20. Prayitno, 1983 : dan 1987 :35<br />“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dilaksanakan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, (e) mewujudkan diri”.<br /><br />4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 94. Tiedeman dalam Bernard & Fullmer. 1969.<br />“Bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna”<br /><br />5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 95. Jones, Staffre & Stewart, 1970.<br />“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prisip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak di turunkan (diwarisi), tetap harus di kembangkan”.<br /><br /><br />Pengertian Konseling Menurut Para Ahli<br /><br />1. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Prayitno, 1983 : 3<br />“Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”.<br /><br />2. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 21. Natawidjaja, 1987 : 32<br />“Konseling adalah satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang”.<br /><br />3. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Pepinsky & Pepinsky, dalam Shertzer & Stone, 1974.<br />“Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dank lien, (b) terjadi dalam suasana yang profesional, (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien”.<br /><br />4. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. Smith, dalam Sertzer & Stone, 1974.<br />“Konseling adalah suatu proses di mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya”.<br /><br />5. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 100. McDaniel, 1956.<br />Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan lansung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya”.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-57558703134567927992010-07-18T10:00:00.000-07:002010-07-18T10:01:20.835-07:00penerapan sistem pendidikanPENERAPAN DAN SITEM PENGAJARAN<br /><br />Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.<br />Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.<br /><br />MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN <br />Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-76996851487954182512010-07-18T09:58:00.000-07:002010-07-18T09:59:39.788-07:00konsep jiwa kependidikanBAB I<br />ILMU JIWA PENDIDIKAN<br /><br />Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi<br />1. Daya Vegetatif, bersifat tumbuh, berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati”<br />2. Daya Sensoris, ini bagi pemilik penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany”<br />3. Daya Rasional, yang khusus pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”<br />4. Daya ruh, bersifat taat, patuh, tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.<br /><br />Menurut Kejiwaan Manusia<br />Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa manusia terdiri dari :<br />1. Jiwa Vegetatif : bagian terbawah<br />2. Jiwa Sensitif : bagian menengah<br />3. Jiwa Rasional : bagian tertinggi<br /> <br />Pembagian Ilmu Jiwa<br />1. Dari segi sasaran / obyeknya, ilmu jiwa dapat dibedakan menjadi dua :<br />a. Ilmu Jiwa Umum : yaitu obyek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.<br />b. Ilmu Jiwa Khusus : yaitu obyek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.<br />2. Dari segi kegunaan dapat dibedakan antara ilmu jiwa teoritis, praktis.<br />a. Teoritis dipergunakan untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.<br />b. Praktis dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang kehidupan manusia.<br /><br />Pengertian Psikologi Pendidikan.<br />Psikologi pendidikan adalah : suatu stadi kejiwaan dari bidang pendidikan/studi dari bidang pendidikan yang akhirnya diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pengajaran.<br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />BAB II<br />PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU<br /><br />Psikologi pendidikan, bisa dipahami sebagai “study tentang proses pendidikan dari sudut tinjauan psikologi”. <br />Apakah psikologi pendidikan sudah merupakan disiplin ilmu yang tersendiri? Hal ini dapat lihat apakah psikologi pendidikan sudah memenuhi syarat-syarat berikut:<br />1. Harus mempunyai obyek<br />2. Harus mempunyai metode khusus<br />3. Harus mempunyai ruang lingkup studi yang jelas<br />4. Harus mempunyai nilai guna dan manfaat<br /><br />Obyek Psikologi Pendidikan<br />1. Obyek material, yaitu bersifat umum, yang juga menjadi obyek kebersamaan ilmu-ilmu umum lainnya yang sejenis, (obyek dari ilmu induknya).<br />2. Obyek formal yaitu bersifat khusus yang hanya menjadi sasaran studi tersendiri dari ilmu yang bersangkutan dan berbeda dari obyek-obyek ilmu lainnya, ini keduanya merupakan penghayatan tingkah laku manusia.<br /><br />Ruang lingkup Psikologi Pendidikan<br />Ialah meliputi :<br />1. Masalah perkembangan dan pertumbuhan individu<br />2. Masalah belajar mengajar<br />3. Masalah pengukuran dan penelitian<br />4. Masalah bimbingan dan penyuluhan<br /><br /><br /> <br />Kegunaan Psikologi Pendidikan<br /><br />Secara praktis Psikologi pendidikan berguna pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan pengajar.<br />a. bagi perencana pendidikan<br />b. bagi para guru<br />c. bagi para orang tua <br /><br /><br /> <br />BAB III<br />PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN<br /><br />Antara kata pertumbuhan dan perkembangan keduanya mempunyai arti yang berbeda karena suatu yang tumbuh adalah suatu yang bersifat material dan kuantitatif sedangkan yang berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kuantitatif.<br /><br />Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.<br />Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.<br />1. Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.<br />2. Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.<br />Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :<br />1. Teori Rativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu.<br />2. Teori Empirisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar. <br />3. Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi.<br /><br />Prinsip-prinsip Perkembangan.<br />1. Prinsip kesatuan organis<br />2. Prinsip tempo dan irama berkembang<br />3. Prinsip pola umum perkembangan yang sama<br />4. Prinsip Konvergensi<br />5. Prinsip Kematangan<br />6. Prinsip Fungsional<br /> <br />Membina pertumbuhan dan perkembangan anak<br />Syarat-syarat pokok dalam pembinaan pertumbuhan dan perkembangan.<br />1. Adanya Pembina yang bertanggung jawab<br />2. Tersedianya alat-alat lengkap<br />3. Adanya keteraturan artinya : pembinaan harus diberikan secara terus-menerus <br />4. Diperlukan adanya perlindungan<br />5. Diperlukan adanya kesabaran dan ketekunan<br /> <br />BAB IV<br />FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIPNYA<br /><br />Yang disebut faktor hereditas adalah : sifat-sifat / ciri-ciri yang diperoleh oleh seseorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi melalui sel benih.<br /><br />Prinsipnya atau Hukum Hereditas<br />Dapat berlangsung menurut prinsip-prinsip / hokum-hukum tertentu yaitu :<br />1. Prinsip Reproduksi, melalui prinsip reproduksi orang tua bisa mewariskan sel benihnya kepada generasinya.<br />2. Prinsip Konformitasi, bahwa setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri.<br />3. Prinsip Variasi, selain mewarisi ciri-ciri yang umum yang sama juga mewariskan sifat berbeda lainnya.<br />4. Prinsip Regresi Fillial, menunjukkan sifat menonjol kedua-duanya misal : meskipun orang tuanya cerdas, generasinya akan sedang-sedang tak secerdas orang tuanya.<br /> <br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PERLENGKAPAN DASAR DAN PERLENGKAPAN AJAR<br /><br />Perlengkapan dasar ialah perlengkapan-perlengkapan yang ada dan dimiliki oleh seseorang atas dasar bawaan / keturunan. <br />Sedangkan perlengkapan ajar adalah perlngkapan-perlengkapan yang berupa berbagai macam kemampuan yang diperoleh anak sebagai akibat belajar dan pengalaman-pengalaman lain.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB VI<br />PROBLEM PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PENDIDIKAN<br /><br />Perbedaan individual adalah sebagai apresiasi dari hukum variasi dalam hereditas.<br />Sesuai dengan hukum regresi filial dapat dibedakan bersifat demikian.<br />1. Secara kasar : hanya bisa digolongkan antara dua kategori misal : tinggi rendah<br />2. Secara distributif : penyebaran perbedaan individual itu menunjukkan “kurva distributif normal” bahwa yang paling banyak adalah sedang-sedang dan semakin ke ujung semakin sedikit jumlahnya. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB VII<br />PENGERTIAN BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA<br /><br />Belajar mempunyai banyak arti sangat luas. Bisa dikatakan bahwa belajar adalah meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan.<br />Belajar dapat didefinisikan sebagai “berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, melaksanakan sesuatu dan lain-lain”.<br /><br />Faktor yang mempengaruhi belajar<br />1. Faktor-faktor non sosial<br />2. Faktor-faktor sosial dalam belajar<br />3. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar<br />4. Faktor-faktor psikologis dalam belajar<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB VIII<br />TEORI-TEORI BELAJAR ILMU JIWA PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU<br /><br />Disini banyak aliran psikologi dan psikologi pendidikan.<br />1. Psikologi yang bersifat spekulatif<br />2. Psikologi behavioristik<br />3. Psikologi Kognitif<br />4. Psikologi humanistik<br />Dan mengenai teori belajar ini tak lain karena para ahli tidak puas pendapat, para ahli sebelumnya, dari itu timbulah teori belajar yang bersifat kognitif .<br />Psikologi kognitif mulai berkembang dari lahirnya teori gestalt peletak dasar teori gestatif adalah Wertheimer, yang meneliti tentang pengalaman dan problem solving.<br />Menurut psikologi gestalt ada beberapa sifat khusus belajar dengan insight (pengamatan/pemahaman mendadak antara hubungan terhadap permasalahan) yaitu:<br />1. Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda antar anak<br />2. Insight itu tergantung kepada pengalaman yang relevan<br />3. Insight itu tergantung pengaturan secara eksperimental<br />4. Insight itu didahului oleh sesuatu periode yang berbeda-beda<br />5. Insight itu dapat diulangi<br />6. Insight itu yang pernah didapatkan, dapat dipakai untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.<br /><br /><br /><br /><br />BAB IX<br />BEBERAPA BENTUK / JENIS BELAJAR<br /><br />Bentuk-bentuk belajar antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :<br />1. Bentuk belajar menurut spikis<br />a. Belajar dinamik yaitu artinya menghendaki sesuatu secara wajar didalam belajar<br />b. Belajar efektif, cirinya belajar menghayati nilai-nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan <br />c. Belajar kognitif, cirinya dalam mempergunakan bentuk-bentuk prestasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi <br />2. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari<br />a. Belajar teoritis <br />b. Belajar teknis<br />c. Belajar bermasyarakat<br />d. Belajar estetis, cenderung bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian.<br />3. Bentuk- bentuk belajar yang tidak begitu disadari<br />a. Belajar insidental : ini cirinya langsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal-hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.<br />b. Belajar tersembunyi<br />c. Belajar mencoba-coba<br /><br /><br /><br /> <br />BAB X<br />MASALAH MOTIVASI BELAJAR<br /><br />Motif, motivasi dan motivasi belajar.<br />Motif adalah : daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu <br />Motivasi ialah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, motivasi belajar adalah dorongan yang mana dapat memberikan rasa belajar dengan tekun kepada peserta didik.<br />Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan sesuatu kebutuhan. Kaitan itu tertampung dalam istilah “lingkungan motivasi”.<br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />BAB XI<br />TRANSFER BELAJAR<br /><br />Transfer belajar adalah : pemindahan / pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidangstudi yang satu ke bidang studi yang lain, atau kehidupan sehari-hari di luar lingkungan sekolah.<br />Beberapa pandangan tentang transfer belajar, dalam hal ini terdapat beberapa teori antara lain :<br />1. Teori disiplin formal<br />Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.<br />2. Teori elemen identik <br />Suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama antara bidang-bidang study.<br />3. Teori generalisasi <br />Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok.<br /><br />Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.<br />1. Proses belajar<br />2. Hasil belajar<br />3. Bahan / materi bidang-bidang studi<br />4. Faktor-faktor subyektifitas di pihak siswa<br />5. Sikap dan usaha guru<br /> <br /><br /> <br />BAB XII<br />PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)<br /><br />Setiap makhluk hidup pasti mempunyai masalah. Adapun beberapa cara yang harus ditempuh dalam problem solving mulai dari sederhana sampai yang paling rumit adalah :<br />1. Kelakuan yang tidak dipelajari (instink) dan pembiasaan<br />2. Trial and error yang membudaya<br />3. Dengan insight (pemahaman)<br />4. Vicarious, behavior (dalam hati), dan<br />5. Cara ilmiah<br />Kalau pada binatang pemecahan masalah dapat menggunakan cara-cara (1), (2), dan (3) sedangkan pada manusia menggunakan kelima cara tadi, akan tetapi cara (1), dan (2) sering dipergunakan pada tahap kanak-kanak.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />EVALUASI<br /><br />Manfaat buku ini, mempermudah pendidik dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar dengan mengetahui garis-garis besar ilmu jiwa pendidikan sehingga target / tujuan pendidikan secara praktis dapat dijangkau.<br />Kelemahan buku, karena namanya buku dan hanya buku yang berisikan gambaran-gambaran tertentu didalam pendidikan, pasti masih trdapat kelemahan antara lain, buku ini cuma teori tidak langsung berbentuk praktis, kemudian di dalam mempelajari ilmu jiwa pendidikan terdapat banyak dan melebar berbagai teori dan teori sehingga menurut pendapat saya pribadi, dengan menaati, menghafalkan teori-teori ini kapan terlaksananya kegiatan belajar mengajar, belum pula memahami kemudian penerapan.<br /><br /><br />Pemilik Resensi : Shokif Furidho<br />NIM : D02206022<br />Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PBD<br />Semester : II <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />KLASIFIKASI<br /><br />A. Pengertian<br />Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari benda menurut spesianya.<br />Dari sini begitu banyak pembahasan tentang klasifikasi itu sendiri disadari atau tidak pengklsifikasi sesuatu kerap kita hadapi pada kehidupan sehari-hari. Para ilmuwanpun membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan ilmu sosial, ilmu kealaman, ilmu humaniora.<br />Tujuan ini tidak lain supaya kita dapat mudah mengetahui tanda-tanda itu.<br />Untuk membuat klasifikasi harus menempuh dua macam cara dan ini merupakan syaratnya.<br />a. pembagian <br />b. pengelolaan <br /><br />B. Pembagian<br /> Adalah pembagian suatu genera kepada spesia yang dicakupnya. Sedang untuk mengetahui pembagian genera kepada spesia dengan benar maka dalam pembagian perlu / bahkan wajib memperhatikan patokan berikut :<br />a. pembagian harus di dasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh, sedang spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya, kita hendak membagi macam agama, maka kita harus berdasarkan perubahan tertentu dari sifat genera itu sendiri.<br />b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja, karena pembagian yang dilandaskan atas lebih dari satu dasar akan menimbulkan spesia simpang siur.<br />Contohnya : pembagian manusia menjadi ; manusia berkulit putih, berkulit hitam. Manusia Afrika, Manusia Asia.<br /><br />c. Pembagian harus lengkap. Yakni, harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera, Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia dan generanya. Hal ini sangat tergantung terhadap kebendaharaan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang. <br />Pembagian dikotomi, karena mungkin kita akan menghadapi pembagian yang berbeda dengan model di atas. Maka kita menggunakan pembagian logika jenis lain yaitu pembagian dekotomi adalah: pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya, dengan mengelompokkan menjadi 2 golongan yang di bedakan atas ada dan tidak adanya.<br />Dalam bahasa latin (dikotomi) mempunyai arti pembagian secara dua-dua dalam bahasa arab disebut sunaiyyal.<br /><br />C. Penggolongan<br />Penggolongan mempunyai lebih spesifik daripada pembagian. Jadi, antara pembagian dan penggolongan mempunyai arti yang bertolak belakang. Karena pembagian bergerak dari atas ke bawah sedang penggolongan sebaliknya.<br />Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu berdasarkan atribut dan perbedaannya, tentu barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-8949429699292197922010-07-18T09:57:00.001-07:002010-07-18T09:57:58.372-07:00jiwa agamaSumber jiwa agama<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br />Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap Maha Kuasa memiliki sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci.<br />Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, peradaban sungai Eufrat dan Tigris dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada, yaitu nabi Adam as.<br />Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat d sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.<br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Sumber Jiwa Agama Menurut Para Ahli<br />Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan fakulty.<br />1. Teori Monistik<br />Menurut teori monistik, bahwa sumber jiwa beragama adalah tunggal atau terdapat satu hal yang dominan . Pendapat para ahli yang masuk dalam teori ini antar lain:<br />a. Thomas van Aquino<br />Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber jiwa agama adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan pikirannya.<br />b. Frederick Scheilmacher<br />Sumber jiwa agama berasal dari rasa ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak (sense of Depend) . Dengan adanya ketergantungan kepada Yang Maha Mutlak, manusia jadi lemah. Karena itu manusia butuh atau bergantung pada sesuatu yang berada di luar dirinya, yaitu Tuhan.<br />c. Rudolf Otto<br />Ia berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah faktor non rasional yang dipengaruhi perasaan ketuhanan (nominous) sebagai perasaan takjub, kagum yang hebat dihadapan “Yang Sepenuhnya Lain”. Perasaan ini diistilahkan sebagai Mysterium tremendum yaitu perasaan takut dan menarik.<br />d. Sigmun Fred<br />Pendapatnya mengenai sumber jiwa agama adalah libido sexual. Ide ini berasal dari mitos Yunani kuno, yaitu pembunuhan Dedipoes pada ayahnya karena menghalangi hasratnya pada ibunya. Setelah itu timbul perasaan bersalah. Untuk menghilangkannya, ia melakukan pemujaan, sebagai bentuk awal kepercayaan pada Tuhan.<br />2. Teori Fakulty<br />Menurut teori ini, sumber jiwa agama tidak timbul dari satu faktor saja. Tetapi berasal dari berbagai unsur. Unsur yang dianggap paling berpengaruh adalah cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will).<br />Tokoh dari teori ini antara lain:<br />a. G.M. Straton<br />Beliau berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah konflik batin. Dalam kehidupan manusia terus didera berbagai masalah yang membuat batin mengalami kecemasan, rasa bingung, takut dll. Ketika perasaan ini telah memuncak dan tak mampu diselesaikan, ia akan mencari pertolongan pada “Sesuatu Yang Maha Mampu” yaitu Tuhan.<br />b. Zakiah Drajat<br />Selain kebutuhan jasmani, manusia juga memiliki kebutuhan rohani, antara lain kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa harga diri, kebutuhan rasa bebas, kebutuhan rasa sukses, dan kebutuhan rasa ingin tahu. Semua kebutuhan tersebut dapat tersalurkan melalui agama.<br />c. W.H. Thomas<br />Melalui teori Faur Wishes, ia mengemukakan yang menjadi sumber jiwa agama adalah empat macam keinginan untuk selamat, mendapat penghargaan, ditanggapi dan pengetahuan atau pengalaman. Kesemuanya itu dapat dipenuhi melalui agama.<br />B. Sumber Jiwa Agama Menurut Islam<br />Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berarti:<br />“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30)<br />Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.<br />Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dll.<br />Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.<br />Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar d paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.<br />C. Fitrah dalam Islam<br />Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:<br />1. Fitrah berarti suci<br />Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.<br />2. Fitrah berarti bertauhid<br />Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.<br />3. Fitrah dalam arti ikhlas<br />Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.<br />4. Fitrah dalam arti insting<br />Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:<br />a. Fitrah al-Munazalah<br />Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.<br />b. Fitrah al-Gharizah<br />Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia<br />5. Fitrah dalam arti tabiat<br />Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari:<br />a. Beriman pada Allah<br />b. Menerima pendidikan dan pengajaran<br />c. Mencari kebenaran<br />d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting<br />e. Sifat-sifat yang dapat dikembangkan<br />BAB III<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:<br />a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.<br />b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama cipta, rasa, karsa<br />2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari Allah<br />3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004<br />Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius, cet.I,1994<br />Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992<br />Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004<br />Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,1996STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-34605830700779621992010-07-18T09:52:00.001-07:002010-07-18T09:52:35.839-07:00KESULITAN BELAJARKESULITAN BELAJAR<br /><br />Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang cepat, kadang lambat menangkap apa yang dipelajarinya, kadang terasa amat sulit dalam hal semengat, terkadang semangat tinggi tetapi terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi demikian keadaan yang sulit kita jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar<br />Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah, ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak kesulitan belajar.<br />Setiap siswa pada prinsipnya tertentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik ( academic performance ) yang memuaskan, namun dan kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan inteliktual, kamampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dalam pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.<br />A. Factor-faktor kesulitan belajar<br />Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior)STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-66433461462003743162010-07-18T09:51:00.001-07:002010-07-18T09:51:55.240-07:00SISTEM PENGAJARANPENERAPAN DAN SITEM PENGAJARAN<br /><br />Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi belajar dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek-aspek psikologis dalam aktivitas belajar. Sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan wujud prilaku pembelajaran yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.<br />Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pensdidikan agama islam.<br /><br />MANFAAT PENERAPAN DAN PENGAJARAN <br />Bagi seorang guru, yang bertugas adalah sebagai pengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama islam, sarat dengan muatan psikologis, mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses belajar akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi belajar dalam proses pembelajaran adalah :STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-56016237973982599632010-07-18T09:42:00.000-07:002010-07-18T09:44:04.533-07:00PSIKOLOGIIlmu apa itu Psikologi Agama ?<br />SERINGKALI ORANG BERTANYA TENTANG PSIKOLOGI AGAMA, APAKAH IA PSIKOLOGI ATAU AGAMA ? <br /> Judulnya menggabungkan dua hal yang berbeda, agama dan psikologi. <br /> Agama adalah tuntunan Allah bagi manusia, <br /> sedangkan psikologi adalah ilmu yang mengkaji masalah jiwa manusia dan ia tunduk kepada disiplin ilmiah ilmu yang mempelajari, meneliti, dan mempunyai tujuan untuk memahami bagian yang tidak nyata dari manusia yaitu masalah kejiwaannya.<br />"PSIKOLOGI AGAMA" TERMASUK CABANG PSIKOLOGI YANG TERMUDA, DAN DI INDONESIA BELUM LAMA DIKENAL ORANG, BARANGKALI MULAI DIPERKENALKAN PADA TAHUN ENAMPULUH-AN.<br /><br /><br /><br />A. PENGERTIAN PSIKOLOGI <br /><br /> AGAMA ADALAH SALAH SATU CABANG PSIKOLOGI YANG OBJEK KAJIANNYA ADALAH PENGARUH AGAMA TERHADAP PEMELUK AGAMA YANG DIYAKININYA DAN PENGARUH KEPERCAYAAN TERHADAP PENGANUTNYA SERTA PENGARUH IDEOLOGI TERHADAP ORANG YANG MEMEGANGNYA. PENGARUH TERSEBUT TERJADI ATAS JIWA ORANG-ORANG TERSEBUT, <br /> <br /> SEDANGKAN JIWA ITU TIDAK ADA WUJUD YANG DAPAT DITELITI SECARA NYATA, MAKA PENELITIAN DILAKUKAN TERHADAP TINDAKAN / PRILAKU, SIKAP, UCAPAN DAN CARA MENGHADAPI MASALAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. <br /><br />Psikologi Agama tidak mengkaji ajaran agama (kitab suci, hukum dan ketentuan agama terhadap dosa pahala, surga neraka dan akhlaq yang diajarkan agama). Juga tidak mengkaji kepercayaan non-agama dan ideologi yang dianut masing-masing orang. <br /><br />Psikologi Agama melihat dan mengkaji seberapa jauh pengaruh agama, kepercayaan atau ideologi terhadap cara berpikir (ways of thinking), cara bicara, bertindak / prilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu semua orang berkepentingan dengan Psikologi Agama dan dapat memanfaatkannya sesuai dengan kepentingannya masing-masing. <br /><br /> Bidang pendidikan anak misalnya, apabila si ibu / bapak ingin mendidik anaknya agar kelak menjadi seorang yang taat beragama, berakhlaq terpuji, berguna bagi masyarakat dan negaranya, dia dapat menggunakan pengetahuannya terhadap Psikologi Agama, disamping mengetahui sekedarnya tentang perkembangan jiwa anak pada umur tertentu dan perkembangan ciri remaja. Untuk itu dia dapat membaca buku tentang psikologi anak dan psikologi remaja.<br /> <br />Bila juru dakwah ingin mengajak umat hidup sesuai dengan ketentuan agama, taat melaksanakan agama dalam kehidupan mereka, maka dia dapat menggunakan Psikologi Agama dengan lebih dahulu mengatahui latar belakang kehidupan mereka, lalu menunjukkan betapa pentingnya ajaran agama dalam kehidupan manusia. Misalnya, manfaat iman bagi ketentraman batin, manfaat sholat, puasa, zakat dan haji bagi penyembuhan jiwa yang gelisah (fungsi kuratif) dan bagaimana pula manfaatnya bagi pencegahan gangguan jiwa (fungsi preventif) dan selanjutnya pentingnya iman dan ibadah tersebut bagi pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa (fungsi konstruktif). <br /><br /><br /><br />B. PERKEMBANGAN JIWA KEBERAGAMAAN<br /><br /> Teori tentang sumber kejiwaan agama<br />Sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia adalah sesuatu yang bersifat universal yakni kebutuhan yang melebihi makan, minum ataupun yang lainnya. Kebutuhan universal ini bersifat kodrati, yaitu keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Manusia ingin mengabdi kepada Tuhan karena dianggap sebagai sesuatu Zat yang mempunyai kekuatan tertinggi.<br />Nah ! yang menjadi permasalahan sekarang adalah “Apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasarkan timbulnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan tersebut ? Apakah yang menjadi sumber kejiwaan agama itu ?<br /><br />Jawabannya ada beberapa teori, antara lain :<br /><br />1. Teori Monistik (Mono=Satu)<br />Yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu timbul beberapa pendapat, yaitu yang dikemukakan oleh :<br /><br />a. Thomas Van Aquino<br />Menurut Thomas Van Aquino Yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berpikir, Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berpikir manusia. Pendapat seperti ini masih mendapat tempat hingga sekarang, dimana para ahli mendewakan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.<br /><br />b. Frederick Hegel<br />Filosof dari Jerman, berpendapat bahwa agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.<br /><br />c. Frederick Schleimacher<br />Sumber keberagamaan adalah rasa ketergantungan mutlak. Manusia merasakan dirinya lemah. Sehingga merasa tergantung dengan sesuatu kekuatan yang berada di luar dirinya<br /><br />d. Rudolf Otto<br />Sumber jiwa keberagamaan adalah rasa kagum yang berasal dari The Wholly Orther (yang sama sekali lain)<br /><br />e. William Mac Dougall<br />Jiwa keberagamaan merupakan kumpulan dari beberapa instink<br /><br />2. Teori Fakulti<br />Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah fungsi Cipta (reason), Rasa (emotion) dan Karsa (will), Demikian pula perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi oleh tiga fungsi tersebut :<br /><br />a. Cipta (reason)Merupakan fungsi intelektual manusia.Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan dan selanjutnya memutuskan suatu tindakan terhadap stimulan tertentuFungsi : berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.<br /><br />b. Rasa (emotional)<br />Memberikan makna penghayatan yang seksama dan mendalam sehingga ajaran itu tampak hidup dan menghidupkan., yang berfunngsi sebagai menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama<br /><br />c Karsa (will)will mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan yaitu : Menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.<br /><br /><br />C. TIMBULNYA JIWA KEBERAGAMAAN PADA ANAK<br /><br />Sesuai dengan prinsipnya pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu :<br /><br />1. Prinsip Biologis<br />Mahkluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah, manusia memerlukan bantuan orang lain. Keadaan tubuh yang belum sempurna untuk difungsikan secara maksimal<br /><br />2. Prinsip Tanpa Daya<br /> Manusia yang tanpa daya untuk mengurus dirinya sendiri<br /><br />3. Prinsip Eksplorasi<br /> Perkembangan potensi manusia yang dibawa sejak lahir perlu pengembangan baik jasmani maupun rohani. Pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan.<br /><br />Timbulnya Agama Pada Anak.<br /> Beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain :<br /> a. Rasa Ketergantungan (Thomas)<br /> Manusia dilahirkan kedunia ini memiliki empat keinginan yaitu :<br /> - Perlindungan<br /> - Pengalaman Baru<br /> - Mendapatkan tanggapan<br /> - Keinginan untuk dikenal<br /><br /><br /> b. Instink Keagamaan (Woodworth)<br /> Manusia dilahirkan mempunyai instink bawaan (Sosial dan Keberagamaan)<br /> Ini tergantung kematangan fungsi lainnya.<br /><br /><br /><br /><br />D. PERKEMBANGAN AGAMA PADA ANAK-ANAK<br /><br />a Tingkat Dongeng<br /> Konsep tentang Tuhan lebih banyak didominasi oleh Fantasi dan Emosi<br /><br />b Tingkat Kenyataan<br />Konsep tentang Tuhan mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis), Dorongan emosional juga akan sangat mempengaruhi.<br />1. Tingkat Individua<br />Konsep Keagamaan yang individualistik ini terbagi atas tiga golongan:<br />1. Konsep Tuhan yang konvensional dan konservatif<br />2. Konsep Tuhan yang Personal<br />3. Konsep Tuhan dalam pandangan personality Bersifat HumanistikSTAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-83190038963977061852010-07-18T09:40:00.001-07:002010-07-18T09:40:29.186-07:00YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJARFaktor faktor yang mempengaruhi proses belajar<br />18 April 2009 at 12:33 AM | In Uncategorized | 3 Comments <br /><br />Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.<br />A, factor internal<br />Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.<br />1. Factor fisiologis<br /> <br />Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam. <br /> <br />Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. <br /> <br />Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :<br /> <br />a. menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar, <br />b. rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat; <br />c. istirahat yang cukup dan sehat.<br /> <br />Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.<br /> <br />2. Factor psikologis<br /> <br />Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.<br /> <br />– kecerdasan /intelegensia siswa <br /> <br />Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.<br />Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.<br />Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).<br /> <br />Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision<br />Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi<br />140 – 169 Amat superior<br />120 – 139 Superior<br />110 – 119 Rata-rata tinggi<br />90 – 109 Rata-rata<br />80 – 89 Rata-rata rendah<br />70 – 79 Batas lemah mental<br />20 — 69 Lemah mental<br /> <br />Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:<br /> <br />A. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;<br />B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;<br />C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;<br />D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;<br />E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;<br />F. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;<br />G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.<br /> <br />Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.<br /> <br />- Motivasi<br /> <br />Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. <br />Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).<br />Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:<br /> <br />a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;<br />b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;<br />c. Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.<br />d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.<br /> <br />Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. <br /> <br />- Minat<br /> <br /> Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.<br />Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.<br />Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.<br /> <br />- Sikap<br /> <br />Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).<br />Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.<br /> <br />- Bakat<br /> <br />Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.<br />Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.<br />Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.<br /> <br />b. Factor-faktor eksogen/eksternal<br /> <br />Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.<br /> <br />1) Lingkungan social<br /> <br />a. Lingkungan social sekolah, seperti ggggggguru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.<br />b. Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.<br />c. Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.<br /> <br />2) Lingkungan non social. <br /> <br /> Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;<br />a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.<br />b. Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.<br />c. Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-43721781989206498962010-07-18T09:23:00.001-07:002010-07-18T09:31:48.857-07:00PENJASKESBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang <br />Pendidikan jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian, sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan olahraga lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga sering berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani bermakna ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas jasmani, tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga. <br />Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani, yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai bersifat menyeluruh, bukan hanya tujuan perkembangan fisikal, tetapi juga perkembangan kognitif, neuro-muscular, afektif-sosial-emosional, dan bahkan moral sekali pun. Pendidikan jasmani adalah bentukan pendidikan yang menyeluruh menyangkut semua dimensi utuh manusia.<br /><br />B. Identifikasi Masalah <br />Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam budaya Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani. Bermain, seyogyanya bukanlah pendidikan jasmani atau olahraga. Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani anak-anak di masa lalu, seperti: eggrang, bakiak, gobag sodor, atau gebuk bantal dikategorikan sebagai olahraga tradisional dari bentuk permainan, maka tidak jelas perbedaannya dengan kegiatan olahraga secara umum. Penulis menyadari, secara tidak sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga seharusnya dikategorikan sesuai dengan tujuannya, namun demikian sangat memungkinkan terjadinya kerancuan dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan ini terjadi pada pemaknaan konsep bermain dengan konsep olahraga tradisional. Karena itu, disarankan olahraga tradisional tetap saja sebagai kegiatan permainan, dan bukan mengarah pada makna kompetisi atau olahraga.<br /><br />C. Batasan Masalah<br />Beragamnya makna olahraga oleh masyarakat menandakan bahwa olahraga memiliki sejuta makna yang dapat diterjemahkan menurut selera dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang juga diterjemahkan sebagai bentuk "prestasi" dari penampilan keterampilan tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas jasmani, bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga sebagai bentuk "prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal olahraga kesehatan, olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini terjadi ditunjang pula oleh nilai-nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan olahraga.<br /><br />D. Rumusan Masalah<br />Pendidikan jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian, sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan olahraga lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga sering berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani bermakna ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas jasmani, tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga.<br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />A. Definisi Pendidikan Jasmani<br />Banyak definisi tentang pendidikan jasmani, antara lain :<br />• Abdul Gafur (1983:6), Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang<br />dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dam keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.<br />• Rusli Lutan (2001:1), Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.<br /><br />B. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani<br />Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama menghilang dari wacana, terutama, sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik, seperti untuk tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani<br />Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan moral.<br />Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.<br /><br />C. Tujuan Pendidikan Jasmani<br />Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, harus memahami tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yang efektif. Apa sebenarnya tujuan pendidikan jasmani ? Tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh (holistik), maksudnya adalah bukan hanya pada aspek psikomotor, tetapi juga kognitif dan afektif. Pengembangan psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh, yaitu untuk meningkatkan efesiensi fungsi faal tubuh. Pengembangan kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi, adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Pengembangan afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh.<br />Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan "alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya.<br /><br />D. Pandangan-pandangan Mengenai Pendidikan Jasmani<br />1. Murid-murid sekolah dasar kelas 1 s.d. 3, memandang program pendidikan<br />jasrnani sebagai tempat untuk berlari, memperoleh kegembiraan dan mempelajari permainan. Mereka juga menginginkan latihan sehingga mereka dapat tumbuh menjadi besar dan kuat.<br />2. Murid-murid sekolah dasar kelas 2 s.d. 6, menyatakan bahwa program pendidikan jasmani harus memberikan kemungkinan untuk bergembira dan mempelajari keterampilan. Mereka juga menyatakan kebutuhan untuk berlatih meningkatkan kesegaran jasmani.<br />3. Di Sekolah Menengah Pertama. Siswa menyatakan bahwa pendidikan jasmani harus berkenaan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan ingin mempelajari keterampilan baru dan beragam cabang olahraga. Mereka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani harus lebih berbuat banyak daripada hanya mengembangkan tubuh; ia harus juga mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk pekerjaan di masa akan datang.<br />4. Di Sekolah Menengah Atas. Mereka menekankan bahwa kegiatan jasmani penting, karena dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan bahwa mereka ingin mempelajari banyak keterampilan yang diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Mereka juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam penggunaan waktu senggang. Siswa sekolah menengah ini memandang pelajaran pendidikan jasmani sebagai satu tempat untuk belajar menghargai teman lain.<br />5. Di Perguruan Tinggi. Mahasiswa menekankan pentingnya peran pendidikan jasmani dalam perkembangan neuromuskuler dan efisiensi kardiovaskuler. Mereka menyatakan bahwa pendidikan jasmani memberi rangsang mental dan kesempatan sosialisasi dengan orang lain. Mereka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani memberi kesempatan bagi mental untuk releks dari kegiatan akademik dan memperkenalkan kepada mereka berbagat aktivitas yang terbukti berguna dalam pemanfaatan waktu senggang.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan moral. Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.<br />Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan "alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya.<br /><br />B. Saran <br />1. Sebaiknya kita sebagai calon guru dapat memahami pengertian, ruang lingkup, dan tujuan pendidikan Jasmani dan Kesehatan.<br />2. Sebaiknya kita dapat mengambil pelajaran dalam pengembangan pendidikan Jasmani dan Kesehatan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.<br />Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.<br />Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas TerbukaSTAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-26779052728558529502010-07-18T09:19:00.000-07:002010-07-18T09:22:15.221-07:00TUJUAN PENDIDIKAN ISLAMKATA PENGANTAR<br /><br />Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah SWT, Semoga rahmat serta hidayahnya selalu terlimpahkan kepada kita semua. Shalawat beserta salam senantiasa dihaturkan kepada Al-Amin putra Abdullah buah hati Aminah. Yakni nabi besar Muhammad SAW. Dan mudah-mudahan dengan seringnya kita bershalawat kepada baginda diakhirat nanti kita mendapat syafaat beliau. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.<br /><br />Penulis tidak lupa juga mengucapkan syukur Al-hamdulillah kepada Allah SWT, karena dengan ilmu yang dianugerahkan Allah SWT tersebutlah penulis bisa menyelesaikan dari sebuah tuntutan yang diberikan oleh Dosen H.mulyadi.S.Ag. M.Ag dalam mata kuliah “Sejarah Pendidikan Islam”.<br /><br />Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini sungguh masih sangat jauh dalam tarap kesempurnaan yang diharapkan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca semua. Dengan sebuah harapan yang diinginkan penulis, agar pembuatan tugas makalah yang akan datang bisa lebih baik dari yang sekarang.<br /><br />Dan mudah-mudahan segala amaliah yang kita lakukan ini senatiasa diridhai Allah SWT. Dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…<br /><br /><br />Penulis<br />Kelompok VI<br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />Kata Pengantar………………………………………………………………….. 1<br />Daftar isi………………………………………………………………………….. 2<br /><br />BAB I PENDAHULUAN<br /> a. Latar Belakang................................………………………………….......... 3<br /> b. Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................ 3<br /><br />BAB II PEMBAHASAN<br />a. Pengertian,Ruang Lingkup dan tujuan Pendidikan Islam....................... 4<br />b. Ruang Lingkup Pendidikan Islam....................................................... .... 6<br />c. Tujuan Pendidikan Islam ....................................................................... 8<br /><br />BAB III<br /> a. Pengertian IQ dan EQ............................................................................ 12<br /> b, Aplikasi IQ dan EQ dalam Pendidiakan agama islam............................ 16<br /><br />BABA IV PENUTUP<br /> a. Kesimpulan............................................................................................. 19<br /><br />Daftar Pustaka................................................................................................... 21<br /> <br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A.Latar Belakang<br />Adapun pengangkatan materi yang kami ambil dalam pembahasan kali ini adalah kami melihat dari latar belakang Pendidikan Agama Islam mengenai beberapa bentuk pertanyaan yang bias di ajukan adalah sbb : <br />• Apa pengertian pendidikan menurut islam dan bagaimana cakupannya ?<br />• Apa pengertian Pendidikan menurut perspektif Nasional ?<br />• Bagaimana pengaplikasian IQ dan EQ dalam pendidikan agama islam ?<br /><br /><br />B. Tujuan dan Manfaat Penulisan<br />Adapun tujuan daripada penulisan ini adalah agar dapat lebih mengetahui tentang apa itu sebenarnya pendidikan agama islam, baik itu dari pengertian khusus maupun pengertian umum. Selanjutnya untuk mengetahui apa sebenarnya hakekat manusia menurut islam itu sendiri.<br />Sedangkan manfaat dari penulisan kali ini adalah bahwa penulisan telah mendapatkan ilmu yang sangat berharga mengenai pengetahuan tentang pendidikan agama islam yang sekiranya sungguh sangat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi kita semua.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan Pendidikan Islam<br />A. Pengertian<br />1. 1. pengertian Pendidikan Secara Umum <br />Pengertian pendidikan secara umum menurut para ahli, diantaranya adalah :Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.<br />(A. Yunus, 1999 : 7)<br />Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.<br />(A. Yunus, 1999 : 7)<br />Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.<br />(A. Yunus, 1999 : 7-8)<br />Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung (A. Yunus, 1999 : <br /><br /><br />1.2. Pengertian Pendidikan Menurut Islam<br />Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.<br />(Nur Uhbiyati, 1998)<br />Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).<br />1.3. Pengertian Pendidikan Menurut Perspektif Nasional<br />Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk menstranfer sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu. Rumusan pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan itu pandangan filosofis suatu bangsa di antaranya tercermin dalam sistem pendidikan yang dijalankan.<br />Bagi bangsa Indonesia, pandangan filosofis mengenai pendidikan dapat dilihat pada tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf keempat. Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. <br /><br /><br />B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam<br />1. Pendidikan Keimanan<br />“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)<br />Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak? <br />Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan)<br />Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif.<br />Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)<br />“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)<br />Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin<br />Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti.<br />Memanfaatkan momen religious<br />Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bareng.<br />Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah<br />Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.<br /><br />Beri teladan Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.<br />“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)<br /><br />Kreatif dan terus belajar<br />Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak.<br />2. Pendidikan Akhlak<br />Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:<br />“… Akrapilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”<br />Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)<br />Bagaimana cara mengenalkan akhlak kepada anak :<br />- Penuhilah kebutuhan emosinya dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan.<br />Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari)<br />- Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil<br />“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42)<br />Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik.<br />- Memenuhi janji<br />Hadits Rasulullah :”….Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)<br />- Meminta maaf jika melakukan kesalahan<br />Menyuruh anak meminta maaf jika telah melakukan kesalahan kepada sesama.<br /><br /><br />3. Pendidikan intelektual<br />Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak, karena berbeda usia anak, berbeda pula daya tangkap pikir anak. <br />4 Pendidikan Psikis<br />“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139)<br />Mengembangkan psikis anak, dengan cara memberikan kasih sayang, pengertian, berperilaku santun dan bijak. Menumbuhkan rasa percaya diri, Memberikan semangat tidak kepada mereka untuk tetap selalu maju dan berkarya dengan cara mendukung daripada kreativitas yang merka lakukan.<br /><br />C. Tujuan Pendidikan Islam<br />1. Tujuan Pendidikan Islam.<br />Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.<br />Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :<br />“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.<br />Jalan menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.<br />Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.<br />Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :<br />1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.<br />2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.<br />3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.<br /><br /><br />Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi <br />1. Pembinaan akhlak.<br />2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.<br />3. Penguasaan ilmu.<br />4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat. <br />Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :<br />1. Tujuan keagamaan.<br />2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.<br />3. Tujuan pengajaran kebudayaan.<br />4. Tujuan pembicaraan kepribadian.<br />Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :<br />1. Bahagia di dunia dan akhirat.<br />2. menghambakan diri kepada Allah.<br />3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ)<br /><br />A. PENGERTIAN ATAU DEFINISI DARI IQ, dan EQ <br />1. Kecerdasan Intelektual (IQ)<br />Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.<br />Intelligence Quetiont atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.<br />Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup. <br />IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. <br /><br />2. Kecerdasan Emosional (EQ)<br />EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi (EQ).<br />Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.<br />Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.<br />Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.<br /><br />Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :<br />Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).<br />Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan sendiri pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehingga mampu memahami dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampu membuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’ oleh emosinya.Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan perasaan (emosi) dengan lingkungannnya sehingga dapat memelihara harmoni kehidupan individunya dengan lingkungannya/orang lain.<br />Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan memahami emosi orang lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain yang dimaksud.<br />Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola emosi orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dari luar dirinya. Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara memuaskan dan mampu berfikir secara rasional (IQ) serta mampu keluar dari tekanan (stress).<br />Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen. Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik.<br />Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .<br />Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.<br /><br />B. Aplikasi IQ, EQ dalam Pendidikan Agama Islam<br /><br />1. Kecerdasan Intelektual<br />Pada dasarnya manusia itu dianugrahi oleh Allah SWT berbaga macam kecerdasan, dan tanggung jawab pendidikan adalam memperhatikan dan mengarahkan kecerdasan tersebut agar mampu berkembang secara optimal dan seimbang. Tidak ada keseimbangan dalam penanganannya akan mengakibatkan masalah dikemudian hari. Dalam diri manusia terdapat kecerdasan yang disebut dengan kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/ IQ). Anak-anak yang cerdas, yang karena itu dianggap pasti sukses dalam kehidupan, adalah mereka yang nilai rapornya bagus semua atau indeks prestasinya di atas rata-rata. Sejak Wilhelm Stern, Psikolog Jerman yang banyak mengacu pada teori inteligensi Alfred Binnet dan Theodore Simon menyebut IQ sebagai ukuran kecerdasan. Akibatnya titik berat pendidikan di Indonesia yang menganut teori intelegensi ini adalah hanya memberi kesempatan berkembang pada otak kirisaja, membuat otak kanan terbengkalai. Ujian Akhir Semester (UAS), hanya sanggup mengukur otak kiri peserta didik yang hasilnya bukan gambaran utuh kecerdasan peserta didik (Pasiak, 2003: 121).Pendidikan Islam bertugas meningkatkan, mengembangkan,dan menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, minat-minat, dan kemampuan-kemampuan akal peserta didik serta memberinya pengetahuan dan keterampilan akal yang perlu dalam hidupnya.Pendidikan Islam didasarkan pada pandangan yang komprehensif tentang manusia. Karena letak keistimewaan manusia adalah makhluk berpikir dan berakal, maka pendidikan bertugas dan bertanggungjawab mendorong kepada manusia untuk tahu dan mengerti. Dengan akalnyalah manusia memungkinkan untukberpikir, merasa dan percaya dalam rangka untuk bisa menetapkan Peningkatan Kualitas ... (Djuwarijah)<br /><br />2. Kecerdasan Emosi<br />Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini seperti penjarahan, pembakaran, perampasan, pembunuhan, penculikan, perkosaan, tawuran, tindak kekerasan dan kekejaman yang dilakukan anak bangsa yang mewarnai panggung dunia pendidikan di tanah air sungguh memilukan dan memalukan. Bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang ramah, peduli, murah senyum berubah menjadi bangsa yang menakutkan dan mengerikan bangsa lain adalah salah satu bukti kesalahan pendidikan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual belaka.<br /><br />Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi ikut menentukan keberhasilan dalam hidup ini bukan hanya IQ. Banyak hal yang secara logika benar tetapi perasaan menyatakan bahwa hal itu tidak benar, karena itulah sering diperlukan keahlian kecerdasan akal didampingi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi berbeda dengan kecerdasan intelektual, sebab kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengelola, mengendalikan emosi, menggunakan intuisi, indera, kepekaan yang justru tidak melibatkan daya nalar<br />manusia.<br />Kalau kecerdasan intelektual diukur dengan IQ, maka kecerdasan emosi merupakan kemampuan non-kognitif. IQ tidak membuat seseorang menjadi unik, tetapi perasaan-perasaan yang ada pada diri seorang anak dan bagaimana anak menyikapi perasaannyalah yang menjadikan anak itu unik. Namun demikian, antara IQ dan EQ bukanlah kemampuan yang saling bertentangan, tetapi kemampuan yang sedikit terpisah. Kecerdasan Emosi merupakan ”the inner rudder”, kekuatan dari dalam, sifatnya alami, dan dapat dikembangkan dengan kuat melalui berbagai akumulasi pengalaman yang panjang dan beragam. Ada lima wilayah utama EI, yakni: mengenali emosi diri, mengendalikan emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Optimisme dan positive thinking memberi pengaruh menguntungkan dalam kondisi biologis manusia<br /> <br />(Pasiak, 2003: 272).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KESIMPULAN<br /><br />Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam pada intinya adalah : <br />terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah semata dan berserah diri kepadanya. Yang tentunya dari semua tersebut di atas dapat kita peroleh dengan cara melalui pendidikan.<br />PENDIDIKAN adalah sebagai aktivitas yang dilakukan dengan secara sadar yang dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual ( petunjuk praktis ) maupun mental. <br />Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk mentransfer sejumlah nilai yang di anut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek peserta didik melalui proses pembelajaran yang meliputi :<br />• Pendidikan keimanan<br />• Pendidikan akhlaq<br />• Pendidikan intelektual.<br />Menurut Al- Syaibani, tujuan pendidikan islam adalah :<br />1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.<br />2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.<br />3. Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.<br /><br />Selanjutnya kalau kita aplikasikan pendidikan agama islam kedalam IQ ( Intelligence Question ) dan EQ ( Emotional Question ) yang ada pada diri manusia.<br />a. Aplikasi Pendidiakan Agama Islam kepada kecerdasan Intelektual.<br />Pada dasarnya manusia itu di anugerahi oleh allah SWT berbagai macam kecerdasan, dan tanggung jawab. Pendidikan adalah adalah memperhatikan dan mengarahkan kecerdasan tersebut agar mampu berkembang secara optimal dan seimbang.<br />Dalam diri manusia terdapat kecerdasan yang disebut dengan kecerdasan intelektual ( Intelligence Question/ IQ ). Anak-anak yang cerdas, yang karena itu di anggap pasti sukses dalam kehidupan adalah mereka yang nilai raportnya bagus semua atau indeks prestasinya di atas rata-rata.<br />b. Aplikasi Pendidiakan Agama Islam kepada kecerdasan Emosi’<br />Emotional Question ( EQ ) atau kecerdasan emosi ikut menentukan keberhasilan dalam hidup ini bukan hanya IQ. Banyak hal yang secara logika benar tetapi perasaan menyatakan bahwa hal itu tidaklah benar, karena itulah sering diperlukan keahlian kecerdasan akal didampingi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi berbeda dengan kecerdasan intelektual, sebab kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengelola, mengendalikan emosi, menggunakan intuisi, indra, kepekaan yang justru tidak melibatkan daya nalar manusia.<br /><br /> <br /> <br /><br /><br /> “Wallahu A’lam Bish-shawab”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br /> Aminuddin Rasyad, dkk. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, DEPAK RI, 1988.<br /><br />A, Mustafa, Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung : Pustaka Setia, 1998.<br /><br />H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999.<br /><br />Zuhairini. Dra, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, DEPAG RI, 1986.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2.2. Tujuan Umum Pendidikan Manusia <br />a. Hakikat manusia menurut Islam <br />Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.<br />Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi)<br />Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 :<br />“Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia “<br />b. Manusia Sempurna Menurut Islam<br />- Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan<br />Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam.<br />Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.<br />Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan – perkembangan Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 :<br />“Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan”.<br />- Cerdas Serta Pandai<br />Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut :<br />a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.<br />b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat.<br />c) Rohani yang berkualitas tinggi. <br />Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. <br />Islam sangat mengistemewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya didalam kalbu.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM<br /><br />Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab<br />akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi<br />pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individuindividu<br />yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab,<br />terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai<br />kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi.<br />Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis.<br />Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan<br />profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan<br />dianggap sebagai sebuah investasi. “Gelar” dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya<br />diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan<br />memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan<br />mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya<br />merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular. Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan<br />seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari<br />hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang<br />tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada<br />kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini<br />terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih<br />komprehensif dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak<br />didik yang memiliki paradigma yang pragmatis. Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt.<br />Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat<br />kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia secara keseluruhan. Disebabkan manusia<br />merupakan fokus utama pendidikan, maka seyogianyalah institusi-institusi pendidikan memfokuskan kepada substansi<br />kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik, yang menjadi tujuan utama<br />dalam pendidikan. Dalam pandangan Islam, manusia bukan saja terdiri dari komponen fisik dan materi, namun terdiri<br />juga dari spiritual dan jiwa. Oleh sebab itu, sebuah institusi pendidikan bukan saja memproduksi anak didik yang akan<br />memiliki kemakmuran materi, namun juga yang lebih penting adalah melahirkan individu-individu yang memiliki diri yang<br />baik sehingga mereka akan menjadi manusia yang serta bermanfaat bagi ummat dan mereka mendapatkan<br />kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Institusi pendidikan perlu mengarahkan anak didik supaya mendisiplinkan akal dan<br />jiwanya, memiliki akal yang pintar dan sifat-sifat dan jiwa yang baik, melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan<br />benar, memiliki pengetahuan yang luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan, serta memiliki hikmah dan<br />keadilan. Oleh sebab itu juga, ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam institusi pendidikan seyogianya dibangun di atas<br />Wahyu yang membimbing kehidupan manusia. Kurikulum yang ada perlu mencerminkan memiliki integritas ilmu dan<br />amal, fikr dan zikr, akal dan hati. Pandangan hidup Islam perlu menjadi paradigma anak didik dalam memandang<br />kehidupan. Dalam Islam, Realitas dan Kebenaran bukanlah semata-mata fikiran tentang alam fisik dan keterlibatan<br />manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada dalam konsep Barat sekular mengenai dunia,<br />yang dibatasi kepada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran didasarkan kepada dunia yang nampak dan tidak<br />nampak; mencakup dunia dan akhirat, yang aspek dunia harus dikaitkan dengan aspek akhirat, dan aspek akhirat<br />memiliki signifikansi yang terakhir dan final. (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of<br />Islam). Jadi, institusi pendidikan Islam perlu mengisoliir pandangan hidup sekular-liberal yang tersurat dan tersirat<br />dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan modern saat ini, dan sekaligus memasukkan unsur-unsur Islam setiap bidang<br />dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevant. Dengan perubahan-perubahan kurikulum, lingkungan belajar yang agamis,<br />kemantapan visi, misi dan tujuan pendidikan dalam Islam, maka institusi-institusi pendidikan Islam akan membebaskan<br />manusia dari kehidupan sekular menuju kehidupan yang berlandaskan kepada ajaran Islam. Institusi–institusi<br />pendidikan sepatutnya melahirkan individu-individu yang baik, memiliki budi pekerti, nilai-nilai luhur dan mulia, yang<br />dengan ikhlas menyadari tanggung-jawabnya terhadap Tuhannya, serta memahami dan melaksanakan kewajibankewajibannya<br />kepada dirinya dan yang lain dalam masyarakatnya, dan berupaya terus-menerus untuk mengembangkan<br />setiap aspek dari dirinya menuju kemajuan sebagai manusia yang beradab.<br />http://www.insistnet.com - INSISTS - Institute for The Study of Islamic Thought and PCoivwileizreadtio bny Mambo Generated: 12 November, 2007, 06:49<br />2. Pendidikan Islam <br />Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan Islam, terlebih dahulu membahas apa itu pendidikan? Menurut M.J. Langeveld ; "Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan [Kartini Kartono, 1997:11]. Ahmad D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama [Ahmad D. Marimba, 1978:20]. Demikian dua pengertian pendidikan dari sekian banyak pengertian yang diketahui. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor : 2 Tahun 1989, "pendidikan dirumuskan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akang datang. Sedangkan, "pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan [melimpahkan] pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah [Zuhairin, 1985:2]. <br />Para ahli Filsafat Pendidikan, menyatakan bahwa dalam merumuskan pengertian pendidikan sebenarnya sangat tergantung kepada pandangan terhadap manusia; hakikat, sifat-sifat atau karakteristik dan tujuan hidup manusia itu sendiri. Perumusan pendidikan bergantung kepada pandangan hidupnya, "apakah manusia dilihat sebagai kesatuan badan dan jasmani; badan, jiwa dan roh, atau jasmani dan rohani? Apakah manusia pada hakekatnya dianggap memiliki kemampuan bawaan [innate] yang menentukan perkembangannya dalam lingkungannya, atau lingkungannyalah yang menentukan [domain] dalam perkembangan manusia? Bagimanakah kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah tujuan hidup manusia? Apakah manusia dianggap hanya hidup sekali di dunia ini, ataukah hidup lagi di hari kemudian [akhirat]? Demikian beberapa pertanyaan filosofis" yang diajukan. <br />Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas , memerlukan jawaban yang menentukan pandangan terhadap hakekat dan tujuan pendidikan, dan dari sini juga sebagai pangkal perbedaan rumusan pendidikan atau timbulnya aliran-aliran pendidikan <br />seperti; pendidikan Islam, Kristen, Liberal, progresif atau pragmatis, komunis, demokratis, dan lain-lain. Dengan demikian, terdapat keaneka ragaman pendangan tentang pendidikan. Tetapi, "dalam keanekaragaman pandangan tentang pendidikan terdapat titik-titik persamaan tentang pengertian pendidikan, yaitu pendidikan dilihat sebagai suatu proses; karena dengan proses itu seseorang [dewasa] secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atau perkembangan seseorang [yang belum dewasa]. Proses adalah kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Maka, dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku pada manusia tidak pada hewan" [Anwar Jasin, 1985:2]. <br />Dari uraian di atas, timbul pertanyaan apakah Pendidikan Islam itu? Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam [Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, 1986:2], atau menurut Abdurrahman an-Nahlawi, "pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah [Abdurrahman an-Nahlawi, 1995:26]. <br />Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar "transper of knowledge" ataupun "transper of training", ....tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi “keimanan” dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan [Roihan Achwan, 1991:50]. Dengan demikian, dapat dikatakan pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia dan akhirat, maka yang harus diperhatikan adalah "nilai-nilai Islam tentang manusia; hakekat dan sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Semua ini dapat kita jumpai dalam al-Qur'an dan Hadits [Anwar Jasin, 1985:2]. <br />Jadi, dapat dikatakan bahwa "konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya melihat pendidikan itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata [pendidikan intelek, kecerdasan], melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. ...Maka,..pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan [eksistensi] manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif" [M.Rusli Karim, 1991:29-32]. <br />Pendidikan berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pada manusia, maka sangat urgen sekali untuk memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagian dunia dan akhirat, maka pandangan Islam tentang manusia antara lain: Pertama, konsep Islam tentang manusia, khsusunya anak, sebagai subyek didik, yaitu sesuai dengan Hadits Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau dengan "potensi" tertentu [Anwar Jasin, 1985:2]. Dalam al-Qur'an, dikatakan "tegakkan dirimu pada agama dengan tulus dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan oleh Allah. Tak ada perubahan pada ketetapan-Nya.....[ar-Rum : 30]. Dengan demikian, manusia pada mulanya dilahirkan dengan "membawa potensi" yang perlu dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya. Pandangan ini, "berbeda dengan teori <br />tabularasa yang menganggap anak menerima "secara pasif" pengaruh lingkungannya, sedangkan konsep fitrah mengandung "potensi bawaan" aktif [innate patentials, innate tendencies] yang telah di berikan kepada setiap manusia oleh Allah [Anwar Jasin, 1985:3]. Bahkan dalam al-Qur'an, sebenarnya sebelum manusia dilahirkan telah mengadakan "transaksi" atau "perjanjian" dengan Allah yaitu mengakui keesaan Tuhan, firman Allah surat al-A'raf : 172, "Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka dan menyuruh agar mereka bersaksi atas diri sendiri; "Bukankah Aku Tuhanmu?" firman Allah. Mereka menjawab; "ya kami bersaksi" yang demikian agar kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak, "kami tidak mengetahui hal ini" [Zaini Dahlan, 1998:304]. Apabila kita memperhatikan ayat ini, memberi gambaran bahwa setiap anak yang lahir telah membawa "potensi keimanan" terhadap Allah atau disebut dengan "tauhid". Sedangakan potensi bawaan yang lain misalnya potensi fisik dan intelegensi atau kecerdasan akal dengan segala kemungkinan dan keterbatasannya. <br />Selain itu, dalam al-Qur'an banyak dijumpai ayat-ayat yang menggambarkan sifat-sifat hakiki manusia yang mempunyai implikasi baik terhadap tujuan maupun cara pengarahan perkembangannya. Misalnya saja: tentang tanggung jawab, bahwa manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi juga potensi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dan sesuai dengan tingkat kemampuan daya pikul seseorang menurut kodrat atau fitrah-nya [pada al-Mu'minun:115 dan al-Baqrah:286]. Selain itu juga manusia pada hakekat dan menurut kejadiannya bersedia dan sanggup memikul amanah [pada al-Ahzab : 72]. Di samping itu, hal yang juga penting implikasinya bagi pendidikan adalah tanggung jawab yang ada pada manusia bersifat pribadi, artinya tidaklah seseorang dapat memikul beban orang lain, beban itu dipikul sendiri tanpa melibatkan orang lain [pada Faathir:18]. Sifat lain yang ada pada manusia adalah manusia diberi oleh Allah kemampuan al-bayan [fasih perkataan - kesadaran nurani] yaitu daya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik [pada ar-Rahman:3-4]. Pada hadits Rasulullah, "barang siapa ingin mencapai kebahagian dunia harus ditempuh dengan ilmu dan barang siapa yang mencari kebahagian akhirat juga harus dengan ilmu, dan barang untuk mencari keduanya juga harus dengan ilmu". Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa tugas dan fungsi pendidikan adalah mengarhkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada seseorang seoptimal mungkin sehingga ia berkembang menjadi seorang muslim yang baik. Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembanagan. Potensi manusia yang dibawah sejak dari lahir itu bukan hanya bisa dikembangkan dalam lingkungan tetapi juga hanya bisa berkembang secara terarah bila dengan bantuan orang lain atau pendidik. Dengan demikian, tugas pendidik mengarahkan segala potensi subyek didik seoptimal mungkin agar ia dapat memikul amanah dan tanggung jawabnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan profil manusia Muslim yang baik. Ketiga, profil manusia Muslim. Profil dasar seorang Muslim yang baik adalah ketaqwaan kepada Allah. Dengan demikian, perkembangan anak haruslah secara sengaja diarahkan kepada pembentukan ketaqwaan. Keempat, metodologi pendidikan. Metodologi diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang, khususnya pada proses belajar-mengajar. Maka, pandangan bahwa seseorang dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dalam lingkungannya, mempunyai implikasi bahwa proses belajar-mengajar harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student active learning] [Anwar Jasin, 1985:4-5]. <br />Jadi, dari pandangan di atas, pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan membawa "potensi <br />bawaan" seperti potensi "keimanan", potensi untuk memikul amanah dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena dengan potensi ini, manusia mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim yang mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada Allah. <br />Bersarkan uraian di atas, pengertian pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits sangat luas, meliputi pengembangan semua potensi bawaan manusia yang merupakan rahmat Allah. Potensi-potensi itu harus dikembangkan menjadi kenyataan berupa keimanan dan akhlak serta kemampuan beramal dengan menguasai ilmu [dunia – akhirat] dan keterampilan atau keahlian tertentu sehingga mampu memikul amanat dan tanggung jawab sebagai seorang khalifat dan muslim yang bertaqwa. Tetapi pada realitasnya pendidikan Islam, sebagaimana yang lazim dikenal di Indonesia ini, memiliki pengertian yang agak sempit, yaitu program pendidikan Islam lebih banyak menyempit ke-pelajaran fiqh ibadah terutama, dan selama ini tidak pernah dipersoalkan apakah isi program pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan telah sesuai benar dengan luasnya pengertian pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits [ajaran Islam]. <br />3. Pembaharuan Pendidikan Islam <br />Pendidikan Islam di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam berbagai aspek. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja ....Selama ini, upaya pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar, selalu dihambat oleh berbagai masalah mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli. Padahal pendidikan Islam dewasa ini, dari segi apa saja terlihat goyah terutama karena orientasi yang semakin tidak jelas [Muslih Usa, 1991:11-13]. Berdasarkan uraian ini, ada dua alasan pokok mengapa konsep pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menuju masyarakat madani sangat mendesak. [a] konsep dan praktek pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikiran kembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat madani. [b] lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, belum atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang. Maka, untuk menghadapi dan menuju masyarakat madani diperlukan konsep pendidikan Islam serta peran sertanya secara mendasar dalam memberdayakan umat Islam, <br />Suatu usaha pembaharuan pendidikan hanya bisa terarah dengan mantap apabila didasarkan pada konsep dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantap. Filsafat pendidikan yang mantap hanya dapat dikembangkan di atas dasar asumsi-asumsi dasar yang kokoh dan jelas tentang manusia [hakekat] kejadiannya, potensi-potensi bawaannya, tujuan hidup dan misinya di dunia ini baik sebagi individu maupun sebagai anggota masyarakat, hubungan dengan lingkungan dan alam semesta dan akhiratnya hubungan dengan Maha Pencipta. Teori pendidikan yang mantap hanya dapat dikembangkan atas dasar pertemuan antara penerapan atau pendekatan filsafat dan pendekatan emperis [Anwar Jasin, 1985:8], Sehubungan dengan itu, konsep dasar pembaharuan pendidikan Islam adalah perumusan konsep filsafat dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya dengan lingkungan dan menurut ajaran Islam. <br />Maka, dalam usaha pembaharuan pendidikan Islam perlu dirumuskan secara jelas implikasi ayat-ayat al-Qur'an dan hadits yang menyangkut dengan "fitrah" atau potensi bawaan, misi dan tujuan hidup manusia. Karena rumusan tersebut akan menjadi <br />konsep dasar filsafat pendidikan Islam. Untuk itu, filsafat atau segala asumsi dasar pendidikan Islam hanya dapat diterapkan secara baik jikalau kondisi-kondisi lingkungan ( sosial - kultural ) diperhatikan. Jadi, apabila kita ingin mengadakan perubahan pendidikan Islam maka langkah awal yang harus dilakukan adalah merumuskan konsep dasar filosofis pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam, mengembangkan secara empris prinsip-prinsip yang mendasari keterlaksanaannya dalam konteks lingkungan [sosial – cultural] yang dalam hal ini adalah masyarakat madani. Jadi, tanpa kerangka dasar filosofis dan teoritis yang kuta, maka perubahan pendidikan Islam tidak punya pondasi yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang pasti [Rangkuman dari Anwar Jasin, 1985:8 –9]. <br />Konsep dasar filsafat dan teoritis pendidikan Islam, harus ditempatkan dalam konteks supra sistem masyarakat madani di mana pendidikan itu akan diterapkan. Apabila terlepas dari konteks "masyarakat madani", maka pendidikan menjadi tidak relevan dengan kebutuhan umat Islam pada kondisi masyarakat tersebut [masyarakat madani]. Jadi, kebutuhan umat yang amat mendesak sekarang ini adalah mewujudkan dan meningkatan kualitas manusia Muslim menuju masyarakat madani. Untuk itu umat Islam di Indonesia dipersiapkan dan harus dibebaskan dari ketidaktahuannya [ignorance] akan kedudukan dan peranannya dalam kehidupan "masyarakat madani" dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Islam haruslah dapat meningkatkan mutu umatnya dalam menuju "masyarakat madani". Kalau tidak umat Islam akan ketinggalan dalam kehidupan "masyarakat madani" yaitu masyarakat ideal yang dicita-citakan bangsa ini. Maka tantangan utama yang dihadapi umat Islam sekarang adalah peningkatan mutu sumber insaninya dalam menempatkan diri dan memainkan perannya dalam komunitas masyarakat madani dengan menguasai ilmu dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Karena, hanya mereka yang menguasai ilmu dan teknologi modern dapat mengolah kekayaan alam yang telah diciptakan Allah untuk manusia dan diamanatkan-Nya kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini untuk diolah bagi kesejahteraan umat manusia. <br />Maka masyarakat madani yang diprediski memiliki ciri ; Universalitas, Supermasi, Keabadian, Pemerataan kekuatan, Kebaikan dari dan untuk bersama, Meraih kebajikan umum, Perimbangan kebijakan umum, Piranti eksternal, Bukan berinteraksi pada keuntungan, dan Kesempatan yang sama dan merata kepada setiap warganya. Atas dasar konsep ini, maka konsep filsafat dan teoritis pendidikan Islam dikembangkan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari keterlaksanaannya dalam kontek lingkungan masyarakat madani tersebut, sehingga pendidikan relevan dengan kondisi dan ciri sosial kultural masyarakat tersebut. Maka, untuk mengantisipasi perubahan menuju "masyarakat madani", pendidikan Islam harus didisain untuk menjawab perubahan tersebut. Oleh karena itu, usulan perubahan sebagai berikut : [a] pendidikan harus menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama, karena, dalam pandangan seorang muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT, [b] pendidikan menuju tercapainya sikap dan perilaku "toleransi", lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam, tanpa melepaskan pendapat atau prinsipnya yang diyakini, (c) pendidikan yang mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan mandiri dalam kehidupan, [d] pendidikan yang menumbuhkan ethos kerja, mempunyai aspirasi pada kerja, disiplin dan jujur [Suroyo, 1991:45-48], (e) pendidikan Islam harus didisain untuk mampu menjawab tantangan masyarakat madani. <br />Dalam konteks ini juga perlu pemikiran kembali tujuan dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan [Anwar Jasin, 1985:15] Islam yang ada. Memang diakui bahwa penyesuaian lembaga-lembaga pendidikan akhir-akhir ini cukup mengemberikan, artinya <br />lembaga-lembaga pendidikan memenuhi keinginan untuk menjadikan lembaga-lembaga tersebut sebagai tempat untuk mempelajari ilmu umum dan ilmu agama serta keterampilan. Tetapi pada kenyataannya penyesuaian tersebut lebih merupakan peniruan dengan tambal sulam atau dengan kata lain mengadopsi model yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum, artinya ada perasaan harga diri bahwa apa yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum dapat juga dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama, sehingga akibatnya beban kurikulum yang terlalu banyak dan cukup berat dan bahkan terjadi tumpang tindih. <br />Lembaga-lembaga pendidikan Islam mengambil secara utuh semua kurikulum [non-agama] dari kurikulum sekolah umum, kemudian tetap mempertahankan sejumlah program pendidikan agama, sehingga banyak bahan pelajaran yang tidak dapat dicerna oleh peserta didik secara baik, sehingga produknya [hasilnya] serba setengah-tengah atau tanggung baik pada ilmu-ilmu umum maupun pada ilmu-ilmu agama. Untuk itu, lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya mulai memikirkan kembali disain program pendidikan untuk menuju masyarakat madani, dengan memperhatikan relevansinya dengan bentuk atau kondisi serta ciri masyarakat madani. Maka untuk menuju "masyarakat madani", lembaga-lembaga pendidikan Islam harus memilih satu di antara dua fungsi yaitu apakah mendisain model pendidikan umum Islami yang handal dan mampu bersaing secara kompotetif dengan lembaga pendidikan umum atau mengkhususkan pada disain pendidiank keagamaan yang handal dan mampu bersaing secara kompotetif, misalnya mempersiapkan ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid yang berkaliber nasional dan dunia. <br />4. Penutup <br />Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulakn sebagai berikut : [1] Menyarakat madani merupakan suatu ujud masyarakat yang memiliki kemandirian aktivitas dengan ciri: universalitas, supermasi, keabadian, pemerataan kekuatan, kebaikan dari dan untuk bersama, meraih kebajikan umum, piranti eksternal, bukan berinteraksi pada keuntungan, dan kesempatan yang sama dan merata kepada setiap warganya. ciri masyarakat ini merupakan masyarakat yang ideal dalam kehidupan. Untuk Pemerintah pada era reformasi ini, akan mengarakan semua potensi bangsa berupa pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, militer, kerah masyarakat madani yang dicita-citakan. [2] Konsep dasar pembaharuan pendidikan harus didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia meenurut aajaran Islam, filsafat dan teori pendidikan Islam yang dijabarkan dan dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi tentang manusia dan lingkungannya. Atau dengan kata lain pembaharuan pendidikan Islam adalah filsafat dan teori pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam, dan untuk lingkungan ( sosial - kultural) yang dalam hal ini adalah masyarakat madani. (3) Konsep dasar pendidikan Islam supaya relevan dengan kepentingan umat Islam dan relevan dengan disain masyarakat madani. Maka penerapan konsep dasar filsafat dan teori pendidikan harus memperhatikan konteks supra sistem bagi kepentingan komunitas "masyarakat madani" yang dicita-citakan bangsa ini. <br /><br />DAFTAR PUSTAKA <br />Abdurrahman an-Bahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fi Baiti wal Madrasati wal Mujtama', Dar al-Fikr al-Mu'asyir, Beiru-Libanon, Cet. II, 1983., Terj., Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press, 1995. <br />Ahmad D. Marimba, 1974, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, al-Ma'arif, Bandung, Cet.III,. <br />Anwar Jasin, 1985, Kerangka<br /><br /><br /><br /><br />Pengertian Eq<br />Para pakar memberikan definisi beragam pada EQ, diantaranya adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya. <br />Menurut definisi ini, EQ mempunyai empat dimensi berikut : <br />1. Mengenal, menerima dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional) caranya mampu membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan, baik melalui suara, ekspresi wajah dan tingkah laku.<br />2. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Caranya perubahan emosi bisa mengubah sikap optimis menjadi pesimis. Terkadang emosi mendorong manusia untuk menerima pandangan dan pendapat yang beragam. <br />3. Memahami dan menganalisa emosi. Mampu mengetahui perubahan dari satu emosi ke emosi lain seperti berubahannya dari emosi marah menjadi rela atau lega. <br />4. Mengelola emosi<br />Mampu mengelola emosi sendiri atau orang lain dengan cara meringankan emosi negatif dan memperkuat emosi positif. Hal ini dilakukan dengan tanpa menyembunyikan informasi yang disampaikan oleh emosi-emosi ini dan tidak berlebihan.<br />C. Pendidikan Islam sebagai Subsistem Pendidikan<br />Nasional<br />Pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasional.<br />Sebagai subsistem, pendidikan Islam mempunyai tujuan khusus<br />yang harus dicapai, dan tercapainya tujuan tersebut akan menunjang<br />pencapaian tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan yang<br />menjadi suprasistennya (Furchan, 2004: 14). Visi pendidikan Islam<br />tentunya sejalan dengan visi pendidikan nasional. Visi pendidikan<br />nasional adalah mewujudkan manusia Indonesia yang takwa dan<br />produktif sebagai anggota masyarakat Indonesia yang bhinneka.<br />Sedangkan misi pendidikan Islam sebagai perwujudan visi tersebut<br />adalah mewujudkan nilai-nilai keislaman di dalam pembentukan<br />manusia Indonesia. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah<br />manusia yang saleh dan produktif. Hal ini sejalan dengan trend<br />kehidupan abad 21, agama dan intelek akan saling bertemu (Tilaar,<br />2004: 150).<br />Dengan misi tersebut pendidikan Islam menjadi pendidikan<br />alternatif. Apabila pendidikan yang diselenggarakan oleh atau<br />lembaga-lembaga swasta lainnya cenderung untuk bersifat skuler<br />18<br />NO. 1. VOL. I. 2008<br />atau memiliki ciri khas lainnya, maka pendidikan Islam ingin<br />mengejawantakan nilai-nilai keislaman. Ciri khas tersebut dengan<br /><br />disebut pendidikan Islam mempunyai tiga ciri khas berikut: (1)<br />Suatu sistem pendidikan yang didirikan karena didorong oleh hasrat<br />untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam; (2) Suatu sistem yang<br />mengajarkan ajaran Islam, dan (3) Suatu Sistem pendidikan Islam<br />yang meliputi kedua hal tersebut (Fadjar, 1998: 1).<br /> <br />lebih dipahami bahwa keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar<br />menyangkut persoalan ciri khas, melainkan lebih mendasar lagi,<br />yaitu tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal.<br />Tujuan itu sekaligus mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab<br />yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. Ketiganya itu selama<br />ini tumbuh dan berkembang di Indonesia dan sudah menjadi bagian<br />tidak terpisahkan dari sejarah maupun dari kebijakan pendidikan<br />nasional. Bahkan tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa<br />kehadiran dan keberadaannya merupakan bagian dari andil umat<br />Islam dalam perjuangan maupun mengisi kemerdekaan.<br />Di Indonesia, pendidikan Islam ini tampil dalam berbagai macam<br />wujud, yaitu pendidikan agama Islam yang merupakan substansi<br />dari sistem pendidikan agama dalam kurikulum nasional, pendidikan<br />di madrasah dan sekolah umum Islam yang merupakan subsistem<br />dari sistem pendidikan umum (formal), pendidikan pesantren yang<br />merupakan subsistem dalam pendidikan nonformal.<br /><br /><br />sebenarnya yang diharapkan oleh sistem pendidikan ketika<br />berhadapan dengan globalisasi. Rumusan tersebut menjadi sangat<br />output yang relevan dengan konteks<br />globalisasi yang dapat dijadikan landasan bagi terwujudnya tujuan<br />ideal yang diharapkan sesuai tantangan zaman.<br /> <br />Islam tidaklah sederhana seperti gambaran dan impian orangtua<br />dahulu ketika memasukkan putra putrinya ke madrasah maupun<br />pesantren, yaitu agar mereka setelah lulus mampu menjadi imam<br />masjid, memimpin tahlil dan manakib, berprilaku sopan, dan mampu<br />membaca kitab berbahasa Arab, sedangkan mereka buta akan<br /><br />Peningkatan Kualitas ... (Djuwarijah)<br />19<br />baik kalau dirubah menyesuaikan dengan tuntutan kondisi objektif<br />dan dinamika masyarakat, yaitu dengan mengintegrasikan ulama<br />yang intelek atau intelek yang ulama. Ulama adalah ilmuwan Muslim<br />yang mendalami ilmu agama dan memperoleh kredibilitas moral dari<br />masyarakat karena konsistensinya terhadap ilmu yang didapati dan<br />misi yang diemban. Sedangkan intelektual, secara lughawi, adalah<br />mereka yang memperoleh kekuatan intelektualitas; kekuatan berpikir<br />dan menganalisis. Dalam pengertian ini scholarship menyamakan<br />pengertian ulama dan intelektual (Mas’ud, 2003: 253).<br />Sosok lulusan yang diharapkan oleh pendidikan Islam sekurangkurangnya<br />adalah ilmuwan yang ulama, dengan ciri-ciri sebagai<br />berikut; (1) Peka terhadap masalah. Karena kepekaan seperti itu<br />merupakan langkah kreatif untuk memulai pekerjaan; (2) Bekerja<br />tanpa pamrih. Dalam tradisi keilmuan, bekerja tanpa pamrih ini<br />berarti sikap objektif, cinta kebenaran serta kritis; (3) Bersikap<br />bijaksana. Kebijakan mengandung makna adanya hubungan<br />timbalbalik antara pengetahuan dan tindakan, antara pengertian<br />teoritis dan pengertian praktis etis yang sesuai; (4) Tanggung<br />jawab. Seorang ilmuwan berkewajiban mencari, menemukan<br />dan memanfaatkan ilmu bagi kepentingan hidup umat manusia,<br />sekaligus juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi selanjutnya<br />jika dengan ilmu itu ternyata menimbulkan kerusakan lingkungan<br />alam ini, ia berusaha mencari lagi jalan keluarnya.<br />Dengan demikian, sosok manusia yang unggul dihasilkan dari<br />pendidikan Islam adalah mereka yang cerdas, kreatif dan beradab.<br />Dengan kecerdasan (phisik, intelektual, sosial, emosional, dan<br />spiritual) diyakini akan mampu menghadapi globalisasi dan segala<br />tantangannya, mereka itulah manusia yang saleh, insan kamil,<br />dengan berbagai ketrampilan dan kemampuan serta mandiri untuk<br />menjadi sekaligus khalifatullah di muka bumi. Term<br />khalifah yang berarti wakil, utusan, perwakilan dieksplorasi lebih<br />jauh oleh M. Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in<br />Islam yang menjelaskan bahwa Islam menekankan individualitas<br />dan keunikan manusia (Mas’ud, 2003: 70). Konsekuensi dari<br />keunikan manusia itu adalah tidak mungkin seorang individu harus<br />menanggung beban orang lain, manusia hanya menanggung apa<br />yang telah diperbuat.<br />Kebijaksanaan penididikan Islam yang harus diutamakan<br />adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara<br />optimal, yaitu dengan: (1) menyediakan guru yang profesional,<br />yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi pendidik; (2)<br />20<br />NO. 1. VOL. I. 2008<br />menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik<br />dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olah<br />raga dan ruang bermain yang memadai; (3) menyediakan media<br />pembelajaran yang kaya, memungkinkan peserta didik dapat<br />secara terus menerus belajar melalui membaca buku rujukan serta<br />kelengkapan laboratorium dan perpustakaan dan (4) evaluasi yang<br />terus menerus secara komprehensif dan objektif.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-39846969917908240222010-07-18T09:15:00.000-07:002010-07-18T09:17:27.184-07:00PENGARUH GLOBALISASIPENGARUH GLOBALISASI<br /><br />Perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan perubahan yang normal. Pengaruhnya tersebar secara cepat ke dalam kehidupan masyarakat. Bahkan perubahan yang terjadi di suatu tempat di belahan bumi satu bisa memengaruhi tempat di belahan bumi yang lain. Perubahan yang terjadi akan semakin berkembang seiring berkembangnya kehidupan masyarakat di era modernisasi dan globalisasi ini. Perubahan itulah yang memengaruhi perilaku masyarakat dalam kehidupan. Gambar di atas merupakan contoh modernisasi di bidang transportasi, khususnya transportasi darat.<br />A Modernisasi dan Globalisasi<br />Di era modernisasi dan globalisasi bangsa-bangsa di dunia tidak dapat menutup diri dari pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Pergaulan itu membawa pengaruh bagi bangsa yang berinteraksi. <br />1. Pengertian Modernisasi <br />Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak darikeadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.<br />a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.<br />b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar) Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut.<br />a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.<br />b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.<br /><br />Soerjono Soekanto<br /> mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.<br />a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.<br />b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.<br />c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.<br />d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.<br />e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.<br />f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. <br />2. Pengertian Globalisasi<br />Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti:<br />a. selalu meningkatkan pengetahuan; f. etos kerja;<br />b. patuh hukum; g. kemampuan memprediksi;<br />c. kemandirian; h. efisiensi dan produktivitas;<br />d. keterbukaan; h. keberanian bersaing; dan<br />e. rasionalisasi; i. manajemen resiko.<br />Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:<br />a. lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;<br />b. lembaga keagamaan;<br />c. indutri internasional dan lembaga perdagangan;<br />d. wisata mancanegara;<br />e. saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional;<br />f. lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan<br />g. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.<br />Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental. Unsur globalisasi yang sukar diterima masyarakat adalah sebagai berikut.<br />a. Teknologi yang rumit dan mahal.<br />b. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.<br />c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.<br />Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah sebagai berikut.<br />a. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.<br />b. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.<br />c. Pendidikan formal di sekolah. <br />Modernisasi dan globalisasi membawa dampak positif ataupun negatif terhadap perubahan Sosial dan budaya suatu masyarakat.Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah sebagai berikut.<br />a. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.<br />b. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.<br />c. Pendidikan formal di sekolah.<br />B Dampak Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial dan Budaya<br />1. Dampak Positif<br />Dampak positif modernisasi dan globalisasi tersebut sebagai berikut.<br />a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap<br />Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.<br />b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi<br />Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.<br />c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik<br />Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.<br />2. Dampak Negatif<br />Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.<br />a. Pola Hidup Konsumtif<br />Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.<br />b. Sikap Individualistik<br />Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.<br />c. Gaya Hidup Kebarat-baratan<br />Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.<br />d. Kesenjangan Sosial<br />Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.<br />C Respons Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya<br />Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, ada masyarakat yang dapat menerima dan ada yang tidak dapat menerima. Masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan biasanya masih memiliki pola pikir yang tradisional. Pola pikir masyarakat yang tradisional mengandung unsur-unsur dibawah ini:<br />1. bersifat sederhana,<br />2. memiliki daya guna dan produktivitas rendah,<br />3. bersifat tetap atau monoton,<br />4. memiliki sifat irasional, yaitu tidak didasarkan pada pikiran tertentu.<br />Sedangkan perilaku masyarakat yang tidak bisa menerima perubahan sosial budaya, di antaranya sebagai berikut.<br />1. Perilaku masyarakat yang bersifat tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan dengan masyarakat lain;<br />2. Masih memegang teguh tradisi yang sudah ada;<br />3. Takut akan terjadi kegoyahan dalam susunan/struktur masyarakat, jika terjadi integrasi kebudayaan;<br />4. Berpegang pada ideologinya dan beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idielogi masyarakat yang sudah ada<br />Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan unsur budaya asing tersebut membawa kemudahan bagi kehidupannya. Pada umumnya, unsur budaya yang membawa perubahan sosial budaya dan mudah diterima masyarakat adalah, jika:<br />1. unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar,<br />2. peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat,<br />3. unsur kebudayaan yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut.<br />Unsur budaya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat adalah:<br />1. unsur kebudayaan yang menyangkut sistem kepercayaan,<br />2. unsur kebudayaan yang dipelajari taraf pertama proses sosialisasi.<br />Sebaliknya, masyarakat modern yang memiliki pola pikir yang berbeda. Unsur yang terkandung dalam pola pikir masyarakat modern adalah:<br />1. bersifat dinamis atau selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,<br />2. berdasarkan akal pikiran manusia dan senantiasa mengembangkan efisiensi dan efektivitas, serta<br />3. tidak mengandalkan atau mengutamakan kebiasaan atau tradisi masyarakat.<br />http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perilaku_Masyarakat_dalam_Perubahan_Sosial_Budaya_di_Era_Global_9.1_(BAB_6)STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-15053752937843399372010-07-18T09:14:00.000-07:002010-07-18T09:15:27.096-07:00PROFESIONALISME GURUBAB II<br />PEMBAHASAN<br />PENTINGNYA TAUHID ULUHIYYAH DAN UBUDIYAH DALAM HIDUP<br /><br />A. Pengertian Tauhid Uluhiyyah<br />Uluhiyah adalah ibadah. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyari'atkan seperti do'a, nadzar, kurban, raja' (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat). <br />Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu'." (An-Nahl: 36). "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'." (Al-Anbiya': 25) <br />Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu'aib, dan lain-lain: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selainNya." (Al-A'raf: 59, 65, 73, 85) . "Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, 'Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya'." (Al-Ankabut: 16) <br />Dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Katakanlah, 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyem-bah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (men-jalankan) agama'." (Az-Zumar: 11) <br />Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri bersabda: "Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)<br /><br />Kewajiban awal bagi setiap mukallaf adalah bersaksi laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), serta mengamalkannya. Allah SWT berfirman: <br />"Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disem-bah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu...". (Muhammad: 19) <br />Dan kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah mengikrarkan dua kalimah syahadat. Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh namaNya, "Allah", yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah). <br />Juga disebut "tauhid ibadah", karena ubudiyah adalah sifat 'abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Ketahuilah, kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, tidak memiliki bandingan yang dapat dikias-kan, tetapi dari sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman. Akan tetapi di antara keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan ruhnya, ia tidak bisa baik kecuali dengan Allah yang tiada Tuhan selainNya. Ia tidak bisa tenang di dunia kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah, maka hal itu tidak akan berlangsung lama, tetapi akan berpindah-pindah dari satu macam ke macam yang lain, dari satu orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia dibutuhkan setiap saat dan setiap waktu, di mana pun ia berada maka Dia selalu bersamanya." <br />Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokollah lawannya, yaitu syirik.<br />Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. (An-Nisa': 48, 116) "...seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (Al-An'am: 88) <br />Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah SWT berfirman: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak ...". (An-Nisa': 36) . "Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya ..." (Al-Isra': 23) . "Katakanlah, 'Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap ibu-bapak'."(Al-An'am:151) <br />B. Pengertian Ubudiyyah<br />Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara' ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecin-taan). <br />Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap. Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). \<br />Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (Adz-Dazariyat: 56-58) <br />Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari'atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari'atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan<br />C. Pilar-pilar Ubudiyyah yang benar<br />Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja' (harapan). Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, se-dangkan khauf harus dibarengi dengan raja'. . <br />Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang sifat ham-ba-hambaNya yang mukmin: "Dia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya." (Al-Ma'idah: 54)<br />"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165)<br />Sebagian salaf berkata: "Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb (cinta) saja maka ia zindiq . Siapa yang menyembahNya dengan raja' (harapan) saja maka ia adalah murji'. Dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf (takut) saja, maka ia adalah ha-ruriy. Siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf dan raja' maka ia adalah mukmin muwahhid." Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam RisalahUbudiyah. <br />Beliau juga berkata: "Dien Allah adalah menyembahNya, ta'at dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adzdzull (hina). Dikatakan " " jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyem-bah) kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak men-dapat mahabbah (cinta) dan khudhu' (ketundukan) yang sempurna selain Allah. <br />Ibnu Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya: "Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub.Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak.Sumbunya adalah perintah, perintah rasulNya. Bukan hawa nafsu dan syetan." <br />Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari'atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari'atkan baginda Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid'ah, nafsu dan khurafat.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-34811556107821126832010-07-18T09:13:00.000-07:002010-07-18T09:14:16.360-07:00LOGIKA DAN MANUSIALOGIKA DAN MANUSIA<br /><br /><br />1. Tugas Logika<br />Bagaimanapun hal tahu manusia itu dipersoalkan. Teranglah bahwa manusia itu tahu. Tahu ini bukanlah suatu alat atau daya pada manusia yang dipunyai sejak lahir seperti : mata, telinga atau alat indera lainya, melainkan tahu itu merupakan suatu tindakan, yang mempunyai hasil yang disebut orang pengetahuan. Adapaun alat atau dayanya disebut : ” pikir, budi atau akal ”. Dalam bahasa kita mempergunakan daya ini disebut berpikir. Berpikir ini tidak dijalankan menusia sejak lahirnya, walaupun kemampuannya ada, jadi berpikir itu pada manusia adalah secara potensial. Pada suatu ketika manusia berpikir juga secara aktual.<br /><br />2. Obyek Logika<br />Oleh karena yang berpikir manusia, maka harus dikatakan, bahwa lapangan penyelidikan logika ialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti dari sudut tertentu, ialah budinya. Budi atau pikir ini masih juga disoroti dari beberapa sudut. Misalnya ditanyakan, dapatkah budi itu mencapai kebenaran, dalam arti kesesuaian pengetahuan dengan obyeknya, dan kalau sekiranya dapat, sampaimanakah kemampuan budi itu mencapai kebenarannya? Dapatkah barangkali sampai seratus persen, ataukah hanya sebagian saja? Adapula pertanyaan, bagaimanakah manusia dengan budinya mencapai pengetahua? Dan seperti kami katakan diatas, dapat pula dipersoalkan, bagaimanakah aturan berpikir itu? Semuanya pertanyaan yang bersangkutan erat dengan budi manusia, sehingga dapatalah semuanya disebut logika, dan karena ada bermacam-macam sudut penyorotan, maka ada bermacam-macam logika pula, serta ada yang memberikan nama bermacam-macam juga. Bermacam-macam logika itu berlainan satu sama lain, disebabkan oleh karena obyek formanya lain.<br /><br />3. Manusia dan Pengetahuan<br />Manusia berpikir itu untuk tahu. Kalau ia berpikir tidak semestinya mungkin ia tidak mencapai pengetahuan yang benar. Tak seorangpun mencita-citakan kekeliruan, ia ingin mencapai kebenaran dalam tahunya itu. Adapaun manusia, kalau tahu tentng sesuatu, ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu itu. Kalau orang tahu tentang sebuah rumah (sesuatau), mungkin ia tahu juga, bahwa rumah itu besar atau kecil. Maka besara atau kecil ini di akui hubungannya dengan rumah itu. Manusia mengakui , tidak membuat hubungan itu. Ada kemungkinan, bahwa ia mengakui hubungan yang tidak ada, maka kelirulah ia. Pengakuan sesuatau terhadap sesuatu ini merupakan dasar pengetahuan, malahan itu sebetulnya pengetahauan. Pun dalam hal yang amat sederahana kalau orang mengatakan : ”itu rumah”. Disini pun ada pengakuan sesuatu (rumah) terhadap sesuatu ( hal yang dihadapinya), sehingga tanpa mengubah maksud, boleh juga dikatakan : ” hal yang saya hadapi itu : rumah ” <br /><br />4. Logika dan Bahasa<br />Di atas dikatakan, bahwa tahu ialah mengikuti hubungan sesuatu dengan sesuatu. Pengakuan ini bisa nampak, kalau dikatakan, dicetuskan dengan kata atau rentetan kata. Betul pengetahuan itu tidak selalu dan tidak perlu dicetuskan dengan kata atau denga alat pergaulan lain (gerak, tulisan dll), tetapi jika hendak di nampakkan kepada orang lain, maka haruslah dicetuskan dengan alat pergaulan, dan diantara alat itu yang amat baik ialah bahasa. Adapun bahasa yang utama ialah yang dikatakan, jadi di utarakan dengan kata, bahasa lisan. Bahasa dengan kata-katanya dipergunakan manusia untuk mengutarakan isi hatinya. Tiap kata memang mengandung maksud, tetapi dalam bahasa lisan meksud itu tidak hanya ditunjukkan dengan kata saja, melainkan masih di iringi nada, gerak dan situai lainnya. Disisni ternyata, bahwa bahasa dengan kata-katanya memang baik sekali untuk mengutarakan maksud, tetapi ada juga kelemahannya. Kita tinjau beberapa bahasa :<br /><br />5. Bermacam-macam bahasa <br />Sebagai alat pergaulan kita harus membedakan bermacam-macam bahasa. Ada bahasa lisan diucapkan dengan lidah dan alat pengucap lainnya. Ada bahasa tertulis, ada bahasa gerak. Dalam ilmu, terutama dalam logika, bahasa itu harus mencerminkan maksud setepat-tepatnay. Lain halnya dengan bahasa yang dipergunakan dalam kesusasteraan. Disitu yang di utamakan adalah indah bahasa. Memang maksud juga penting, tetapi disamping maksud ada faktor indah. Jadi menurut caranya mengutarakan ada bahasa lisan, tertulis dan gerak. Menurut tujuannya ada bahasa kesusasteraan dan bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus logis, karena ilmu artinya pengetahuan, dan tahu ini mengikuti aturannya sendiri, yaitu logika.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3668400314012800790.post-56602307109864934362010-07-18T09:08:00.000-07:002010-07-18T09:13:49.209-07:00FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM<br />A. Pendahuluan<br />Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.<br />1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal.<br />2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal.<br />3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.<br />4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.<br />5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.<br />Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio.<br />Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .<br />Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme.<br />Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.<br />B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam<br />Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.<br />Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.<br />Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.<br />Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.<br />Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.<br />Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.<br />Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : <br />“ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”<br />Dan Hadis dari Nabi SAW :<br />“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”<br />Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :<br />1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.<br />2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. <br />3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.<br />Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.<br />Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.<br />Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. <br />Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.<br />Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :<br />1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. <br />2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.<br />3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya<br />Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya<br />Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.<br />C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam<br />Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.<br />D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam<br />Prof. Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :<br />1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.<br />2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.<br />3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.<br />4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.<br />5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.<br />E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam<br />Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :<br />Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.<br />Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.<br />Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.<br />Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.<br />F. Penutup.<br />Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.<br />Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.<br />Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.<br />Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.<br />Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000<br />Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.<br />Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.<br />Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.<br />Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997<br /><br /><br /><br />Revitalisasi Pendidikan Islam.(A:8). Ada beberapa alasan mengapa seolah tokoh pendidikan islam tak pernah terlahirkan atau<br />terlahirkan namun tak memiliki relevansi dalam kontek perkembangan ilmu pengetahuan secara global. Jawaban ini menurut saya dan hanya mencoba menjawab mungkin ini tidak termasuk jawaban dari tugas final saya.<br />1. Walau harus kita akui memang seolah pendidikan atau<br />perkembangan ilmu pengetahuan tak pernah ada dalam islam, ini ditandai dengan tingginya peradaban barat<br />terutama setelah islam kalah dalam perang salib, yang mengubah pusat trend ilmu pengetahuan dari timur kebarat, sehingga lahirlah istilah islamisasi, lahirnya istilah islamisasi menunjukkan kedangkalan dan ketidak komprehensifnya kalangan ilmuan dan cendikiawan islam dalam memehami dasar dan sumber ilmu yang sesungguhnya. Walau kita akui dalam perkembangan terkhir barat justru merajai kemajuan namun benar adanya bahwa hampir sebagian besar<br />perkembangan sains dan ilmu pengetahuan, telah terlebih dulu di konsepkan oleh tokoh pemikir dan filosof dalam Islam dalam bidang kedokteran pendidikan, seni, filsafat dan lain sebagainya.<br />1<br />2. Lemahnya tingkat pemahaman masyarakat islam terhadap<br />dan kurangnya informasi telah menggelapkan mata sebagian dari kalangan islam yang seolah tokoh-tokoh islam hanya berkutat dalam fikih, selain itu interpreatasi dan penela’aahan secara mendasar terhadap apa yang merekan dapatkan sehingga islam tekesan tokoh-tokoh islam hanya bicara soal agama sebab lain adalah lemahnya kemampuan para<br />intelektual islam sekarang dalam menentukan ukuran-ukuran keilmuan dan hanya selalu merujuk pada barat walau sesungguhnya para pemikir dan ahli-ahli islam telah jauh sebelumnya menjelaskan hal tersebut, sebut saja conotohnya seperti. Tiori-tiori pendidikan, komponan-konponen<br />pangajaran dan lain sebagainya.<br />3. Sebagai jawabanya, tentu konsep-konsep keilmuan kususnya<br />pendidikan harus dibangun kembali dengan sumber-sumber dari islam sendiri, serta dengan interpretasi sungguh-sungguh dari konsep-konsep pendidikan atau nilai-nilai filosofis edukasi yang pernah di kemukakan oleh para konseptor atau filosof islam. sehingga akan muncul innovator-inovator dalam<br />konsep-konsep pendidikan yang lebih up to date, dan mampu menjawab tantangan dunia pendidikan.<br />2<br />4. dengan menggali dari sumber-sumber yang utuh dari para<br />tokoh-tokoh Islam yang mempunyai pandangan komprehensif tentang masalah pendidikan. serta menetapkan sebuah ukuran-ukuran yang jelas dan mampu dibuktikan secara ilmiah sehingga interpretasi-interpretasi tersebut mendapat respon dari berbagai kalangan. sebagai bukti pendangan pendidikan islam mampu menjawab persoalan pendidikan modern.<br />5. Menjadikan<br />pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan islam sebagai tela’ah dan mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa dan disetiap perguruan tinggi islam.<br />Nilai Filosofis-Pedagogis Ibnu Sahnun dan Al Qabisi.(A:1). Ibnu sahnun adalah seorang tokoh pendidikan islam abad ke tiga H. Al qabisi, merupakan murid dari ibnu sahnun, ia merupakan seorang penulis dan juga seorang ulama yang terkenal dan mempunyai perhatian yang besar dalam bidang pendidikan, al qabisi yang merupakan murid dari ibnu sahnun juga merupakan seorang ulama yang memliki perhatian yang besar terhadap pendidikan, ini dapat dilihat dari karya al qabisi yang dianggap konpehensif dari beberapa penulis dan ulama lain sebelumnya,<br />3<br />yang juga berminat dalam lapangan pendidikan sebagai contoh adalah ibnu sahnun, ibnu khaldun dll. Dalam tulisan ini hanya dijelaskan tentang pandangan dan konsep-konsep pendidikan islam yang dikemukan oleh al qabisi. Dia adalah seorang tokoh, ulama hadits dan seorang tokoh dalam bidang pendidikan, yang hidup antara 324-403H dikota Qaeruan, nama lengkapnya adalah ; abu hasan ali bin Muhammad bin qallaf al qabisi, ia lahir pada bulan ra’jab 224H, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah ponakan dari seorang yang berasal dari kafilah al qabisi, selain itu juga pamanya selalu memakai surban rapat-rapat sehingga dipanggil qabisi. Para pengamat aliran al qabisi sepakat bahwa ia adalah seorang ulama yang hafal hadits dan terkemuka dalam dalam bidang pendidikan serta alim dalam bidang hadits, ia juga mengintegrasikan antara ilmu dan ibadah, al syahrastani<br />menjelaskan bahwa mujtahid dan tokoh-tokoh islam terbagi dalam dua golongan yaitu golongan ahli hadits dan fikih dan ahli rakyi di lain pihak (ahli fikir analitis). Golongan ahli rakyi adalah para ulama irak, yang umumnya adalah pengikut mazhab hanafi an-nukmi. Perkembangan mazhab maliki ke afrika, mazhab ini akhirnya terpengaruh dengan mazhab al qabisi yang mereka pilih untuk<br />4<br />diikuti, dan disebarkan dikawasan afrika utara. faham al qabisi mendapat tempat bagi masyarakat terutama ketika aliran filsafat, akal dan agama kurang mendapat simpati dari masyarakat. 1. Umur peserta didik Al Qabisi sebagai seorang ahli fiqh dan hadits mempunyai<br />pendapat tentang agama yaitu mengenai pengajaran anak-anak di kutab-kutab. Mazhab qabisi berpendapat bahwa pendidikan anakanak sebagai tiang yang pertama dalam pendidikan islam, sebab membangun pendidikan sama dengan membangun dasar yang kokoh maka oleh sebab itu mereka beranggapan bahwa pendidikan anak-anak harus dengan sungguh-sungguh, karena mengajar anakanak merupakan tuntutan bangsa, dalam hal usia pendidikan al qabisi tidak menjelaskan tentang batasan umur dalam mengkuti pendidikan dikuttab, mengingat pendidikan anak merupakan tugas dan tanggung jawb orang tua sampai anak menjadi seorang mukallaf. 2. Tujuan pendidikan Sebagai seorang yang memiliki keteguhan dalam agama ini dibuktikan dengan keluasan ilmunya dalam bidang fikih yang berdasarkan al qur’an dan hadits, dalam merumuskan tujuan pendidikanpun al qabisi menghendaki bahwa tujuan pendidikan<br />5<br />adalah untuk menumbuh kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai islam yang benar. Lebih spesifiknya begitu menurut al jumbulati bahwa al qabisi ingin mengatakan bahwa tujuan<br />pendidikan adalah untuk mengembangkan kekuatan akhlak anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh pada<br />ajarannya , serta berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni.selain itu juga al qabisi mengginginkan anak-anak memiliki ketrampilan dan keahlian pragmatis yang dapat mendukung kemampuannya dalam mencari nafkah.<br />3. Metode pendidikan dan kurikulum pengajaran<br />Anak-anak yang belajar dikuttab mula-mula yang diajarkan adalah menghapal al qur’an, menulis. Anak-anak belajar dikuttab sampai akil baligh, yang dipelajari adalah ilmu-ilmu al qur’an, menulis, nahu dan bahasa arab, dengan metode menghafal dan demontrasi dimana siswa mulai dengan menghafal secara pribadi atau kelompok, dimana guru membaca ayat tersebut dengan mengulang-ngulang kemudian murid megikuti gurunya. lingkungan social pada zaman al qabisi adalah lingkungan religious yang bersih, oleh karenanya tinjauan kerikulum<br />pengajaran sesuai dengan sudut pandang ahli agama. Diantara pandagan al qabisi adalah bahwa agama mempersiapkan anak6<br />anak untuk kehidupan yang serba baik, dan baginya kurikulum pendidikan dapat dibagikan dalam dua bagian yakni kurikulum ijbar (wajib) dan kurikulum iktiari (tidak wajib)1.<br />a. Kurikulum Ijbari<br />Pertama yaitu kurikulum wajib jika ditinjua dari segi<br />pendidikan modern adalah lebih baik dan berdaya guna, karena ini mendapat pengakuan dari Negara islam tentang cara mendidik dengan mendahulukan pengajaran al qur’an, serta dengan tulis baca serta nahwu, bahasa arab. Tidak terdapat perbedaan antara pendidikan yang diadakan dikutab-kutab pada abad ketiga H, dengan beberapa abad sesudahnya, sebab esensi keberhasilan adalah terletak pada sikap taat dengan taklid untuk melestarikan peninggalan masa lalu. Kondisi lingkungan hidup dan social-budaya pada masa al qabisi adalah bersifat keagamaan yang mentap sehingga tidak menimbulkan atheis, maka dari itu al qur’an dan shalat beserta segenap ilmu yang berkaitan pemahamannya dikenal oleh setiap orang muslim, mulai dari usaha memotivasi sampai kegiatan mempelajari ilmu-ilmu tersebut adalah wajib. ini didorong oleh gambaran yang benar dari semangat zamannya, sehingga al qabisi<br />Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam.(Jakarta.Raja Grafindo,2003).hal.28. 7<br />1<br />memperkuat dan mengabadikan system pengajaran seprti ini. Al qabisi dan ahli fiqh pada masa itu telah berusaha menerangkan pandangan mereka tentang isi kurikulum ijbari sebagai jawaban diamasanya.<br />b. Kurikulum Iktiyari<br />Ilmu-ilmu iktiyari pada jenjang pendidikan dasar adalah ilmu hitung, syair, sejarah, ilmu nahu, dan bahasa arab.kurikulum iktiyari harus tunduk kepada tujuan pendidikan pada zamanya dan memenuhi tuntutan masyarakat, juga harus sesuai dengan jenjang pendidikan. Mengikuti poolitik pendidikan yang digariskan oleh pemerintah zamannya.<br />1. Demokrasi pendidikan, penyatuan laki-laki dan perempuan dalam<br />satu ruangan Al qabisi menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu<br />kewajiban bagi setiap muslim maka dengan sendirinya tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam<br />mendapatkan ilmu pengetahuan, ia juga beraggapan bahwa setiap anak yang belajar dikuttab tidak di bedakan baik oleh status social maupun ekonomi, dalam proses belajar mengajar hendaknya seorang guru mengajar dalam satu ruangan saja dan tidak dipisahpisahkan menjadi beberapa tingkat.<br />8<br />Sejalan dengan pandangannya yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam proses belajar mengajar maka al qabisi mengatakan bahwa mengajar merupakan kewajiban agama, untuk mendukung terlaksananya demokrasi pendidikan atau pemerataan pendidikan al qabisi manganjurkan bahwa orang-orang islam yang berkemampuan material hendaknya mau berbuat banyak untuk menolong memberikan bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu atau menjadi orang tua asuh. Berkaitan dengan ini al qabisi menganjurkan dibuatnya baitul mal yang tugasnya antara lain memberikan bantuan biaya pendidikan, termasuk juga biaya untuk tenaga pengajar. Al qabisi tidak setuju dalam proses belajar mengajar<br />bbercampur antara anak laki-laki dan perempuan didalam kuttab, sehingga anak-anak itu belajar hingga baliqh menurut al qabisi, bahwa percampuran itu tetap berkesan tidak baik, walau kelihatan kuno namun ia yakin bahwa itu adalah yang sesuai dengan ajaran agama islam. Selain itu juga ia berpendapat bahwa anak-anak itu akan rusak moralnya, al qabisi melihat bahwa dorongan jiwa anak terhadap lain jenis dapat merubah sikap akhlak dan agamanua,<br />sebab pemenuhan dorongan jenis kelamin merupakan tenaga yang kuat dalam jiwa remaja.2 Ada beberapa nilai yang dapat disimpulkan dari pandangan al qabisi tentang konsep pendidikan yang ia tawarkan : a. Dari segi peserta didik; ia tidak membatasi umur dan golongan serta jenis kelamin dengan alasan bahwa setiap orang islam berhak mendapatkan pendidikan dimanapun dan dengan kondisi social ekonomi apapun.<br />b. Dari segi metode;<br />dalam melaksanakan pembelajaran<br />hendaknya seorang guru betul-betul memahami peserta didiknya dengan memberikan pelajaran hanya untuk satu kelas saja(kusus untuk tingkat ibtidaiyah), dalam<br />melaksanakan pembelajaran siswa diharuskan menghapal secara berulang-ulang, setelah didemontrasikan<br />bacaaannya oleh guru. c. Dari segi bahan ajar/meteri palajaran al qabisi membagikan dua bahan ajar yaitu bahan ajar ijbary dan iktiyari, yang dapat disesuaikan dengan situasi zaman,<br />Arifin. terjm. Perbandingan Pendidikan Islam .Ali Jumbulati (Jakarta . Rineka cipta.cet.II.2002).hal.76. 10<br />d. Dari<br />segi<br />tujuan<br />pendidikan;<br />al<br />qabisi<br />menekankan<br />pentingnya nilai etika dan moral dalam menetapkan tujuan pendidikan.<br />e. Nilai paling subtansial dimasanya adalah kemampuanya<br />dalam<br />mencetuskan<br />pendidikan<br />sebagai<br />al<br />ternatif<br />pemahaman masyarakat, juga sebagai salah satu jawaban terhadap persoalan yang tidak terakomodir dalam mazhab Ahlusunnah fiqh dan al hadits, tentang tujuan yang ingin<br />dicapai dari proses pendidikan yaitu perpaduan antara nilai ketuhanan dan aplikasinya yang dilandasi dengan akhlak dan etikan qur’an.<br />Filsafat Jiwa menurut Ibnu Sina.(A:10). Jawaban ini mungkin tidak begitu memuaskan karena yang menjadi esensi dari pandangan ibnu sina tentang dimensi filsafat tentang jiwa dalam penjelasan berikut, tapi akan dicoba dengan memberikan gambaran secara sepintas lalu. Ibnu sina dia merupakan salah seorang yang filosof dimasa yang menonjol dimana pemikiran filsafatnya sangat beragam, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, dalam konteks pendidikan ia sangat menekankan tentang pengembangan dan pemeliharaan<br />11<br />mental dan fisik. Ibnu sina mencoba menghubungkan pendidikan akhlak dengan kesehatan rohani dan jasmani, serta kewajiban memelihara akhlak sesuai dengan tuntutan pendidikan anak. Ia mengingatkan “wajib diupayakan sungguh-sungguh memelihara akhlak anak dengan cara tidak menimpakan amarah secara berlebih-lebihan atau menakut-nakuti secara berlebih-lebihan atau dengan membuatnya sedih dan membuatnya melek (tidak tidur)”. Tetapi harus dipikirkan sebaliknya bagaimana agar apa yang disukai anak, dan apa yang menjadi hobinya dapat didekatkan secara dekat kepada mereka. Sedangkan apa yang ia benci jauhkan dari padanya, juga janganlah dihadapkan kepada kesulitan,<br />melainkan<br />harus di beri<br />kemudahan untuk<br />mengembangkan<br />keahliannya. Banyak filosof yang memliki perhatian yang mendalam tentang jiwa mulai dari plato, aristoteles hingga ibnu sina, ibnu sina dianggap orang yang lebih serius dalam mendalami dan<br />menjelaskan tentang jiwa ini dapat dilahat dari karya-karyanya dan perhatiannya tentang jiwa telah terlihat sejak ia muda dengan menulis tentang pandangannya menyangkut kejiwaan, beberapa karyanya yang monumental adalah al qanun, asyifa dan al najah dalam tiga karyanya ini ia memberikan perhatian yang lebih<br />12<br />konprehensif tentang jiwa, dalam al qanun ia menjelaskan jiwa menurut metoda kedokteran, yang paling berkesan dalam<br />penjelasannya tentang kekuatan jiwa adalah yang dipersembahkan kepada khalifah Nuh bin Mansur, kemudian dilengkapi dengan pembahasan pengetahuan jiwa rasional dan hal ihwalnya. Dalam menjelaskan bahwa jiwa itu adalah jauhar rohani, definisi ini mengisyaratkan bahwa jiwa merupakan subtansi rohani, tidaka tersusun dari meteri-meteri sebagaimana jasad. ibnu sina dalam menjelaskan defenisi ini tidak keluar dari kontek filsafatnya secara global, dalam memberikan penjelasan mmenyangkut jiwa ia memilki metode dan tujuan tersendiri, usahanya dalam<br />mengkompromikan, menyusun dan menghimpun sehingga memilki karasteristik tersendiri.3 Ibnu sina dalam menindentifikasi dan menjelaska jiwa paling tidak menurutnya jiwa memiliki dua aspek :<br />A. Segi Fisika;<br />Membicarkan tentang jiwa tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia. 1. Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya makan, tumbuh, dan berkembang biak. Jadi jiwa pada tumbuh-tumbuhan hanya<br />A. Mustafa , FILSAFAT ISLAM ,Untuk Fakultas Tarbiyah Syariah, Dakwah, Adab Dan Ushuluddin(Bandung:Pustaka Setia.1999).hal.204. 13<br />3<br />berfungsi untuk makan, tumbuh dan berkkembang biak. 2. Jiwa binatang mempunya dua daya;<br />a. gerak(al mutaharrikat) dan menangkap b. (al mudrikat), daya yang terakhir ini terbagi dala dua<br />bagian:<br />1. Menangkap dari luar(al mudrikat min al kharij) 2. Menangkap dari dalam(al mudrikat min ad dhaqil)<br />Indra indra batin (al hawas al bathiniyat) terdiri atas: a. indra bersama (al hiss al musytarak) b.indra al khayal c. imajinasi d. indra wahmiyah e. indra pemeliharaan(rekoleksi). 3. Jiwa manusia, yang disebut juga al nafsu anthiqat mempunyai dua daya: yaitu daya praktis (al’amilat) dan tioritis ( al alimat ).daya praktis berhubungan dengan jasad sedangkan daya teoritis berhubungan dengan hal yang abstrak.daya tioritis memiliki empat tingkat: a. akal materil (al aql al hayulany) memiliki potensi yang belum dilatih b. akal al malakat (al aql al malakat) telah mulai dilatih hal-hal abstrak.<br />14<br />c. akal actual (al aql bi af’ali) tentang yang abstrak.<br />yang telah dapat berfikir<br />d. akal mustafad(al aql al mustafad) telah dapat menerima dan sanggup berfikir dan dapat berhubungan dan dapat<br />menerima limpahan ilmu pengetahuan. B. Meta Fisikan Membicarkan Hal-Hal Berikut. 1. Wujud Jiwa Dalam membuktikan adanya jiwa ibnu sina mengenukakan empat alasan berikut: a. Dalil alam kejiwaan. 1. Gerakan paksaan yaitu gerakan yang timbul pada suatu benda disebabkan adanya dorongan. 2. Gerakan tidak terpaksa. Yaitu gerakan yang terjadi baik yang sesuai dengan hokum alam maupun yang berlawanan. a. Konsep “aku” dan kesatuan fanomena psikologis. Dalam pemahaman ini ibnu sina menjelaskan kesatuan antara fisik dan jiwa, sebagai contoh ia menjelaskan ketika seseorang mengatakan mata akan tapi tidur maka yang atau tidur ketika<br />(tepejam)bukanlah<br />jiwanya<br />15<br />seseorang mengajak berbincang maka pada hakikatnya yang berbincang adalah jiwanya. Dalam psikologis terdapat keserasian dan koordinasi yang mengesankan yang menunjukkan adanya seuatu kekuatan yang mengatur dan menguasainya.walaupun kadang<br />saling bertentangan namun pada dasarnya berada pada satu focus, yang dan dapat tetap memiliki hubungan yang kokoh bagian-bagian dan yang<br />menghimpun yang<br />berjauhan.kekuatan tersebut adalah jiwa. b. Dalil kontiuitas<br />mengatur<br />menguasai<br />Pandangan ini didasarkan pada perbandingan jiwa dan jasad.jasad manusia akan senantiasa akan mengalami perubahan dan pergantian.demikian juga halnya dengan bagian jasad yang lain, selalu mengalami perubahan, sedangkan jiwa akan bersifat kontiu (istimrar), tidak mengalami perubahan dan pergantian. c. Dalil manusia malayang atau terbang diudara. Diandaikan jika seseorang jikan seseorang yang diciptakan sekali jadi dan memiliki wujud yang sempurna, kemudian diletakkan dalam dalam udara dengan mata tertutup,<br />16<br />namun demikian ia dapat merasakan bahwa ia itu ada, pada saat itu juga ia menghayal bahwa bahwa ia memiliki tangan dan seterusnya, dengan demikian, berarti bahwa penentapan tentang wujud dirinya bukanlah hal dari indra dan jasmaniyah, melainkan dari sumber lain yang berbeda dengan jasad yakni jiwa. Ibnu sina menjelaskan bahwa kesatuan antara jiwa dan jasad adalah bersifat accident, hancurnya jasad tidak akan membawa hancurnya jiwa(roh), untuk mendukung pendapatnya mengemukakan beberapa argument;<br />a. Jiwa dapat mengetahui objek fikiran(ma’qulat)dan ini tidak<br />ini ia<br />dapat dilakukan oleh jasad.<br />b. Jiwa dapat mengetetahui hal-hal yang abstrak(Kully), dan<br />juga zat dan alat. c. Jasad atau organ digunakan terus menerus akan rusak dan lelah, sedangkan jiwa tidak. d. Jasad dan perangkatnya akan mengalami kelemahan pada waktu usia tua.<br />C.Hubungan Jiwa Dan Jasad.<br />17<br />Menurut ibnu sina antara jiwa dan jasad memiliki hubungan yang erat dan keduanya saling membantu, jasad adalah tempat bagi jiwa, adanya jasad merupakan syarat mutlak terciptanya jiwa. Dengan kata lain jiwa tidak akan diciptakan tanpa adanya jasad yang akan ditempatinya. Walau penegasan ini sebelumnya telah dikemukakan oleh para filosof seperti plato yang menjelaskan hubungan antara jiwa dan jasad, aristoteles menjelaskan hubungan antara jiwa dan jasad bersifat essensial sedangkan plato<br />mengatakan bahwa hubungan antara jiwa dan jasad bersifat accident dengan demikian bisa diketahui kemana arah kecndrungan pemikiran ibnu sina menyangkut hubungan antara jiwa dan jasad. D.Kekekalan Jiwa Ibnu sina berpandangan bahwa jiwa manusia diciptakan setiap kali jasad yang akan ditempatinya telah ada.dari penjelasan ini ia mencoba menberikan argumentasi yang berlawanan dengan plato dimana plato mengatakan bahwa jiwa telah ada dialam ide sebelum yang akan ditempati itu ada. Ibnu sina memiliki kecendrungan berkesimpulan sesuai<br />dengan apa yang disinyalkan dalam al qur’an. Menurutnya jiwa manusia berbeda dengan tumbuhan dan hewan yang hancur dengan hancurnya jasad. Jiwa manusia akan kekal dalam bentuk<br />18<br />individual, yang akan menerima pembalasan. kekalnya itu karena dikekalkan Allah.jadi jiwa itu baharu karena diciptakan punya awal dan akhir. Untuk menjelaskan kekalnya jiwa ibnu sina mengemukakan dalil-dalil berikut: a. Dali al infishal; yaitu perpaduan antara jiwa dan jasad bersifat accident masing-masing unsure mempunyai<br />subtansi tersendiri yang berbeda satu dan lainya. b. Dalil bashathat; yaitu jiwa adalah juahar rohani yang hidup selalu dan tidak mengenal mati. Sebab hidup adalah sifat jiwa. Dan mustahil bersifat lawanya yaitu mati dan fasad.<br />c. Dalil al musyabahat; dalil ini bersifat metafisik. Jiwa<br />manusia, sesuai dengan filsafat esensi, bersumber dari akal fa’al(akal sepuluh)sebagai pemberi segala bentuk. Karena akal sepuluh merupakan esensi yang berfikir, azali, kekal, maka akal sebagai ma’ul (akibat)-nya akan kekal sebagaimana ‘illat (sebab)-nya.4<br />Dari penjelasan ini ibnu sina mengemukakan bahwa pada hari akhir nanti yang dibankitkan hanyalah roh sedangkan jasad<br />Sirajuddin zar, Filsafat Islam. filosof dan filsafatnya. (Jakarta. PT.Raja Grafindo persada.2007),hal.104. 19<br />4<br />tidak sehingga sebagian filosof muslim semisal al ghazali mengkritik pandagan ibnu sina ini.Sejauh penjelasan ibnu sina bahwa jiwa mansia jauh lebih mulia dari jiwa binatang dan tumbuhan ini dikeranakan jiwa manusia mempunyai daya-daya selain sebagai dasar befikir.<br />Prospek (B:10).<br />Rekontruksionisme<br />dalam<br />Pendidikan<br />Global.<br />Untuk menjelaskan hal ini ada baiknya kita melihat kembali konsep seperti apa yang ditawarkan oleh aliran ini, sehingga sebagian orang menganggap rekontruksionalisme dianggap sebagai aliran filsafat yang memiliki peran begitu besar kususnya dalam bidang pendidikan untuk masa yang akan datang. Rekontruksionalisme adalah sebuah aliran filsafat yang lahir pada abad ke 19 yang dipelopori oleh George count, Harold rug, rekontruksionalisme berpandagan pentingnya merekontruksi<br />kembali kehidupan manusia dengan sebuah pemahaman yang baru, dan sama sekali baru. Filsafat ini mencoba memperbaiki atau mengatasi krisis kehidupan modern, dalam hal ini<br />rekontrusionalisme sepakat dengan apa yang diperjuangkan oleh perenialisme. Jika perenialisme ingin mengembalikan masyarakat<br />20<br />keabad pertengehan, maka rekontruksionalisme agak berbeda, dimana rekontruksionalisme menempuh cara membina suatu<br />kosesus yang lebih luas tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.5 Rekontruksionalisme berpandangan bahwa untuk<br />membangun sebuah masyaratkan yang benar-benar baru adalah dengan pendidikan, dan sebuah konsesus yang disepakati oleh semua orang, sehingga tokoh aliran ini mengatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah, adalah mampu menghasilkan manusiamanusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif pada saat bersamaan membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini. Menurut aliran ini juga bahwa tugas penyelamatan dunia<br />merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. oleh sebab itu membina kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat, adalah atas dasar norma dan nilai yang pandang amat penting. Pandangan mereka yang sangat demokratis dan menglobal adalah ketika rekontruksionalisme mangatakan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah<br />Disadur dari makalah Pendidikan Menurut Rekontruksionalisme dan bacaan lainnya. 21<br />5<br />oleh rakyat secara demokrasi dan bukan dunia yang dikuasai oleh sebagian orang, Sehingga untuk mencapai itu mereka<br />menginginkan pendidikan yang membangkitkan kemapuan peserta didik secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan<br />perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana yang bebas. Melihat beberapa hal dalam ranah pemikiran aliran<br />rekontruksionalisme terutama dalam pendidikan mereka lebih menekankan pada aspek realita dimana mereka mengadopsi pandangan memandang membutuhkan kaum bahwa progressive, untuk sehingga rekontruksionalisme realita alam nyata dapat<br />memahami kedua<br />pengetahuan.<br />dasar<br />kebenaran<br />dibuktikan dengan yang ada pada diri sendiri. Menyimak sekalian penjelasan diatas ada nilai prospektif sehingga sebagian orang mengganggap bahwa rekonruksionalisme memang dapat diterapkan dimasa yang akan datang, ini didasarkan pada beberapa alasan pertama tuntutan akan kemajuan ilmu dalam<br />pengetahuan,<br />kedua<br />kebutuhan<br />kebersamaan<br />pemenuhan kebutuhan manusia yang dapat dilakukan tanpa batasan jarak geografi, ketiga kebutuhan akan rasa nyaman dari<br />22<br />semua manusia dalam sebuah tatanan bumi yang menglobal , sehingga tanpa jarak dengan sendirinya masyarakat sangat<br />membutuhkan sebuah tatanan masyarakat yang demokrasi. Dalam hal pendidikan adalah ide-ide rekontruksionalisme memang bukan akan berjalan akan tetapi sekarang justru itu yang sedang berjalan, ini dapat dilihat dari berbagai lembaga pendidikan yang menerima siswa-mahasiswa dari berbagai belahan dunia yang belajar secara bersama dengan standard dan nilai yang sama, sehigga dengan sendirinya akan tercipta sebuah pengalaman pendidikan yang menglobal, pada tingkat pendidikan menengahkebawah sekarang banyak sekolah yang telah menerapkan system, materi ajar, kompetensi dengan standar-standar yang berlaku secara global. Ini adalah indikasi bahwa pendidikan merupakan satu alat penghubung nilai dan standar keilmuan yang merata<br />diberbagai belahan dunia. Tapi satu hal yang masih perlu dipertanyakan dan dianggap sebagian orang sebagai susuatu yang semu adalah pandangan rekontruksionalisme tentang usaha aliran filsafat ini mencoba mensterilkan manusia dari belenggu dampak kemajuan kemajuan teknologi, ini dikerenakan bahwa kemajuan teknologi adalah simbul dari kemajuan peradaban dan identitas perkembangan serta<br />23<br />menusia tidak akan mungkin meniggalkan teknologi, yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam metode pengajaran aliran ini lebih menekankan pada aspek siswa (student centered), sebab tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah terciptanya tatanan masyarakat yang berilmu dan berlandaskan nilai-nilai, sehingga pendidikan begitu pendidikan begitu juga kurikulum landasan pendidikan yang kuat harus dan dirumuskan dari harus<br />berdasarkan<br />hasil<br />riset-riset.<br />Pendidikan dibina untuk menciptakan kesadaran peserta didik terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan baik.<br />24<br />Filsafat Pendidikan Islam - Presentation Transcript<br />1. FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM “ Prof.Dr.MuzayyinArifin”<br />Daniar Ahmad <br />&<br />OsmanSyarief<br />2. TugasFilsafatPendidikan Islam terbagidalam 3 dimensi<br />Memberikanlandasandansekaligusmengarahkanpadaprosespelaksanaanpendidikan yang berdasarkanajaran Islam <br />Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut <br />Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut <br />3. PengertianFilsafatPendidikan<br />Van Cleve Morris menyatakan,<br />”Secararingkaskitamengatakanbahwapendidikanadalahsendifilosofis, karenaiapadadasarnyabukaalatsosialsematauntukmengalihkancarahidupsecaramenyeluruhkepadasetiapgenerasi, tetapiiajugamenjadiagen (lembaga) yang melayanihatinuranimasyarakatdalamperjuanganmencapaiharidepan yang lebihbaik. Jadi, dilihatdaritugasdanfungsinya, pendidikanharusdapatmenyerap, mengolahdanmenganalisissertamenjabarkanaspirasidanidealitasmayarakat”<br />4. PengertianPendidikan Islam <br />MenurutDr Muhammad Fadil Al Djalamy (guru besardiUniversitas Tunisia), <br />“PendidikanIslam adalahproses yang mengarahkanmanusiakepadakehidupan yang baikdan yang mengangkatderajatkemanusiaannyasesuaidengankemampuandasar (fitrah)dankemampuanajarannya (pengaruhdariluar)”<br />5. Metodestudidalamfilsafat Islam <br />Menurut Rene Descartes, adaempatlangkahberpikir yang rasionalis. Langkahtersebutsebagaiberikut : <br />Tidakbolehmenerimabegitusajahal-hal yang belumdiyakinikebenarannya, tetapiharussecarahati-hatimengkajihaltersebut<br />Menganalisisdanmengklasifikasikansetiappermasalahanmelaluipengujian yang telitikedalamsebanyakmungkinbagian yang diperlukanbagipemecahan yang memadai<br />Menggunakanpikirandengancarademikian, diawalidenganmenganalisissasaran-sasaran yang paling sederhanadan paling mudahuntukdiungkapkan, makasedikit-demisedikitakandapatmeningkatkearahmengetahuisasaran yang lebihkompleks<br />Dalamtiappermasalahandibuaturaian yang sempurnasertadilakukanpeninjauankembalisecaraumum, sehinggabenar-benaryakinbahwatidakadasatu pun permasalahan yang tertinggal<br />6. Studidalamfilsafat Islam <br />Dalammelakukanstuditentangfalsafahpendidikan Islam dituntutmenguasaiilmupengetahuanyang <br />dapatmenjadisumberpotensirujukanpemikiranpemikirbidangtersebut yang sekurangkurangnya<br />sebagaiberikut : <br />Ilmu agama Islam luasdanmendalam<br />Ilmupengetahuantentangkebudayaan Islam danumumsertasejarahnya<br />Filsafat Islam danumumsertailmu-ilmucabangkefilsafatan yang kontemporersaatini<br />Ilmutentangmanusia, sepertipsikologidalamsegalacabangnya yang relevandengankependidikan, sertamengenaiperkembanganhidupmanusia<br />Science danteknologi yang terutamaberhubunganndenganpengembanganhajathidupmanusiadan yang berpengaruhterhadappengembanganpendidikan<br />Ilmutentangsistem approach sertailmutentangmetodependidikandanrisetpendidikan<br />Pengalamantentangteknik –teknikoperasionalkependidikandalammsyarakat<br />Ilmupengetahuantentangkemasyarakatan(sosiologi)terutamatentangsosiologipendidikan<br />Ilmutentangkemanusiaanlainnya, sepertiantropologibudaya, ekologi, etnologi, dansebagainya<br />Ilmutentangteorikependidikanataupedagogis<br />7. Tugasdanfungsipendidikan<br />Tugasdanfungsipendidikanbersasaranpadamanusiayang <br />senantiasatumbuhdanberkembangmulaidariperiode<br />kandunganibusampaidenganmeninggaldunia. Tugas<br />pendidikandapatdibedakandarifungsinyasebagaiberikut:<br />Tugaspendidikanadalahmembimbingdanmengarahkanpertumbuhandanperkembangankehidupananakdidikdarisatutahapketahap lain sampaimeraihtitikkemampuan yang optimal<br />Sedangfungsipendidikan. Penyediaanfasilitaspendidikanmengandungartidantujuanbersifatstrukturaldaninstitusional. <br />8. TantanganPendidikan Islam<br />Bentuktantangan yang dihadapiolehlembaga<br />pendidikanIslam saatinimeliputibidang – bidang<br />berikutini : <br />Politik<br />Kebudayaan<br />Ilmupengetahuandanteknologi,. <br />Ekonomi<br />Kemasyarakatan<br />Sistemnilai<br />9. Sikapdalammenghadapitantangan<br />Sikaptakacuhterhadaptantanganperubahansosial<br />Sikapmengakuiadanyaperubahansosialtetapimenyerahkanpemecahannyakepadaorang lain <br />Sikap yang mengidentifikasiperubahandanberpartsisipasidalamperubahanitu<br />Sikap yang lebihaktifyaitumelibatkandiridalamperubahansosialdanmenjadikandirinyasebagaipusatperubahansosial<br />10. ManusiadanProsesKependidikan<br />ProsesKependidikanmembentukmanusia yang terampil , keterampilantersebutpadaprinsipnyaterletakpadakemampuantanganmanusia (hand). Padaakhirnyaprosespendidikanituberlangsungpadatitikkemampuanberkembangnyatigahal, yaituhead, heartdanhand. <br />Mungkinpadamasaselanjutnya, sasaranpokokproseskependidikanmasihmengalamiperubahanataupembahasanlagi<br />11. BerbagaiPandangandalamprosesKependidikan Islam <br />Prof.Drs.A.Sigit, manusiadalamperkembangannyamengalamiprosesdalamtigafaktorperkembangan<br />yang salingmempengaruhi, yaitufaktorpembawaan, faktorlingkungansekitar, danfaktordialektis<br />(prosessalingpengaruh-mempengaruhiantarakeduafaktortersebut)<br />AliranEmpirisme, menyatakanbahwafaktorlingkunganmerupakanfaktordominandampaknya<br />terhadapprosesperkembanganmanusia. SedangkanaliranNativismeyang menganggapfaktor<br />pembawaanataubakatsertakemampuandasarsebagaipenentudariprosesperkembanganmanusia<br />Pragmatismedalamkependidikanseperti yang dikemukakanolehbeberapapendidikdiAmerika,<br />misalnyaJohn Dewey yang menyatakanbahwa ”pendidikanadalahprosestiadaakhir” danberbagai<br />prosesituberlangsungdalamberbagaitujuan, yaitusebagaiberikut : <br />Prosestransmisidantransformasikulturaldarigenerasikegenrasi<br />Proseskomunikasikarenamasyarakatterbentukdalamsistemkomunikasi. Demikian pula prosespendidikan<br />Proseskonservasidanprogresif, yaitumengawetkankebidayaandanmemajukankebudayaanmasyarakat<br />Prosesrekapitulasidanrekonstruksi : prosespengulangankebudayaannenekmotangmanusiadansekaligusmenyusunkembali (reorganize) pengalaman yang akanmemperbesarabilitas (kecakapan) mengarahkanprosespengalamanberikutnya<br />12. KemampuanBelajarManusia<br />Allah mendorongmanusiasupayamelakukanstudimendalamdanluasdenganmemfungsikanalat<br />indranyatentangkejadianalamsemestaini, karenadalamalamsemestainilahterletakhakikat<br />kebenaran, misalnyaayatberikut : <br />”Katakanlah, berjalanlahkamusekaliandiatasbumiini, makakamulihatlahbagaimanatimbulnyakejadianini”<br />(Q.S. Al Ankabut :20) ”Katakanlah, lihatlahapa yang adadilangitdandibumi” (Q.S.Yunus:101) <br />Dalam Islam dikenaladanya ”fitrah”, yaitukemampuandasarberagama yang dalam<br />perkembangannyabagiseseorangbanyakdipengaruhiolehlangkah-langkahpendidik. karenadi<br />dalamkemampuandasar yang disebutfitrahtersebutbenih-benihreligiositasmanusiatetap<br />berkembangwalaupunmanusiamenjadinonmuslimsekalipun.<br />faktorkejiwaan yang disebut ”insting” (ghorizah) bagaimanapundipengaruhidariluardibentuk<br />menjadi yang lain ataupundihapuskansamasekali, tetapbertahandalameksistensinya. Hal inidapat<br />dipahamidarifirman Allah sebagaiberikut : <br />”Demijiwadanapa yang menyempurnakannya, maka Allah mengilhakannya (dengankemampuan) memilih<br />jalan yang burukdanjalanketakwaaannya, seungguhberuntungorang yang membersihkanjiwanyadan<br />sungguhrugilahorang yang mengotorinya” (Q.S.Asy Syams:7-10)<br />13. KurikulumdalamPendidikan Islam <br />kurikulumberasaldaribahasa Latin, a littlle racecourse (suatujarak yang<br />ditempuhdalampertandinganolah raga), yang kemudiandialihkandalam<br />pengertianpendidikanmenjadicircle of instruction, yaitusuatulingkaran<br />pengajaran, dimana guru danmuridterlibatdidalamnya.<br />Prof.Dr.Fadhil Al-Djalamy, Guru BesarIlmuPendidikanpadaUniversitas<br />Tunis, mengharapkan agar semuajenisilmu yang dikehendakidalam al-<br />Qur’an, diajarkankepadaanak. Ilmu-ilmuitumeliputi :<br />ilmu agama, sejarahilmuFalakdanilmubumi, ilmujiwa, ilmukedokteran, <br />ilmupertanian, ilmubiologi, ilmuhitung, ilmuhukumdanperundangan, ilmu<br />kemasyarakatan, ilmuekonomi, ilmubalaghah, sertaadabsertailmu<br />pengetahuan yang dapatmemperkembangkankehidupanmanusiadan<br />mempertinggiderajatnya<br />14. Metode dalam Pendidikan Islam<br />Prinsip Prinsip Metodologis dalam Al Qur’an<br />Pendekatan psikologis<br />Pendekatan Sosiokultural<br />Pendekatan scientific<br />15. Tujuan Pendidikan Islam<br />Tujuan Normatif <br />Suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah (norma-norma) <br />Tujuan Fungsional<br />Tujuan ini bersasaran pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognitif, efektif, dan psikomotor<br />Tujuan Operasional<br />Tujuan umum atau tertinggi yang bersasaran pada pencapaian kemampuan optimal yang menyeluruh (integral) sesuai idealistis yang diinginkan.<br />16. Sistim Nilai dan Moral Islami<br />Nilai-Nilai Yang Berkualitas Relatif<br />Relatifitas nilai-nilai manusia adalah bersifat kultural sosiologis, yang tebentuk oleh kebudayaan masyarakatnya<br />Paham Naturalisme, Pragmatisme dan Idealisme<br />Paham Idealisme Islam tentang Sistem Nilai dan Moralitas.<br />“sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerangkan” (QS Al Maaidah: 15) dan “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang orang itu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan seizin-Nya dan menujukki mereka ke jalan yang lurus” (QS Al Maaidah : 16)<br />17. Manusia dan Fitrah Perkembangan<br />Individualisasi dan Sosialisasi<br />“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk acuan yang sebaik baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke (derajat) yang serendahnya, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus putusnya” (QS At Tiin:4-6)<br />Pengembangan Kepribadian<br />Kepribadian Muslim<br />DR Fadhil Al Djamaly menggambarkan kepribadian muslim sebagai muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tiap langkah hidupnya.STAi tembilahanhttp://www.blogger.com/profile/15602829359580116408noreply@blogger.com0